~
"Penyeludupan senjata, lagi?" Pria bersurai perak itu menatap cemooh orang di depannya. Astaga sombong sekali wajah tampan itu.
Pria bersurai perak dengan bola mata abu-abu itu turun dari kursi kebanggaan nya, kemudian mendekat ke arah lawan bicara yang tengah menunduk.
"Kau ini mafia dari mana?"
Pria tua dengan bekas peluru di pipi nya itu menjawab dengan gemetar.
"Indonesia"
Leviathan, pria bersurai perak dengan sepasang maik mata abu-abu terang itu memasang wajah kaget nya. Yang benar saja? Dulu ia berteman sangat baik dengan mafia asal indonesia. Dan bukan si lemah ini orangnya.
"Ya ya. Berapa kau akan membayar ku? Kau tau sendiri negara itu juga masih ada campur tangan si albarack. Tidak mudah." Leviathan kembali duduk di kursi kebanggaan nya. Kaki nya naik ke kaki satu lagi.
Maid yang berdiri di sebelahnya menuangkan cairan merah kedalam gelas kaca. Leviathan meminumnya sedikit, demi sedikit.
"100 juta dolar"
Leviathan mengangkat sebelah alisnya. Yang benar saja! Hanya segitu?
"Kau meremehkan keluarga Dicca ya" suara tajam Leviathan membuat pria yang mengaku sebagai mavia itu mundur beberapa langkah.
Leviathan melempar gelas kaca itu ke arah kaki pria tersebut. Kemudian Leviathan diam seakan memikirkan sesuatu.
Senyum hadir di wajah iblis itu. Kadar tampan nya membuat maid yang satu-satunya perempuan di sana tak berani bernafas.
Sunggu tidak adil. Berwajah malaikat dan berhati lebih kejam dari pada Devil.
"Baiklah, aku akan membantu bisnismu dengan 100 juta dolar itu. Tapi, izinkan aku menguasai dark web di negara mu."
Pria yang mengaku mavia itu menegang. Jika menolak akan mati dan menerima akan mati juga. Tidak ada harapan sama sekali.
"Sure"
Setelah selesai dengan pekerjaan kecil itu, Leviathan keluar dari ruangan tersebut. Menaiki tangga, hingga sampai di makam tua.
Markas Dicca berada di bawah lahan yang sebenarnya adalah pemakaman umum biasa. Tidak ada yang menduga jika di bawah itu terdapat orang-orang dengan akal half devil.
Leviathan menuju mobil nya yang terparkir di sebelah toko bunga kecil. Toko itu menjual bunga untuk orang-orang yang akan mengunjungi makam. Penjaga nya adalah seorang nenek tua berusia 81 tahun.
"Athan, sudah selesai?" Suara nenek itu lembut, tapi tak sama sekali membuat Leviathan iba. Masih saja ia memanipulasi keadaan.
Leviathan memasang wajah nya yang ceria. "Sudah nek, makasih udah jagain mobil saya ya" sangat berbeda dengan leviathan yang di bawah sana.
"Iya, coba iklaskan anak mu itu. Kau selalu mengunjunginya setiap hari"
Leviathan tertawa dalam hati. Nenek itu masih belum sadar. Sudah 3 tahun semenjak kepindahan markas. Supaya tak ada yg curiga, ia berlagak seolah seorang ayah yang sedang mengunjungi makam anaknya.
Pintu ruang bawah itu sangat seperti makam. Gundukan tanah dan batu nisan yang bertuliskan
Zhaqvee dicca
Saat Leviathan mendekat ke batu nisan itu. Bum! Sensor akan memindai dan makam itu terbuka. Menunjukkan tangga.
Leviathan hanya tersenyum lembut seperti biasa untuk menjawab nenek tadi. Kemudian ia masuk ke dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark web
RomanceAqshel memundurkan tubuhnya kebelakang. Aqshel menatap takut sosok yang berada di dalam kotak tersebut. Sosok pria tampan, dengan tubuh tinggi yang berbalut kemeja dan waistcoat. Tengah memejamkan matanya. Wajahnya terlihat kaku dengan garis rahang...