🔆
Jeno mengintip dari celah kamar pemuda mungil yang menjadi housematenya. Sejak datang dan membanting pintu depan, Renjun menangis, ia tahu sang housemate memang seorang cry baby tapi rasanya aneh menangis tanpa sebab jadi Jeno sedang berusaha membuatnya bercerita.
"Kau baik-baik saja?"
Yang ditanya hanya memutar tubuhnya menjadi menghadap jendela sembari menarik selimut sampai ujung kepala.
"Tinggalkan aku sendiri." Jawabnya.
Renjun tahu itu sangatlah tidak sopan tapi ia hanya butuh waktu sendiri. Tidak mungkin ia bercerita kejadian sewaktu SMA nya pada Jeno, tentu lelaki kelahiran april itu akan jijik padanya, sama seperti Hyunjin sang sahabat lama.
Sedangkan pemuda satunya lagi masih berdiri di samping ranjang Renjun, memastikan keadaan sang housemate sejenak sebelum akhirnya memberikan ruang kepadanya.
Pergi ke ruang tengah, Jeno mengistirahatkan tubuhnya di sofa. Sepertinya setelah ini dirinya harus benar-benar memperhatikan Renjun.
Kalau tidak, lihat apa yang terjadi! Baru saja mengerjakan beberapa tugas dan menghadiri kelas daring yang bahkan tidak sampai empat jam Renjun lepas dari pengawasannya, dan sepertinya si mungil sudah mendapatkan kejadian buruk sampai ia menangis seperti itu.
Apalagi mengingat sang housemate yang memiliki riwayat darah tinggi, tekanan darahnya harus selalu dijaga karena mood konon katanya bisa memengaruhi tekanan darah.
"Wow... oke, kepalaku pusing sekali."
Ia menatap langit-langit rumah, memikirkan apa yang sekiranya bisa menenangkan sang housemate.
Jeno mengangkat ponsel yang sedaritadi ada di genggamannya, memanggil seseorang.
"Na, aku butuh bantuan mu."
🔆
Surai panjangnya ikut bergoyang seolah merefleksikan betapa bahagia dan bersyukurnya Yiren. Membuka pintu kamar ia pun langsung duduk di depan komputernya.
"Oke.. oke, tarik napas, Yiren. Tarik napas, fokus.."
Tarik napas.. buang...
Setelah sekiranya stabil, Yiren lalu memakai kacamatanya. Ia berusaha fokus dan tidak mengecewakan Renjun. Ia ingin menebus kesalahannya. Tangan nya langsung gesit memasukan kode dengan berbagai bahasa pemrograman.
"Ge, dengarkan aku. Tolongㅡ"
"Apa? Kau mau minta maaf?" Suara kekehan pahit terdengar. Pupil matanya bergetar menatap Renjun di balik pagar.
"Benar. Aku datang jauh dari China untuk meminta maaf padamu." Tegasnya. "Aku ingin menebus kesalahanku padamu, Ge."
"Apa itu akan memperbaiki hubunganku dan Hyunjin?"
Mulut Yiren rasanya kelu, bahkan satu kata maaf pun tidak bisa terucap karena ia sadar seberapa besar kesalahannya sampai membuat hati seseorang menjadi kelabu sepenuhnya, hanya untuk dirinya. Hati kelabu itu hanya ditunjukkan pada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quarantine Mood
FanfictionNoRen | [fluff] [slight angst] [hurt comfort] COVID-19 sedang mewabah, memaksa seluruh negara menutup perbatasan, memaksa warganya tetap tinggal di rumah, memaksa orang-orang untuk sebisa mungkin menjaga kebersihan dan kesehatan. Hal yang sama berl...