Makan malam di istana albarack seperti biasanya, hening. Tapi Kursinya penuh semua. Sangat jarang hal ini terjadi.
Arsen, Gillbert, Ryver, Ganendra, Gavendra. Berhadapan dengan Ray, Aqshel, Gazelle, dan Rey.
Saat ini menu mereka tengah di ganti oleh para Maid. Hidangan penutup. Aqshel bukan tidak peka, hanya pura-pura tidak tau saja jika ayahnya sedari tadi menatapnya tajam.
"Kak Aze, tolong itu"
Kalian tau apa yang lebih nikmat dari pada punya ayah yang bucin? Ya, benar. Punya kakak laki-laki yang bucin.
Dengan senyum kebanggaan, Gazelle memberikan Puding coklat dengan saus vanila itu kepada Aqshel. Bangga sekali wajahnya. Soalnya Aqshel meminta bantuan kepadanya, berarti Aqshel lebih nyaman kepadanya.
Rey menatap malas Gazelle. Padahal ia adalah guru les nya Aqshel, tapi masih canggung dengan gadis itu.
Sedangkan Ganendra dan Gavendra fokus kepada makanan miliknya. Aqshel bahkan tidak tau yang mana Ganendra yang mana Gavendra. Sama-sama tanpa ekspresi dan wajahnya tak ada bedanya.
"Babygirl, want some candy?" Giliran Gillbert yang berulah.
Aqshel yang fokus dengan puding coklat yang ternyata berisi emas yang bisa di makan itu mengalihkan fokusnya.
Aqshel meringis kecil dalam hati. Semua orang di sini menganggapnya balita berumur 5 tahun.
"Boleh uncle" jawab Aqshel beserta senyum nya yang anggun.
Gazelle langsung dramastis memegang dadanya dan pura-pura pingsan.
Aqshel menjatuhkan sendokknya, menepuk wajah Gazelle. "Kak! Kak! Kak aze"
"J-jantung ku"
"Kenapa jantungnya?!" Kecepatan reaksi 0,1 detik.
Semua orang di sana minus Aqshel menatap Gazelle dengan tatapan iri dengki dan kesal. Gazelle sialan.
"Mau copot, senyum mu manis sekali"
Aqshel dengan kasar mendorong Gazelle dan kembali ke pudingnya. Rey dan Gillbert tertawa, Ray menahan tawanya, Ganendra dan Gavendra tersenyum kecil sedangkan Arsen hampir meledak. Ukh, tsundere daddy satu itu, biasalah.
"Habiskan makanan mu, kita pulang." Suara Arsen membuat tawa Rey mereda sedangkan Gillbert mendelik tajam.
"Apa-apaan. Ini sudah malam, kalian berdua tidur di sini saja" Gillbert tak terima.
Aqshel tiba-tiba saja berhenti mengunyah. Astaga! Zhaqvee, pria itu. Aqshel hampir melupakannya.
Aqshel meletakkan sendok nya, kemudian meminun segelas susu vanila yang tersedia.
"Udah Dad, ayo pulang" ujar Aqshel setelah membersihkan sudut bibirnya dengan tisu.
Gillbert berdiri, kemudian menghampiri keponakannya itu.
"No, baby. Uncle tidak akan memberikan permen ini jika kamu pulang sekarang" Gillbert mengancam. Aqshel tersenyum canggung.
Arsen yang melihat kejadian itu berdiri, kemudian menggendong Aqshel dengan sebelah tangannya. Garva yang sedari tadi berdiri di belakang Arsen pun mengikuti tuan nya.
"Tidak apa apa hunnie, aku akan membelikan mu pabrik nya."
****
Mobil sedan berwarna hitam itu melaju dengan kecepatan sedang. Garva duduk di kursi pengemudi, sedangkan Aqshel dan Arsen duduk di kursi kedua.
Aqshel menyenderkan kepalanya ke bahu sang ayah. Ayah nya sama sekali tak keberatan, mengusap surai dark brown itu lembut. Sesekali mencium nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark web
RomanceAqshel memundurkan tubuhnya kebelakang. Aqshel menatap takut sosok yang berada di dalam kotak tersebut. Sosok pria tampan, dengan tubuh tinggi yang berbalut kemeja dan waistcoat. Tengah memejamkan matanya. Wajahnya terlihat kaku dengan garis rahang...