Zhaqvee, pria dengan manik mata kembar berwarna abu-abu itu telentang di tanah kotor, terdapat beberapa bercak darah yang keluar dari mulutnya. Salah satu matanya bahkan merah karena darah yang keluar dari pelipis.
Bruagghh
Kembali, Leviathan memberikan tendangan di punggung nya. Zhaqvee sama sekali tak melawan, padahal kekuatan dua orang tersebut sama hebatnya.
Wajah Zhaqvee datar, seakan tak terjadi apa-apa. Bahkan sesekali bibirnya menyunggingkan senyum meremehkan yang menbuat Leviathan semakin mendidih saja.
"Anak sialan. Sudah ku bilang, langsung di bunuh!"
Leviathan berteriak dan membentak. Beberapa anak buah Leviathan yang melihat dan mendengar itu hanya bisa memejamkan matanya.
Zhaqvee bangkit dan duduk. Kemudian mengangkat kepalanya, menatap manik mata abu-abu yang persis seperti miliknya itu.
"Aku sudah membawa yang kau inginkan, ayah"
Leviathan menatap datar anak sematawayang nya itu. Sedetik kemudian tertawa bak iblis yang menyeramkan.
"HAHAHAHA--"
Mendekat ke arah Zhaqvee kemudian,
Bugghh
Kembali, bogeman di berikan di rahang sempurna milik Zhaqvee. Kepala Zhaqvee langsung jatuh ke kanan dan membentur tanah.
"---AKU MENGINGINKAN KEMATIAN PUTRI ALBARACK!"
Leviathan murka. Urat di leher dan pelipisnya terlihat menonjol. Rahangnya mengeras dan wajah itu memerah. Sudah di pastikan jika Zhaqvee bukan anaknya, maka akan di habisi saat itu juga.
Leviathan berjalan berbalik arah, kemudian menarik salah satu belati yang menjadi pajangan di dinding ruangan.
Srakk
Leher Zhaqvee mengeluarkan darah segar. Pemilik tubuh meringis kecil. Meleset sedikit saja, belati itu akan mengenai Nadinya.
Leviathan mendekat, menaikkan dagu Zhaqvee menggunakan belati di tangannya. Mau tak mau manik mata kembar itu berhadapan.
"Jangan katakan bahwa kau, menyukainya." Desis Leviathan penuh penekanan.
Pupil mata Zhaqvee melebar. Reaksi itu membuat Leviathan melempar belati di tangannya ke sembarang arah.
Belati itu melesat dan menembus jantung salah satu pengawal di ruangan itu.
Brakk
Mayat pria itu jatuh. Pengawal yang lain tak berani bergerak sedikitpun.
Leviathan menarik pistol dari dalam kantung celananya, kemudian melempar ke hadapan wajah Zhaqvee.
"Silahkan bunuh diri jika hal itu benar."
***
Aqshel menatap makanan di depannya tanpa niatan ingin memakan. Segelas susu bahkan tak tersentuh sama sekali.
Pikiran nya melayang kemana-mana. Saat keluar dari kamar tadi, Aqshel langsung di kejutkan dengan keadaan mansion dan Garva yang di bawa ke rumah sakit oleh beberapa bodyguard yang berjaga.
Saat memasuki ruang kerja ayahnya, Aqshel langsung panik apalagi melihat darah yang keluar dari tangan Arsen dan pecahan kaca di mana-mana.
Saat bertanya apa yang terjadi, tak ada satu orang pun yang menjawab dan menjelaskan.
"Kenapa kak Garva hampir mati seperti itu?"
Arsen yang tak mau di pojokkan saat itu, langsung menuduh Ryver yang melakukannya. Tentu saja Ryver hanya diam, terlalu malas untuk berdebat.
Sampai saat ini, Aqshel mengacuhkan pamannya itu, membuat Ryver prustasi. Bahkan menyuruh anak buahnya membeli buku 'cara membujuk perempuan' sangking prustasinya.
Tak
Sebuah sendok di letakkan di depan bibir Aqshel membuat Aqshel kembali kekenyataan dan meninggalkan lamunannya.
Aqshel menatap ayah, kemudian menerima suapan itu.
"Anak baik" puji Arsen, menepuk singkat rambut Aqshel.
Aqshel tersenyum tipis, mengunyah makanan itu kemudian menelannya.
"Minum susu mu, sweetheart" kali ini Gillbert yang meletakkan gelas itu ke hadapan Aqshel, mau tak mau gadis itu menghabiskannya.
Ryver hanya melihat saja. Sadar diri bahwa ponakannya itu masih kesal.
"Sebegitu khawatirnya kau dengan pengecut itu sampai tak nafsu makan?"
Ya, bagus Ryver. Mulut mu itu memang membawa banyak masalah.
Mata Aqshel langsung membola dan memberikan tatapan permusuhan ke Ryver.
"Kak Garva bukan pengecut!"
Ryver membuang tatapannya ke arah Arsen. "Lihat, putrimu membela bajingan itu" nada nya terdengar kesal.
Gilbert tertawa kecil. Ryver seperti mengadu ke Arsen, itu hal langka. Arsen, pria itu jangankan bereaksi, menatap Ryver saja malas.
Makan malam di mansion Arsen hari ini cukup terasa menyenangkan. Walaupun masalah terus menanti mereka semua.
Don't forget to vote sweetheart~
sorry guys aku lupa kalo punya wattpad😭
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark web
RomanceAqshel memundurkan tubuhnya kebelakang. Aqshel menatap takut sosok yang berada di dalam kotak tersebut. Sosok pria tampan, dengan tubuh tinggi yang berbalut kemeja dan waistcoat. Tengah memejamkan matanya. Wajahnya terlihat kaku dengan garis rahang...