From Home (end)

2.7K 339 50
                                    

























🔆

Sreeet...

Resleting koper ditarik sehingga menutup dengan sempurna dari ujung ke ujung membuat segala yang ada di dalamnya aman. Koper itu kemudian dipindahkan ke sisi kamar dan tangannya mengambil tas yang lain untuk memasukkan semua tugas kuliah. 

Renjun tak bisa berhenti tersenyum membayangkan dirinya memeluk kedua orang tuanya juga sang kakak.

Bahkan aroma segar pekarangan rumahnya yang dipenuhi berbagai tanaman sudah bisa tercium. Ah, ia sangat merindukan keluarganya. Sayang sekali dua hari berlalu begitu lambat baginya, lusa mereka akan baru berangkat ke Cina lalu ke Amerika empat hari setelahnya.

Mereka?

Hei, jangan lupakan calon suami Renjun. Lee tampan Jeno juga akan ikut bersamanya ke Cina.

"Hei,"

Mendengar suara yang datang tiba-tiba itu membuat Renjun berjengit kaget. "Sial, tuan Lee, kau tahu mengetuk pintu tidak?"

"No cussing in this household, Lee." Kekeh Jeno.

Ia ikut duduk di sebelah sang kekasih, memperhatikannya memasukkan kertas-kertas juga buku untuk bahan skripsi. "Kau akan membawa semua itu?"

"Tentu saja. Lagipula waktu libur kita tidak banyak, aku masih harus produktif dimanapun jika masih mau lulus."

Vaksinisasi sudah dimulai satu bulan yang lalu secara bertahap, cepat, dan masif. Renjun tidak menyangka bahwa mahasiswa diprioritaskan setelah petugas pariwisata, jadi mereka mendapat giliran lebih cepat daripada kalangan masyarakat biasa.

Jika dihitung, mereka hanya bisa berlibur dua minggu karena pasca penyuntikan vaksin minggu lalu, kampus langsung memberi pengumuman bahwa kuliah offline akan dimulai dua minggu setelah tahun baru. Itu sangat singkat jika dibandingkan dengan lamanya para mahasiswa/i yang terpisah dengan keluarga.

Si mungil ingin protes dan mengadakan demo untuk menuntut kampus memberi hari libur yang lebih panjang, tapi tidak, itu hanya akan membuatnya ditendang dari kampus karena dianggap tidak bersyukur. Juga, harapan Renjun adalah untuk cepat lulus jadi harusnya kuliah menjadi bahan bakarnya.

"Bicara soal lulus, kau ini satu semester lebih cepat daripada yang lain, bukan?" Tanya Jeno.

"Iya, ada apa? Bukankah kau juga mengambil kuliah cepat?"

Si surai biru pudar mengangguk, "dan kau tahu apa artinya itu?"

Terdiam, Renjun tampak berpikir apa arti yang dimaksud kekasihnya. Namun semakin dalam ia memikirkannya, semakin memanas juga telinganya.

"Jenooo~"

Pernikahan.

Setelah lulus mereka berencana menikah di Amerika dan menetap untuk sementara waktu disana. Tidak ada waktu untuk disia-siakan, Jeno akan langsung melamar kekasihnya dengan formal beberapa hari setelah wisuda.

Jeno tertawa melihat Renjun meringkuk menyembunyikan wajah di tas berisi kertas. Mereka berpacaran tidak sebentar bahkan sudah hampir satu tahun tapi Renjun masih tidak terbiasa dengan semua kata-kata manis Jeno. Telinganya paling sensitif jika mendengar kata pernikahan.

Quarantine Mood Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang