🔆
"Kau melihatnya?!" Ucap pemuda Na dari seberang dengan antusias. "Hari ini pembatasan sosial kembali dilonggarkan! Tunggu sebentarㅡ hyung! Dimana sepatuku?!"
"Waitㅡ Na? Kau mau pergi kemana?"
Terdengar suara gaduh seperti Jaemin sedang terburu-buru, Jeno mengernyit bingung namun tak bisa menahan untuk tidak tertawa. Ah, kalau beberapa minggu yang lalu jantungnya akan berdetak dua kali lebih cepat hanya dengan mendengar pemuda Na itu memanggil namanya, sekarang hatinya sudah berdetak untuk orang lain.
"Mengunjungimu tentu saja! Kau pikir aku tidak khawatir setengah mati meninggalkan kalian berdua selama lebih dari 5 bulan?"
Uh-oh, Jeno panik sekarang. Jaemin tidak tahu apapun tentang hubungannya dengan Renjun, apa yang terjadi pada mereka setelah masalah peretasan itu berakhir dan ia yakin kepalanya akan menjadi sasaran jitak karena tidak bercerita.
"A-ahaha... iya, datanglah." Jawab Jeno kaku.
"Ada apa? Kau tidak merindukanku?"
"Tentu saja!"
"Baguslah, tanyakan pada Renjun apa yang ingin ia makan karena aku akan mampir sebentar."
Mata sipit itu melirik ke arah sang kekasih yang sedang sibuk menyiapkan makan siang di dapur. Tidak lucu bukan kalau si Taurus menjawab 'tidak usah, kekasihku sedang memasak makan siang.' Lalu Jaemin tersedak karena terkejut dan meninggal di tempat?
"A-apa sajaㅡ Iya, apa saja tapi jangan terlalu banyak karena kami juga sedang menyiapkan makan siang."
"Ay... kita berempat akan makan siang bersama. Aku akan membawa banyak makanan dan kita akan berpesta." Sekali lagi sebuah teriakan meminta ijin di seberang sana terdengar, tampaknya sahabatnya itu berbicara pada Mark. "Tenang saja, kami sudah melakukan tes PCR dari kampus tiga minggu lalu dan hasilnya negatif."
"Berempat?"
"Ah, iya. Aku lupa memberitahu, Sejin ikut denganku. Aku akan menjelaskannya nanti ㅡtaksinya sudah datang. Sampai jumpa!"
Mulutnya baru terbuka untuk membalas tapi sambungan terputus. Duh, Jeno paling tidak suka jika ada orang baru masuk ke dalam lingkarannya. Tapi siapa dirinya untuk protes? Toh Jaemin sudah di jalan dan ia akan berujung memaksa si Lee untuk berkenalan dengan orang baru, terlebih itu Sejin, orang yang sudah sangat dekat dengan Jaemin.
Jeno menghampiri Renjun di dapur untuk mengganggunya memasak seperti biasa. Bibir tipisnya mengecup perpotongan leher si manis dengan lembut lalu dagunya menumpu pada bahu sempit tersebut, tak lupa tangannya berperan mendekap figur mungil kekasihnya dari belakang.
Renjun yang sudah terbiasa dengan ini hanya melanjutkan acara memasaknya, menganggap Jeno sebuah angin lalu.
"Renjun."
"Hm." Jawab pemilik nama tanpa berpaling dari Japchae yang sedang ia tumis.
"Ish.. perhatikan aku Injun-aaa.." rengeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quarantine Mood
FanfictionNoRen | [fluff] [slight angst] [hurt comfort] COVID-19 sedang mewabah, memaksa seluruh negara menutup perbatasan, memaksa warganya tetap tinggal di rumah, memaksa orang-orang untuk sebisa mungkin menjaga kebersihan dan kesehatan. Hal yang sama berl...