T H I R T E E N

2.4K 316 8
                                    

Operasi yang di jalani Arsen berjalan lancar. Tentu saja, malam itu juga Dokter bedah terhebat. Dr. Saleim dari mesir di jemput secara pribadi untuk membantu operasi Arsen.

Gillbert sedang berada di New York bersama Ganendra untuk bisnis mereka. Rey sedang berada di luar kota sedangkan Ray sudah berada di sekolah Asrama nya.

Di ruang inap Arsen yang sangat luas ini, Ryver tengah memangku keponakan nya itu. Aqshel masih terisak kecil, padahal kelopak mata itu tertutup.

"Uncle..." Lirih Aqshel sambil memperkuat pelukannya di dada Ryver.

sttt

Entahlah, Ryver sama sekali tak memiliki pengalaman menenangkan perempuan, apalagi memanjakannya seperti ini. Almarhum istrinya dulu, mereka hanya melakukan perjodohan yang di lakukan supaya bisa memiliki anak.

Aqshel mengangkat kepalanya dari dada Ryver. Menatap mata Ryver yang sama sekali tak memiliki binar itu. Ryver speecheless sendiri. Seakan sedang berhadapan dengan Arsen versi mungil, dan cantik.

Reyver memalingkan wajahnya. Kemudian berbicara dengan suara khas nya itu. Tak ada intimidasi dan sesuatu yang menakutkan. Hanya terlalu tenang saja. Tak tersirat emosi apa apa

"Aku antar kau pulang"

Refleks Aqshel menggeleng dengan cepat. "Tidak mau. Aku mau menemani Daddy..." Aqshel menolak cepat kemudian kalimat nya melirih di akhir.

Ryver menghela nafas. Kemudian berdiri dengan Aqshel yang masih di pangkuannya. Ryver menahan tubuh Aqshel dengan tangannya. Jantung Ryver berdetak sedikit tidak normal. Astaga, jika tau memiliki anak perempuan semenyenangkan ini, ia akan membuat nya juga dulu.

Aqshel mencoba turun namun tentu saja tak di biarkan oleh Ryver. Mereka mendekat ke arah Arsen yang tertidur.

"Besok ayah mu itu pasti bangun. Sekarang kamu pulang dan tidur di rumah, jangan menolak. Ayah mu pasti tidak akan senang" lidah Ryver terasa kaku saat mengucapkan kalimat itu dengan tenang. Biasanya kan dia berbicara panjang saat membentak Ray, kali ini tak bisa. Anak perempuan tak boleh di bentak, mereka sangat rapuh dan mudah menangis. Itu yang di pikirkan Ryver.

Aqshel sedikit menunduk. Ryver juga sedikit menurunkan Aqshel. Gadis itu mencium pipi ayahnya. Air mata nya kembali keluar saat melihat perban di kepala itu. Walaupun pria di depannya ini menyebalkan ia tetap ayahnya.

"Hiks awas saja jika daddy tak bangun besok. Aku akan membunuh dokter Saleim"

Sepertinya Ryver harus membuang pemikirannya tentang anak perempuan yang rapuh, lemah dan lembut ini. Gadis kecil ini bahkan membicarakan soal membunuh orang.

Aqshel memeluk leher Ryver. Reyver berjalan menuju pintu kemudian keluar dan menutupnya. Lima orang bodyguard berjaga di sana serta satu orang butler.

Mereka memang di tugas kan menjaga Arsen. Tidak ada yang tau jika musuh kembali menyerang.

Melihat Ryver dan nona muda mereka keluar, mereka menundukkan tubuhnya sembilan puluh derajat.

Ryver acuh saja seperti biasa. Membawa Aqshel di pelukannya. Ternyata ini yang di rasakan Arsen selama ini. Pantas saja dia menyembunyikan putrinya dan bertingkah posesif.

Drrttt

Handphone di kantung baju Ryver bergetar.

"Angkat saja" perintah Ryver. Mau tak mau Aqshel mengambilnya. Kemudian kembali memeluk leher Ryver. Aqshel suka, kehangatan Ryver sama seperti ayahnya.

"Arsanio Gillbert"  Aqshel membaca nama orang yang melakukan panggilan video itu.

"Ryv-- HAH? AQSHEL? SWEETHEART? KAMU BAIK BAIK SAJA KAN?"

Aqshel meringis kecil paman nya ini langsung berteriak saat sadar wajah di layar handphonenya Aqshel yang tengah memeluk leher seseorang bukan wajah Ryver.

"Berisik keparat"

Mata Gillbert membola di sebrang sana. "hhHEI! APA YANG KAU LAKUKAN KEPADA KEPONAKAN KU?"

Aqshel terkekeh kecil. Memang paman Gillbert yang paling menjadi moodboster di sini.

"Dasar bodoh. Cek email mu sekarang." Ryver memasuki lift. Kemudian menekan lantai paling bawah. Basement.

Terlihat Gillbert yang meletakkan Handphone nya di sebuah buku supaya bisa bersandar kemudian kembaran ayahnya Aqshel itu terlihat terburu-buru membuka laptopnya.

Wajah Gillbert terlihat berbeda. Aqshel menjelikan matanya, itu terlihat persis seperti ayahnya. Kali ini Aqshel percaya bahwa mereka kembar.

"Aqshel, sebelum tidur jangan lupa minum susu mu. Dan Ryver. Jaga keponakanku" Suara yang biasanya terdengar penuh dengan semangat itu kali ini terdengar serius. Untuk pertama kalinya Aqshel meihat dan mendengar itu.

Kemudian panggilan video itu terputus. "Uncle Gillbert terlihat seperti Daddy" ucap Aqshel Refleks.

"Merekakan kembar." Jawab Ryver kemudian meletakkan Aqshel di kursi samping kemudi. Memasangkan pengaman kemudian ia pindah ke kursi kemudi.

Bmw x5 itu melesat dengan kecepatan normal. Rumah sakit tadi masih kepunyaan Arsen, letaknya tak begitu jauh dari mansion nya. Karena itu sangat penting. Siapa yang tau kan jika ada hal mendesak jadi tak perku terlalu lama di perjalanan.

Aqshel mengenakan celana pendek Gavendra yang malah menjadi celana panjang di dirinya dan kaos Gavendra juga. Tadi kan Gaun nya penuh Darah Arsen. Untung saja ada baju ganti Gavendra di mobil. Baju itu sebenarnya di bawa untuk bermain golf besok.

Karena mobil ini bukan milik Arsen jadi sensor gerbang Mansion tak bisa membacanya hingga gerbang itu perlu di buka manual oleh penjaga gerbang.

Aqshel menatap mansionnya yang bersinar terang. Mereka sampai tepat di depan pintu masuk. Ryver membukakan pintu mobil untuk Aqshel.

"Terimakasih uncle"

Ryver menjawab dengan anggukan.

"Maaf tapi aku tak bisa menemanimu"

Aqshel menggelengkan kepalanya. "Tidak apa apa uncle. Aku bisa sendiri. Terimakasih"

Setelah percakapan singkat yang terdengar canggung itu. Mereka pergi. Ryver kembali ke mobil nya dan Aqshel langsung menuju kamar.

Saat membuka kamar, Aqshel melihat Zhaqvee, pria itu terlelap di kasur nya. Aqshel sudah terbiasa berbagi tempat tidur dengan pria itu.

Aqshel membereskan kotak susu yang berceceran. Seperti nya pria itu menjadi maniak susu seperti dirinya. Aqshel memasuki kamar mandi, hanya mencuci muka dan gosok gigi saja. Terlalu malas untuk mandi. Tak berganti baju juga. Kaos Gavendra terasa nyaman.

Aqshel memasuki selimut yang sama dengan Zhaqvee. Sampai kapan pria ini akan berada di kamar nya? Jika suatu saat ayahnya tau apa yang akan terjadi.

Aqshel mendekat ke wajah itu, menngusap surai lembut kesukaannya itu. Wajah ini sangat sempurna. Bahkan seluruh sepupunya itu terkalahkan. Apakah kotak yang Aqshel beli itu berasal dari surga?

Aqshel memainkan surai lembut itu, tak sengaja menyingkap dahinya. Ada bekas jahitan kecil di ujung dahi kiri dan dahi tengah nya luka. Luka nya masih basah, seperti nya itu baru.













Dont forget to vote sweetheart~
Part kali ini agak gimana gitu wkwk kebut soal nya, Gomen

The Dark webTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang