25. Restu

580 50 0
                                    

Mobil yang dikendarai Chacha pun akhirnya tiba di depan rumah orang tua Chacha. Disusul dengan mobil yang kini dikendarai oleh Dzul. Pemandangan yang selalu Chacha lihat setiap pagi adalah melihat sosok Ayahnya yang duduk bersantai di depan teras rumahnya sambil meminum secangkir teh buatan sang Mama.

Senyum Chacha mengembang. Ia begitu merindukan kedua orang tuanya. Seyumnya melebar kala melihat sosok sang Ayah yang belum sadar akan kehadirannya.

Chacha langsung turun dari balik kemudi mobil Arza tanpa mematikan mesin mobilnya terlebih dahulu. Arza yang melihat tingkah ajaib Chacha hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala dan langsung mematikan mesin mobilnya.

Chacha berlari menemui sang Ayah “Assalamualaikum Ayah presiden hatinya Marshaaa” seru Chacha semangat dengan merentangkan kedua tangannya.

Ayah Chacha langsung menoleh ke arah asal suara dan mendapati putrinya dengan senyum bahagianya “Waalaikumsalam” jawab sang Ayah tak kalah antusias.

Kemudian sosok ayah dan anak itupun saling berpelukan melepas rindu. Ya begitulah mereka, tidak perduli dengan sektiarnya. Chacha ini akan sangat manja dengan Ayahnya, beda lagi jika dengan sang Mama, ia akan lebih terlihat bersikap dewasa.

“Perkiraan kamu sampai rumah jam delapan loh Sha, kok jam enam sudah sampai?” tanya Ayah Chaha.

“Iyalah, kan ngebut, selap selip” ujar Chacha heboh sambil meliuk-liukkan tangannya. Ayah Chacha hanya tersenyum sambil mengacak kepala Chacha yang terbalut hijabnya.

“Wahh anak Mama jadi beneran pulang nih?”

“Iyalah, no tipu-tipu”

“MAMA RUMIII” pekik kedua sahabat Chacha, Anita dan Rein yang baru turun dari mobil.

Anita dan Rein memang begitu dekat dengan Arumi - Mama Chacha, walau hanya pernah bertemu satu kali, tetapi tiap Arumi menelpon Chacha, kedua sahabatnya selalu ikut nimbrung dan membuat bahan obrolan sendiri.

“Wah wah, anak gadis Mama tambah dua, gimana kabar kalian?” tanya Arumi pada kedua sahbat Chacha sambil memeluk mereka.

“Sehat Alhamdulillah Ma, Mama giamana?”

“Seperti apa yang kamu lihat, makin bahagia lihat kalian dateng” ujar Arumi.

Manusia 4D hanya geleng-geleng melihat interkasi mereka. Walaupun baru bertemu sekali dulu, tapi sambutan yang didapat sungguh luar biasa.

“Loh loh, manusia 4D nambah personil Sha?” tanya Arumi heran melihat keberadaan Arza yang berdiri tak jauh dari manusia 4D yang sedang sibuk dengan menurunkan barang bawaan mereka.

Chacha mengernyit heran, Chacha langsung menolehkan pandangannya pada keberadaan manusia 4D dan Arza yang masih berdiri di dekat mobilnya.

“Ish bukan Ma” jawab Chaha yang menyadari arti pertanyaan sang Mama.

“Terus satunya siapa?” tanya Arumi.

“Biar kenalan sendiri aja”

Manusia 4D dan Arza kemudian melangkahkan kaiknya ke arah teras rumah Chacha. Saat sudah berada di depan orang tua Chacha mereka pun satu per satu mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

“Pak Bima?”

“Pak Arza?”

Kaget keduanya bersamaan.
Chacha menoleh melihat sang Ayah dan Arza yang berseru bersama. Seperti seorang yang sudah lama kenal dan baru bertemu kembali.

“Kalian kenal?” tanya Chacha bingung melihat Ayahnya dan Arza yang langsung berjabat tangan kemudian saling merangkul.

“Rekan bisnis Ayah Cha”

Wujud Impian (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang