D-day!

2.8K 309 101
                                    

Happy Noren day!

Btw kebaya/suit kalian warna apa? Kalo aku sih biru dongker. Sini yang mau duduk bareng, aku ada di sisi kanan barisan tengah ya!































💍


Banyaknya pasang mata yang terpesona akan keindahan anak bungsu keluarga Huang itu membuatnya gugup. Belum juga ujung sepatunya menginjak karpet beludru itu, namun jantungnya sudah copot dan lari entah kemana. 

Renjun benar-benar ingin mati rasanya, tapi ia tidak rela Jeno menikah dengan orang lain jika dirinya mati. 

Ya, hari paling mendebarkan, paling ditakuti, juga hari paling dinanti, Jeno dan Renjun akan terikat benang merah untuk seumur hidup; hari pernikahan mereka.

Pintu didepannya sudah terbuka, memperlihatkan Jeno berdiri gagah di atas altar bersama dengan penghulu. Suara-suara lembut dari piano berpadu dengan instrumen lainnya tidak bisa membantu Renjun untuk tenang.

"Ayo, nak." Ucap Xiaozhan menyadarkan si bungsu. Ia menyodorkan lengan untuk diamit sang putra guna mengantarnya sampai altar.

Renjun menerimanya dengan gemetar. Lihatlah, diantara indahnya dekorasi penuh warna lembut Renjun merasa dirinya merusak semua dengan ekspresi takut yang kentara.

Mereka berjalan keluar,selangkah demi selangkah ditapaki sepatu mengkilat sepasang anak-ayah. Setiap langkah rasanya semakin berat untuk dilewati sampai Renjun pun tak kuat berdiri.

"Baba..." rintih sang putra.

Wajahnya pucat, tapi sang ayah terlihat tidak peduli. Semua orang di aula itu menatapnya. 

Bukan, bukan tatapan terpesona lagi, melainkan tatapan menghakimi yang seolah memaksa Renjun untuk berdiri tegak.

Nafasnya terputus-putus, "akuㅡ aku tidak bisa melanjutkan." Ucapnya lagi.

"Kenapa tidak?"

Satu langkah, dua langkah, tiga langkah... 

Lututnya semakin berat, ia pun terjatuh di atas karpet merah.















"AAAAAAAAA!"

"WAAAAAAK!" Jaemin ikut berteriak.

Dua orang itu saling berteriak sampai yang satunya berhenti lebih dulu. Jaemin mendecak kesal, niatnya adalah membangunkan calon pengantin mungil satu ini namun yang ia dapatkan adalah teriakan mengejutkan sebagai sapaan pagi yang sangat indah nan merdu.

"Kau ini apa-apaan hah?!" Omel si surai platinum. "Mau membuatku mati jantungan? Lalu siapa yang akan menjadi groomsmen mu nanti?!"

Renjun terdiam dan matanya terbuka lebar, alisnya bahkan sampai mengerut ketika menyadari dirinya berbaring di kasur hotel.

Tirai dan pintu balkon sudah dibuka menampilkan sinar matahari yang masih malu-malu, udaranya juga sangat segar, sepertinya ia berada di lantai tertinggi alias kamar suite VVIP.

"ㅡlalu nanti kau akan gagal menikah dengan Jeno karena groomsmen mu yang baru itu jelek, tidak beretika, tidak becus, tidak mengerti dirimu dengan baik. Atau bisa saja ia menjatuhkan salah satu dekorasi dan menghancurkan hari pernikahanmuㅡ"

Quarantine Mood Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang