Prolog (revisi)

3.3K 121 0
                                    

Dengan banyaknya riuh suara di tengah-tengah fikiran Chacha yang sedang kosong membuatnya tidak fokus dengan apa yang sedang dibicarakan oleh sahabat-sahabatnya.

Akhir-akhir ini memang Chacha sedang memikirkan hal yang sudah lama ia simpan sendiri, bahkan ia belum berani menceritakannya kepada sahabatnya sekalipun, hanya Anita dan Rein yang tahu? itupun hanya garis besarnya saja, karna baginya cerita yang ia simpan pun akan sangat mustahil jika terjadi, tapi bukankah di dunia ini tidak ada yang mustahil jika Allah sudah berkehendak ?

"CHA, WOI" teriak Dzul, si paling tidak sabaran.

"Astaghfirullah Dzul, bisa nggak, nggk usah teriak begitu?" ujarnya sambil mengelus dada, dia benar-benar kaget dengan teriakan anak Batam satu itu, tidak usah ditanya, Dzul adalah satu-satunya sahabat laki-laki Chacha yang memiliki suara paling keras diantara yang lainnya.

"Yaelah kek ngomong sama patung dah gue" keluh Dimas.

"Kenapa sih? Ada apa? Kenapa pada ngeliatin gue semua?" tanya Chaca bingung, pasalnya sekarang arah mata sahabat-sahabatnya tertuju pada Chacha.

"Ngelamunin apa sih kepala cantik ini?" Rein bertanya sambil mengetuk pelan kepala Chacha dengan sumpit bersih yang ada ditangannya.

"Tau nih, mendadak banyak pikiran aja kalo kumpul sama kalian" candanya, ia belum mau untuk membicarakan apa yang sedang difikirkannya, karna menurutnya apa yang sedang ia fikirkan tidak begitu penting untuk di dengar para sahabatnya.

"Sialan lu" timpal Anita.

"Ngomong apa kalian tadi sampe teriak begitu?" tanya Chacha, kali ini ia benar-benar penasaran dengan hal yang dibicarakan oleh sahabatnya.

"Kau nggak ada niat cari cowok Cha?" Dzul bertanya dengan nada khasnya.

"Hah? Lo tanya apa Dzul?" sekali lagi Chacha benar-benar memastikan pendengerannya kali ini, tidak salah dengar kan ia? Sejak kapak pembahasan di lingkup persahabatannya ini membahas hal-hal yang menurutnya aneh ini?

Sambil memutar bola matanya malas Dzul kembali bertanya yang kemudian di wakili oleh Dimas dengan pertanyaan yang sama, Dimas sedikit takut Dzul habis kesabarannya meladeni Chacha kali ini "Lo nggk ada niat cari cowok?"

Dengan mata yang sedikit melotot Chacha kembali bertanya "Ngapain cari cowok?"

"Ya buat gandengan lah" Dzul agaknya sudah mulai kesal dengan Chacha.

Gulungan tisu yang ada di tangan Chacha pun tak segan dia lempar ke arah Dzul yang mulai berbicara melantur "Sana lu gandengan sama truk, kalo pengen gandengan gue tinggal gandeng Anita sama Rein, ngapain repot-repot gandeng cowok"

"Pacar Cha pacar maksud Dzul tu" jelas Rein dengan sabar.

Chacha menghelas nafasnya pelan, dia manyadari suatu hal disini, kenapa pembahasan obrolan dengan sahabatnya kali ini hampir sesuai dengan apa yang dilamuni Chacha tadi? Membuatnya semakin penasaran dengan sosok yang tadi memenuhi pikirannya.

"Untuk sekarang cowok-cowok gue cukup kalian aja lah, tar kalo gue beneran udah punya cowok nangis kalian" candanya mengalihkan pembicaraan.

Tapi apakah boleh Chacha berharap bertemu dengan seseorang yang akhir-akhir ini terlintas di fikirannya? Sosok pria yang selama ini sahabatnya ceritakan, sosok yang mempunyai kepribadian yang sangat baik katanya, karna tanpa sadar Chacha mulai tertarik dengan seseorang yang bahkan belum pernah ia lihat wujudnya.

Apakah Tuhan akan memberikan ia sebuah takdir untuk bertemu dengan sosok laki-laki itu nantinya? Atau hanya akan jadi sebuah cerita yang hanya lewat di telinga nya saja?


TBC

Akhirnya aku balik lagi kesini setelah dua tahun lamanyaaa, tapi kembali dengan versi baru nyaa yaa , aku revisi pelan-pelan, maaf nggk bisa update setiap hari, tapi semoga cerita ini dapat terselesaikan dengan baik 🥹🙏🏽

Wujud Impian (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang