Fokus Chacha kali ini tidak pada Bagas yang berjalan bersama istri dan anaknya, melainkan pada sebuah meja yang diatasnya terdapat sebuah kue yang tak asing bagi Chacha.
Chacha juga masih belum jelas melihat wajah istri Bagas karena tertutup oleh tubuh bocah laki-laki yang menggemaskan.
Kue itu, persis, mirip sekali dengan kue yang semalam Chacha buat. Arza menyadari arah pandang Chacha pada sebuah kue. Arza berdiri persis di samping Chacha, tak berniat pindah atau geser barang sejengkalpun dari posisi Chacha berdiri.
“Kenapa Cha?” tanya Arza berbisik.
“Itu kue kok mirip banget sama yang Chacha buat semalam” jawab Chacha juga berbisik.
Bagas dan istrinya serta bocah kecil laki-laki yang berada digendongan istrinya bersalaman dengan para tamu yang hadir, yang isinya hanya keluarga besarnya saja.
Sampai tiba di depan Chacha dan Arza, pandangan Chacha pun belum beralih pada sebuah kue yang tersaji di meja khusus. Sampai satu suara menyadarkan lamunan Chacha.“Mbak Chacha” sapa wanita yang sedang menggendong bocah kecil laki-laki, yang Chacha duga adalah istri Bagas.
Chacha menoleh kaget “loh, Kak Ashilla?” Chacha kenal dengan suara wanita yang berdiri di depannya.
“Kalian kenal?” tanya Arza bingung.
“Ini loh Mas, yang aku ceritain tadi” ujar Shilla pada Bagas tanpa menjawab pertanyaan Arza. Bagas tersenyum menganggapi.
“Makasih ya Cha” ucap Bagas.
“Ah iya Pak” jawab Chacha sekenanya.
“Ada apa Cha?” Arza semakin bingung dengan respon Chacha.
“Ini loh Za, kemaren Kakak muter-muter cari toko kue buat bikinin kuenya Zayn tapi pada nolak, ada yang alesan karena Kakak pesen dadakan lah, udah penuh lah, nggak bisa lah, dan macem-macem lagi alesannya, terus nggak sengaja Kakak lihat postingan temen Kakak lagi makan kue dari Cha’cakes, Kakak cobain pesen disitu, awalnya yang jaga sempet mau nolak juga karena liat bentukkan kue yang mau Kakak pesen, tapi nggak jadi nolak, tau nggak apa yang dibilang sama Mbak-Mbak yang jaga waktu itu?” ujar Shilla menceritakan.
“Apaan emang?” kini Nisa ikut penasaran dengan cerita Ashilla.
“Dia bilang gini ‘sebenernya saya pusing liat desain kue yang Kakak minta, tapi kalau saya nolak bisa-bisa saya di suruh nyari Kakak lagi sama sahabat saya buat minta maap’ gitu katanya”
Chacha tertawa mendengarnya.
“Kok ketawa sih?” tanya Arza bingung.
“Biasa kerjaan Anita itu Pak” jawabnya sambil terkekeh.
“Ko bisa begitu?” tanya Shilla.
“Iya, pernah dulu Anita nolak pesenan cupcake cuman karena waktunya lagi riweh banget, padahal si ibunya udah mohon-mohon karena ngidam, tapi Anita kekeh nolak, terus Rein cerita sama saya, saya suruh lah Anita cari Ibu tadi, dan akhirnya saya buatin si Ibu cupcake tapi yang bayar Anita” Chacha menceritkan kejadan dari bulan lalu.
Mereka kompak tertawa. Tapi ada satu orang yang menatap Chacha sinis tanpa banyak orang sadari.
“Saya lakuin itu bukan karna Saya mata duitan ya, Saya orang nya nggak tegaan walaupun itu bikin repot tapi setelah hasil itu jadi kaya ada rasa bangga sama diri sendiri” Nisa tersenyum bangga melihat Chacha.
“Ma..Ma..bruullp” terdengar suara ocehan dari bocah laki-laki yang berumur satu tahun yang sangat menggeaskan.
“Haha, Zayn udah nggak sabar ya?” ujar Shilla melihat tingkah anaknya, semua orang yang ada diruangan merasa gemas dengan bocah lucu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wujud Impian (REVISI)
Teen FictionMarsha Shaqueena atau yang sering di panggil Chacha, merupakan seorang gadis yang mempunyai sebuah impian bertemu dengan sesosok pria yang bahkan tak pernah ia lihat wujudnya. Namun saat kampusnya kedatangan dosen baru, ia merasakan suatu hal aneh d...