Chacha pulang dengan senyum merekah yang masih menempel di bibirnya. Sikap manis Arza tadi masih belum hilang di fikirannya.
Bukannya berlebihan, hanya saja dari cerita yang pernah Chacha dengar Arza bukan tipikal orang yang gemar memperlihatkan sikap manisnya kepada manusia-manusia yang ada di kampus.
Tetapi Arza telah bersikap manis pada Chacha, bolehkah Chacha berfikir bahwa Arza ... Ah sudahlah, Chacha tidak mau berharap.
Mungkin perasaan ini hanya sekedar kagum dengan sosok Arza yang baru saja ia kenal, tidak lebih, yaa tidak lebih. Semoga saja.
Tanpa Chacha sadari, Anita memperhatikan gelagat aneh Chacha yang memasuki kontrakannya dengan senyum yang tak kunjung pudar.“eeghemm” deheman Anita membuat Chacha sadar dari lamunannya.
“ngagetin aja lo” ujar Chacha sembari mengelus dadanya.
“kenapa lo balik senyum-senyum nggak jelas?” Chacha masih setia dengan senyumannya tanpa menjawab pertanyaan Anita.
“setan gramedia ngikutin lo ya?” tanya Anita dengan membolak balikan tubuh Chacha seperti orang yang sedang di introgasi.
“enak aja lo” timpal Chacha tak terima.
“ya terus kenapaa gilaa” desak Anita.
“dah ah gue mau mandi” Chacha langsung ngacir ke kamarnya di lantai dua.
“HEH PERTANYAAN GUE BELO LO JAWAB SETAN” teriak Anita.
“NANTI GUE CERITAIN ABIS GUE MANDI” jawab Chacha ikut berteriak.
Setelah Chacha selesai mandi, Anita tidak lupa untuk menagih jawaban Chacha, dan mau tidak mau Chacha harus menjelaskannya, siapa tau aura kesenangan Chacha bisa sampai ke Anita haha.
Tidak munafik, Chacha memang senang dengan perlakuan Arza tadi, tidak seperti saat pertama kali Chacha bertemu.
Anita sedikit terkejut mendengar cerita Chacha, tapi sebelumnya Anita juga melihat Chacha di mall dengan Arza yang sedang membeli buku bersama.
Awalnya Anita berniat menghampiri Chacha, tapi sebelum Anita menghampiri Chacha tangan Anita langsung di tarik oleh Fandi untuk ikut masuk ke dalam bioskop. Yaps Chcaha dan Anita berada di mall yang sama.
“ada hati kali dia sama lo”goda Anita.
“dih suka ngawur lo” kilah Chacha.
Tak menampik kemungkinan, bahwa Chacha juga merasakan hal aneh dan juga bingung dengan sikap Arza akhir-akhir ini.
Dirinya juga merasa aneh, kenapa Chacha dan Arza seolah mempunyai kedekatan khusus? Ah mungkin itu hanya perasaan Chacha saja. Sudahlah, Chacha tidak ingin ambil pusing hal ini. Biarkan takdir berjalan dengan semestinya.
***
Arza memasuki rumahnya dengan perasaan yang tidak biasa, senyum terus terpancar dari wajah Arza, seolah ingin berbagi kebahagiaan dengan yang lainnya.“tumben baliknya kesini bang” tanya Kayla—adik Arza sembari menuruni tangga.
Arza memang tinggal di apartemennya, jarang sekali pulang ke rumah orang tuanya, hanya saat-saat tertentu saja Arza pulang ke rumah.
Dan sekarang Arza memilih untuk pulang ke rumah dengan membawa sebungkus martabak manis spesial kesukaan adiknya.
“brisik lo, nih Abang bawain martabak” Arza menyodorkan sebungkus martabak kepada Kayla.
“aaaah makasiih Abangku yang paling ganteng” Kayla menerima bingkisan martabak dengan hati yang berbunga-bunga.
“ohh, jadi cuma Bang Arza aja nih yang dipuji ganteng” ujar Bagas sinis. Arza dan Kayla terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wujud Impian (REVISI)
Ficção AdolescenteMarsha Shaqueena atau yang sering di panggil Chacha, merupakan seorang gadis yang mempunyai sebuah impian bertemu dengan sesosok pria yang bahkan tak pernah ia lihat wujudnya. Namun saat kampusnya kedatangan dosen baru, ia merasakan suatu hal aneh d...