E I G H T

2.9K 415 6
                                    

Aqshel melempar uang berwarna biru itu ke tong sampah, kemudian mencuci tangan nya.

Ia sekarang berada di dalam mobil ayahnya yang terparkir di parkiran depan apertemen. Aqshel mengetahui jika mereka sudah sadar situasi. Bodoh sekali, bisa-bisanya mereka sampai mengetahuinya.

"Di kursi tunggu. Dua orang pria, mereka menyadari keberadaan ku" Aqshel kembali melapor. Kemudian ia segera keluar. Sisa 5 orang pria lagi. Aqshel yakin mereka masih di dalam gedung itu, namun sedikit berbahaya jika ia menerobos masuk sekarang. Dua orang pria tadi sepertinya masih di situ.

Aqshel berjalan menuju sisi kanan gedung. Aqshel berhenti sejenak, mengikat tali sepatunya yang lepas. Saat itu juga seseorang menarik tangan nya kuat. Mau tak mau Aqshel ikut berlari.

Mereka, Aqshel dan Pria yang tak terlihat wajahnya itu berlari sampai ke basement bawah tanah dari gedung apartmen tersebut.

Saat Aqshel akan menarik pelatuk colt 1911 miliknya. Pria itu menyudutkan Aqshel ke tembok.

"Dasar ceroboh. Kau hampir di culik oleh mereka"

Aqshel tersentak kaget. Pria di depannya ini, ia tak tau siapa. Yang jelas salah satu dari sepupu kembarnya. Ganendra, Gavendra, atau Gazelle.

"K-k kak Ganendra?"

Pria di depannya menatap Aqshel datar. "Aku Gazelle" suaranya terdengar serak. Ughh menggoda iman.

Aqshel meringis kecil, astaga ia bodoh sekali.

"Ada lima orang lagi ka--

--aku sudah menemukan mereka" potong Gazelle. Pria itu duduk di sudut Basement. Lantai basement itu bersih, tanpa pikir panjang Gazelle duduk. Lelah juga berlari menarik Aqshel kesini.

Aqshel hanya menganggukkan kepalanya. "Oh, oke kalau gitu aku mau ke daddy dulu kak" belum sempat Aqshel pergi, Gazelle menarik kaki adik sepupunya itu sehingga Aqshel terjatuh dan duduk di pangkuan Gazelle.

"Astaga, memalukan!" Rutuk Aqshel dalam hati.

"Di luar sedang ramai. Tim sedang menangkap 15 orang itu. Uncle Arsen juga masih di lantai atas. Ia tengah berdiskusi dengan kepala militer"

"A-ah oke" Aqshel menjawab kaku. Tak berani bergerak. Posisi nya ambigu.

Gazelle terkekeh kecil kemudian mebawa Aqshel berdiri. Sekarang Aqshel sedang di dalam gendongannya.

"Kak..."

"Sttt, aku akan menculik mu"

Aqshel teridam. Astaga, suka dengan sepupu sendiri tak apa kan?

***

Mobil sport berwarna merah milik Gazelle memasuki istana megah milik keluarga besar albarack. Aqshel sudah pernah ke sini sekali, dan bertemu dengan Gazelle yang berada di sebelahnya ini juga baru sekali. Dengan kali ini berarti dua kali.

Mobil sport itu berhenti di depan pintu masuk. Gazelle keluar, kemudian membuka pintu sebelahnya untuk Aqshel. Saat Aqshel ingin turun, Gazelle malah mengangkat tubuhnya dan kembali menggendong Aqshel di depan.

"Kak Gazelle, aku bisa jalan s-sendiri"

"Sttt, sejak lama aku ingin memiliki adik perempuan. Aku akan menjadikan mu tuan putri"

Pada Akhirnya Aqshel pasrah. Sepupunya ini dan ayahnya tak ada bedanya. Half esbatu half tembok.

Saat mereka memasuki istana tersebut, beberapa maid dan bodyguard yang berjaga kaget melihat tuan muda nya mebawa seorang gadis, mereka sangat ingat. Itu adalah anak dari Tuan Besar Arsenio Gillbert Albarack

"Jangan beritahu siapapun atau kalian akan mati besok" perintah Gazelle tanpa menatap mereka semua.

Para maid dan Bodyguard tersebut menunduk takut, kemudian kembali ke perkerjaan masing-masing.

Gazelle berjalan menuju tangga besar. Aqshel yang sedang memeluk lehernya dan bersandar di bahu itu pun mengernyitkan dahi.

"Di sini tidak ada lift ya kak?"

Gazelle tersenyum iblis. "Tidak ada, istana ini sangat kuno"

Aqshel percaya-percaya saja, kemduian melsnjutkan mengagumi sekitarnya. Dulu saat ia ingin mengaguminya malu, karena banyak orang.

"Itu emasnya asli ya kak?"

Kembali Gazelle tersenyum iblis. "Tidak, itu hanya cat. Ayah ku korupsi dana untuk istana ini." Jawab Gazelle asal.

Ia sibuk mencium rambut Aqshel yang wangi. Gazelle juga tak tau itu wangi apa, yang jelas wangi nya enak. Maklum lah, seumur hidup tak pernah dekat dengan perempuan.

"Ternyata uncle gillbert jahat ya"

"Benar sekali! Makanya kau jangan dekat-dekat dengannya" Gazelle tersenyum kemenangan. Ia akan memonopoli Aqshel.

Para maid yang berada di lantai atas hampir tak bernafas melihat tuan muda mereka tersenyum begitu.

Gazelle memasuki pintu besar berwarna putih. Aqshel kira kamar, ternyata ruangan besar dengan soffa, tv dan meja kerja serta kulkas besar.

"Ini ruangangan ku. Tapi sekarang ini ruangan mu juga" Gazelle berkata seperti itu sambil meletakkan Aqshel dengan lembut di sofa.

"Aku mandi dulu, kau tunggu di sini sebentar" Gazelle memasuki pintu di dalam ruangan itu sepertinya kamar tidur. Tentu saja di kamar tidurnya terdapat kamar mandi.

Aqshel menghela nafas. Membuka sepatu dan kaos kaki putihnya. Meletakkannya di sudut ruangan. Kemudian membuka jaket besar tersebut. Suasana dingin langsung menyambut Aqshel.

Aqshel merebahkan dirinya di sofa, kemudian tanpa di sadari oleh empunya sendiri, ia tertidur lelap.

15 menit kemudian Gazelle yang keluar dari pintu tadi. Memakai kaos putih dan celana coklat selutut. Ia tersenyum melihat Aqshel kemudian menyelimuti adiknya itu.

Sofa nya lembut, jadi pasti nyaman tak akan menyakiti tubuh mungil tersebut.

Drrttt

Gazelle menatap datar handphonenya. Kemudian menolak panggilan tersebut.

Di sisi lain. Arsen hampir membunuh semua orang karena kehilangan putrinya.

Melihat keponakannya menolak telponnya, Arsen bernafas legas. Sedetik kemudian ia kembali memasang wajah kesalnya.

"Gazelle bajingan"

Dont forget to vote~

The Dark webTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang