2-Mahasiswa

81 18 5
                                    

Mahasiswa (Orang yang Belajar di Perguruan Tinggi)
Peran yang penting untuk mahasiswa : peranan moral, peranan sosial dan peranan intelektual.

====================================

Suara kegaduhan terdengar dari dapur, seorang perempuan berdiri di dekat kompor dengan mengenakan helm dan sarung tangan sembari memegang sutil. "Aw!" Ringisnya saat cipratan minyak mengenai tangannya, padahal ia sudah memakai sarung tangan.

"Shit! Sudah pakai sarung tangan masih aja kena." Aluna mematikan kompor lalu membilas tangannya dengan air yang mengalir.

"Perih banget woi, ini kenapa ada gelembungnya, sih." Aluna mengomel sendiri sembari meniup lukanya.

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang meraih tangannya. "Dibalut pakai kasa yang lembap, lalu lepaskan kasa setelah mengering. Kalo sudah mengering kasih salep." Farel menjelaskan dengan detail selesai membalut tangan Aluna dengan kasa.

"Makasih, Kak," balas Aluna tersenyum kecil.

"Makanya, kalo masak hati-hati." Farel menyentil dahi Aluna keras.

"Kak! Nyebelin banget, sih." Aluna mengerucutkan bibirnya.

"Lanjutin tuh goreng ikannya, masih setengah matang. Sebentar lagi Ayah dan Bunda pulang," jelas Farel lalu ia pergi meninggalkan Aluna dengan gaya cool-nya.

"Ya!" balas Aluna kesal.

15 menit kemudian Aluna selesai masak, ia menyiapkan hidangannya di meja makan. Walaupun dia tak pandai masak, namun Bundanya memercayakan ia untuk menyiapkan makan malam.

Aluna membersihkan tubuhnya sejenak lalu berkumpul dengan keluarganya di meja makan.

"Hai sayang," sapa Rina, Bunda Aluna.

"Hai, Bun, Yah," balas Aluna.

"Hai, Luna, duduk sini," ujar Bagas, Ayah Aluna mempersilakan ia untuk duduk di depannya dan disampingnya ada Farel.

"Sepertinya enak nih." Rina mencicipi ikan goreng dan sayur sop yang dimasak Aluna. "Hmm lumayan," komentarnya.

"Lun, gimana ospek kamu, lancar?" tanya Bagas sembari makan.

"Lancar, Yah. Tapi, ada satu orang yang menyebalkan banget kalo di kampus," jawab Aluna melirik Farel dengan sinis.

"Kenapa memang?"

"Aluna ada tugas mencari tanda tangan para pengurus dan anggota BEM Fakultas. Saat Aluna minta tanda tangan kakak, Kak Farel gombalin Aluna di tengah kerumunan mahasiswi yang antre minta tanda tangannya dia," jelas Luna membuat Bagas dan Rina tertawa.

"Heh, sotoy lu!" Farel menyentil dahi Aluna.

"Memang nyata, ya. Kenapa kakak kasih pertanyaan yang ujung-ujungnya gombal? Iya tau Aluna cantik," balas Luna dengan sombong.

"Cantik? Cantik dilihat pake sendok." Farel menyodorkan sendok ke wajah Aluna.

"Usil banget, sih!"

"Terlalu percaya diri, sih."

"Bagus dong kalo percaya diri, mwle!" Aluna memeletkan lidah pada Farel.

"Terlalu percaya diri," jelas Farel ulang dengan penekanan.

"Menyebal-"

"Sudah ...  kalian ini kalo kumpul pasti berantem. Lanjut makan yuk," sahut Rina menengahkan mereka agar tidak lanjut berantem. Aluna menatap Farel tajam menandakan bendera peperangan.

Jejak Kisah AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang