unexpected

3.9K 608 54
                                    

Aku mau berterimakasih dulu buat orang-orang yang udah share cerita ini di sosmed mereka. Aku mungkin gak bales, tapi aku baca dan seneng banget liat kalian komen. Aku mungkin emang belum bisa bikin cerita bagus, tapi aku bakal berusaha.

Terimakasih udah dukung sampe sini kawan-kawan, luv luv
























🔆


Cahaya matahari menyelinap melalyi jendela, membangunkan seorang Huang Renjun bagaikan alarm. Matanya sedikit mengernyit, kenapa mataharinya terasa sedikit lebih terang hari ini? Begitu batin si Huang.

Tapi saat melirik jam digital di nakas tubuhnya terlonjak dan tergesa untuk bangun.

07.38

Ia terlambat.

"Sial, ada apa denganku? Kenapa bisa bangun sangat terlambat?" Ia memukul kepalanya sendiri. "Bodohnya aku!"


Walau limbung karena baru saja bangun tidur Renjun tetap memaksa tubuhnya pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan diri sedikit sebelum memasak sarapan.

Bagaimana kalau Jeno kelaparan karena menunggunya? Bagaimana kalau ia dicap tidak sopan oleh sang housemate yang sialnya juga sang tuan rumah?

Ugh, terlalu banyak 'bagaimana' di kepalanya sampai ia lupa menyisir rambut setelah sikat gigi dan mencuci wajah. Masa bodoh dengan mandi, ia bisa melakukan itu nanti.

Pemuda Huang agaknya masih belum terbiasa sebab saat Jaemin masih disini dia yang akan melakukan pekerjaan pagi hari, dilanjutkan dengan Renjun yang membersihkan rumah ketika Jaemin sudah berangkat terlebih dahulu ke kampus.

Kampus...

"Aku juga lupa absen kuliah, astaga!"

Ia kembali ke kamar, mengambil ponsel lalu mengisi absen kuliah daring sembari menuruni tangga. Persetan dengan wajah bantal toh tidak akan ada yang melihat kecuali Jeno.

Akhirnya ia sampai di tangga terakhir, perasaannya tidak enak tapi dengan cepat menguap begitu saja, mengabaikan bahaya nya bermain ponsel saat berjalan di tangga.

Bruk!

Renjun menutup matanya, melepaskan ponsel yang mungkin sudah terlempar agar tangannya siap menahan tubuh yang hampir mencium lantai tersebut.

"Whoa... whoa... santai kawan, santai."

Ketika membuka mata ia menemukan Jeno menahan kedua bahunya.

"Kau tidak apa-apa?"

"A..aku baik, terima kasih." Balasnya terburu.

Ia kembali berjalan tergesa mengambil ponselnya di lantai lalu pergi ke dapur, bahkan dirinya tidak mau repot-repot melihat ke arah meja makan yang sudah tersaji sarapan di atasnya.

Kabinet dapur dibuka, beberapa bahan seperti roti gandum dan berbagai jenis selai di ambil sedangkan Jeno bersandar di pantry dapur di samping sembari menyilangkan tangan didepan dada, menipiskan bibir demi menahan tawa.

"Jeno, kau tidak apa-apa 'kan kalau sarapan roti dahulu? Kalau kau masih lapar aku bisa membuatkan makanan nanti, yang terpenting kau harus sarapanㅡ" ucapannya terhenti ketika Jeno memegang kepalanya dari kedua sisi, membelokkan dengan paksa namun lembut agar Renjun mau melihat ke arah meja makan. Si Huang terdiam mengamati.

Quarantine Mood Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang