23. Tawaran

575 47 2
                                    

Masih ditempat yang sama dan dengan suasana hati yang berbeda tentunya. Mungkin mulai saat ini Arza akan lebih belajar sabar menghadapi sifat Chacha yang selalu mementingkan egonya, persis seperti dirinya.

Arza jadi mengingat tujuaya datang ke kontrakan Chacha selain mempertanyakan alasan Chacha menghindarinya. Tidak mungkin Arza dan Chacha masih diem-dieman, sedangkan malam nanti Chacha akan berangkat ke Jogja dan otomatis akan bersama disana.

“Kamu ke Jogja bareng saya aja ya” pinta Arza pada Chacha.

Chacha langsung mendongak menatap Arza dengan satu alis terangkat.

“Ih Pak, Chacha kan nanti malem berangkatnya sama temen-temen”

“Saya juga nanti malem”

“Yaudah kita konvoi aja bareng-bareng biar rame” sahut Chacha semangat.

“Dan biarin saya sendirian gitu?”

Chacha mengerutkan keningnya bingung.
“Kan ada Pak Bagas sama istrinya”

“Mereka berangkat pagi”

“Kenapa nggak ikut pagi juga berangkatnya?”

“Mereka sekalian mau cek rumah baru disana, kalau saya berangkat sama mereka, pulang-pulang saya sendirian terlantar”

“Ada pesawat padahal” ujar Chacha lirih.

“Nyasar nanti Cha”

“Mana ada pesawat nyasar?”

“Habis turun dari pesawat maksudnya” Chacha memutar bola matanya malas mendengar alasan Arza yang mengada-ada.

“Bapak Arza yang terhormat, Anda kan dulu tinggal lama di Jogja, dan sudah tau letak rumah Zahra, mana bisa nyasar coba?” ujar Chacha geram.

“Oke, nanti malam saya jemput kamu” jawab Arza santai.

“Ehh Chacha nggak bilang iya ya”

“Lah itu bilang”

“Ih Pak, Chacha nggak enak sama temen-temen loh”

“Ya udah, saya pulang dulu, Assalamualaikum” ujar Arza dan langsung pamit pulang.

Chacha menjatuhkan rahangnya sempurna, apakah Arza marah? Dilihat dari raut wajahnya hanya lempeng-lempeng saja, atau Chacha yang tidak pernah bisa membaca ekspresi wajah manusia?

“Eh waalaikumsalam” jawabnya tanpa sadar.

Apa yang sekarang harus Chacha lakukan, Mencoba membujuk Arza? Mengejar Arza? Chacha tidak tahu. Jujur ini untuk pertama kalinya bagi Chacha.

Anita yang sedari tadi duduk di kursi pantry sambil makan pun mendengarkan semua obrolan Chacha dan Arza. Rasanya Anita ingin sekali menggetok kepala Chacha dengan paha ayam miliknya.

Dalam obrolan tadi, Anita menangkap jika Arza sedang memberikan kode pada Chacha untuk semobil dengannya. Tapi karna otak Chacha yang terlalu rendah jaringan, maka tidak bisa menangkap itu.
“Bodoh” celetuk Anita yang langsung mendapatkan perhatian dari Chacha.

“Siapa yang bodoh Ta?” tanya Chacha bingung karna tiba-tiba mendengar Anita mengumpat. Untung Arza sudah pulang.

“Itu tadi gue liat vidio orang pacaran, si cowoknya udah minta ceweknya buat pergi jalan bareng dia, tapi ceweknya nolak”

“Oh” hanya itu respon Chacha. Anita dibuat geleng-geleng kepala.

Ternyata memang benar, jaringan di otak Chacha rada lemot, nyatanya bukan kode Arza yang tak bisa ia tangkap, kode Anita pun sama.

Wujud Impian (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang