My dad

3.1K 430 92
                                    

Hai hehe






















🔆


Pagi hari di awal musim panas berjalan seperti biasa. Renjun sebagai chef pengganti Jaemin di rumah sedang memasak sesuatu yang cepat dan disukai Jeno; pancakes. Hanya saja tepungnya ia ganti dengan buah pisang, sang kekasih sedang diet katanya.

Tadi saat baru bangun tidur Renjun mendapat kabar bahwa Ayahnya ikut menjadi sukarelawan di Jilin. Khawatir tentu dirasakan Renjun mengingat kondisi yang belum juga membaik tapi sang Ayah dengan cuma-cuma menawarkan diri menjadi garda terdepan.

Hah... ia tidak tahu harus sedih atau bangga terhadap Ayahnya.

Puk!

Bahu sempitnya terasa berat sebelah karena sebuah kepala berwarna biru yang tertunduk hinggap disana. Suara serak khas orang baru bangun tidur terdengar.

"Sesuatu yang manis untuk sarapan? Aku bisa menciumnya dari sini." Tanya Jeno.

"Pancake, aku sedang kehabisan ide menu masakanㅡ"

"Kau tahu maksudku."

Tangan kekarnya melingkar di perut rata sang kekasih, berniat menggodanya di pagi hari. Benar saja, sebuah pukulan ringan di lengannya menandakan Renjun terganggu.

"Diam Lee Jeno."

Jeno terkekeh dan kembali menempelkan hidung mancungnya ke bahu sang kekasih, menghirup segarnya wangi jeruk dari sana.

"Kudengar Ayahmu menjadi relawan?"

"Iya." Alisnya menukik. "Dia pergi tanpa diskusi denganku."

"Hei hei, tenanglah. Ayahmu itu profesional, kau percaya padanya kan?"

Percaya? Tentu saja! Xiaozhan adalah pria terhebat yang ada di hidup Renjun. Ayahnya itu sudah terlatih berjam-jam menggunakan baju tahan api selama 25 tahun, menggunakan alat pelindung diri mungkin bukan masalah baginya. Lelah pasti juga dirasakan semua orang yang bekerja.

Namun kasusnya berbeda, sang ayah bukan dihadapkan pada api tapi pada pembunuh tidak terlihat yaitu virus. Sebagai anak tentu ia khawatir bukan main, padahal baru satu minggu yang lalu ia senang keluarganya mencoba menerima Jeno. Benar-benar moodnya seperti rollercoaster sekarang.

"Iya, aku paham betul ayah memang seorang profesional dalam pekerjaannya." Kompor listrik dimatikan dan adonan matang terakhir ia pindahkan di piring, "tapi apakah ia tidak memikirkan betapa takutnya aku disini? Ibu dan kakakkh juga sama saja, mereka tidak memberitahu apapun."

Jeno jadi membayangkan bagaimana rasanya ada di posisi Renjun, pasti sedih karena keluarganya tidak ada yang berniat memberitahu, rasanya seperti terasingkan dari keluarga. Tapi kalau mereka memberitahu Renjun pasti akan lebih sulit lagi karena kepala Huang mini dan Huang dewasa sama kerasnya.

Namun si Taurus memilih diam dan menenangkan si mungil daripada membela keluarganya dan berakhir berargumen dengan Renjun di pagi hari. Tangannya mengambil alih piring dari Renjun dan membawanya ke meja makan untuk mereka berdua.

"Kau sudah mandi?"

Jeno menggeleng, "hanya sikat gigi."

"Ew.. pergi mandi dasar bau."

"Bau begini juga kau cinta."

Oke, sudah cukup. Renjun dengan barbar berjinjit dan memiting leher sang kekasih main-main, Jeno pun mengikuti alurnya, ia berpura-pura kesakitan seperti singa yang menumbuhkan keberanian pada anak singa.

Quarantine Mood Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang