N I N E

2.8K 397 10
                                    

BUAHGG

Pria itu tersungkur ke lantai, sudut bibir nya robek dan beberapa lebam di pipi dan rahangnya.

"KAU ITU ALBARACK! KELAKUAN MU SUDAH SEJENIS SETAN."

Ryver murka, hampir menghabisi Anak pertama nya itu.

Ryver menarik kerah baju yang di pakai oleh Ray. "Kau lihat adik mu Rey. Kau lihat penghargaannya? KAU LIHAT?! KAU BANDIBNKAN DENGAN DIRI MU YANG MEMALUKAN INI."

Ray tersenyum miring, kemudian berdecih setelah mendengar perkataan ayahnya itu.

PLAKK

Satu tamparan kembali di terima oleh Ray dari Ryver. Remaja pria itu terlentang di lantai seakan menyerah dan menerima apapun yang akan di lakukan ayahnya.

Tadi ketika tengah tauran, sekelompok polisi mendatangi mereka. Ray sebagai ketua tak mungkin menjadi pengecut dan lari begitu saja. Ia tertangkap untuk pertama kalinya. Dan yang membuat orang-orang terkejut adalah, ketua dari gangster yang meresahkan warga itu adalah salah satu cucu keluarga albarack yang memiliki reputasi yang sangat baik bak dewa itu.

Ryver sebagai wali datang dan membuat jaminan agar putra tak tau diri nya itu bebas. Jika bukan karna nama baik keluarga, Ryver akan membiarkan saja putra nya itu mati di penjara.

"KELUAR"

Ray berdiri dan berjalan tertatih menuju pintu keluar dari ruang hukuman ini.

Ray berjalan menuju kamarnya, pelayan dan bodyguard yang melihat kondisi mengenaskannya sama sekali tak peduli. Ray memang selalu di kucilkan di keluarga ini.

"Eum, k-kak Ray?"

Ray tersentak kaget, kemudian kembali memasang wajah datar nya.

"Kenapa kau di sini?"

Aqshel sedikit takut melihat aura menyeramkan keluar dari dalam diri Ray. Sangat berbeda saat mereka bertemu untuk pertama kalinya.

Ray masih memakai seragam sekolah. Namun terlihat acak-acakan dan wajah lebam di ikuti dengan sudut bibir yang mengekuarkan darah.

Dari seragam nya itu Aqshel tau jika Ray bersekolah di sekolah internasional yang setara dengan sekolah Aqshel sekarang.

"Eum, liat kak Aze tidak?"

Ya, nama Gazelle terlalu ribet, supaya mudah, Aze saja.

Ray mengernyitkan dahinya. "Tidak" jawab nya setengah ketus. Agak kesal melihat kenapa Gazelle bisa dekat dengan sepupu perempuan mereka? Sejak kapan bajingan itu mencuri start?

"Oke kak, maaf mengganggu"

Setelah mengatakan itu, Aqshel menunduk sedikit kemudian berlari kembali menuju ruangan Gazelle.

Tadi saat bangun Aqshel tidak melihat Gazelle di mana-mana jadi ia berinisiatif keluar. Ternyata malah bertemu Ray.

Melihat Aqshel yang malah berlari ke ruangan Gazelle entah kenapa malah membuat Ray memanas. Apa yang di lakukan oleh bajingan mesum itu ke adik perempuan mereka?

Tanpa sadar Ray ikut memasuki pintu putih yang di depannya tertulis

Gazelle's room
Don't log in if you don't want to die

Memang alai, namanya saja Gazelle. Si onar paling berisik.

Ray membuka pintu tersebut. Aqshel yang sedang membuka kulkas pun tersentak kaget.

Astaga malu sekali, Aqshel mencari Gazelle karena lapar. Tadi Gazelle kan sempat bilang kalau ruangan ini sekarang milik Aqshel juga, jadi tidak ada salahnya Aqshel meminta makanan sedikit kan?

"K-kak Ray. Kenapa kak?" Aqshel berusaha menghikangkan rasa malu nya dengan senyum polos.

Ray juga tersentak kaget. Benar, kenapa dia kesini? Yang benar saja. Apa alasan Ray mengikuti gadis itu?

"Obati aku" shit. Ray tak bisa memikirkan alasan lain.

Aqshel memiringkan kepalanya. Maksud nya, Aqshel dinsuruh mengobati lebam di wajah Ray itu?

Baiklah, mereka kan sepupu. Walaupun ikatan darah nya dengan Ray agak jauh ya tetap saja mereka saudara.

"Oke kak, duduk dulu di situ aku cari kotak obat" pinta Aqshel lembut di ikuti sengan senyum anggun khasnya yang biasa di gunakan saat menyambut Arsen pulang kerja.

Ray seakan di sihir. Ia terpesona dengan senyum itu, menganghukkan kepalanya kemudian duduk di sofa.

Aqshel berjalan kesana kemari mencari kotak obat di ruangan ini.

Tak terlihat apapun. Terpaksa Aqshel membuka pintu putih di dalam ruangan itu. Saat pintu itu terbuka, terlihat kamar luas dengan kasur king size di tengah.

Nuansa kamar itu berwarna abu abu tua, di sudut kamar terdapat rak miniatur karakter anime. Di dinding kamar tersebut terdapat beberapa foto anak kecil laki-laki.

Dan ya, di kasur kingsize dengan selimut berwarna putih itu. Terlihat Gazelle yang tertidur dengan posisi yang masyaallah.

Aqshel merengut kesal. Ternyata Gazelle tidur sini. Padahal Aqshel mencari kemana-mana. Sampai bertemu dengan Ray!

Oh iya Ray! Astaga. Tanpa sengaja Aqshel melihat kotak putih dengan corak palang merah di nakas sebelah kasur. Aqshel mengambilnya dan membawa keluar.

Ray menatap datar Aqshel yang keluar dari kamar Gazelle itu. Tatapan nya terlihat tak suka.

Aqshel duduk di depan Ray, kemudian menumpah sedikit alkohol ke kapas di tangannya.

Aqshel menyentuh rahang Ray, "maaf ya kak" ucapnya. Kemudian membersihkan darah di sudut bibir Ray.

Ray tak bergeming sama sekali. Memerhatikan wajah mungil milik Aqshel. Dari pada mirip dengan almarhum aunty nya, Aqshel lebih mewarisi gen dari Sang Ayah. Mata tajam milik Arsen serta hidung dan bibirnya. Itu milik Arsen, kecuali manik coklat itu. Itu persis seperti almarhum mama Aqshel, Aunty nya.

Walaupun mengikuti Gen Arsen lebih banyak, Aqshel tetap imut, cantik dan elegan. Apalagi dengan ekspresi kaget nya tadi. Astaga, Ray terpesona.

Aqshel melambaikan tangannya di depan Ray. "Kak, kak? Kak Ray?"

Ray mengerjapkan matanya, tersadar dari lamunan. "Ya?"

"Sakit ga? Yang mana yang sakit?" Tanya Aqshel sedikit menunjukan ekspresi kasian melihat lebam di pipi Ray. Aqshel tak bodoh itu bekas tamparan.

"Di sini" entah sadar atau tidak Ray menunjuk sudut bibirnya yang terluka.

Aqshel mengangguk, kemudian mendekat dan meniup sudut bibir Ray. Tepat saat itu juga, Arsen memasuki ruangan tersebut.






Dont forget to vote~

The Dark webTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang