29. Suasana Hati

492 40 0
                                    

Happy reading ❤️

Klik bintangnya yaa !!

***

Chacha dan Rein langsung menuju kos-kosan Rein setelah dari taman. Chacha banyak ngobrol dengan Yusuf dan Dicky, serta Yusuf yang baru mengetahui bahwa Dicky adalah teman kampus Chacha, bahkan satu kelas.

Sedangkann Rein lebih memilih diam memperhatikan pada saat di taman tadi setelah kehadiran Dicky.

Chacha turun dari mobil Rein terlebih dahulu, kemudian disusul Rein yang jalan dibelakangnya.

“Mobil siapa Rein?” tanya Chacha setelah melihat sebuah mobil yang terparkir di depan kos Rein.

Rein melihat sepintas mobil yang di maksud Chacha “Oh, itu punya tetangga kos sebelah”

Chacha menoleh cepat ke arah Rein “Ngekos disini?” tanya Chacha heran.
Rein hanya menganggukkan kepalanya sebagai respon.

Rein membuka pintu kamarnya yang terletak di lantai tiga. Chacha langsung merebahkan tubuhnya dikasur empuk Rein.

Pandngan Chacha menatap langit-langit kamar Rein “Masih nggak nyangka gue kalo ternyata Dicky punya kembaran” kekeh Chacha.

“Serahasia itu ya, sampe dia nggak cerita ke kita kalau dia punya kembaran?”

“Kenapa nggak lo tanya langsung aja sama Dicky tadi alasan dia diem kalo punya kembaran? Malah tadi lo diem aja” sahut Chacha.

Rein diam, tidak menyahuti pertanyaan Chacha. Ia meletakkan tasnya di meja belajar kemudian berlalu ke kamar mandi.

Chacha masih merebahkan tubuhnya, baru saja ingin memejamkan mata, Rein sudah mengganggunya dengan mencipratkan air yang berbekas ditangannya.

“Mandi sana lo, jangan tidur sore-sore” tegur Rein.

Akhirnya dengan rasa malas yang masih menempel Chacha pun bangkit dari rebahannya. Mandi, menyegarkan tubuhnya.

***

Chacha membuka pintu balkon kamar kosan Rein, setelah melaksanakan sholat maghrib. Duduk dengan beralaskan tikar gulung yang digelar oleh Rein, ini salah satu tempat favorit Chacha jika berada di kos Rein.

“Lo suka ya sama Dicky?” celetuk Chacha tiba-tiba.

Rein langsung menyemburkan air putih yang baru sampai masuk dimulutnya, untung tidak tersedak.

“Lo ngelantur?” tanya Rein balik.

“Keliatan Rein” ucapan Chacha membungkam Rein.

Chacha sebenarnya hanya asal menebak, tapi ekspresi yang dikeluarkan oleh Rein setelah Chacha mengucapkan sesuatu bahkan yang tak diyakininya pun seolah menjawab pertanyaan Chacha dengan jawaban benar.

Tapi bukan Rein namanya jika tidak mengelak terlebih dahulu “Keliatan apanya?” tanyanya setelah kembali menormalkan raut tegangnya.

“Halah ngeles lo”

“Kenapa bisa lo nanya begitu?”

“Nggak tahu, asal nyeplos aja tadi gue, tapi dilihat-lihat dari kagetnya lo pas gue nanya itu langsung ngejawab kalau lo beneran suka sama Dicky” selidik Chacha.

“Ck, bisa-bisanya perasaan gue lo jadiin uji coba”  Rein berdecak.

“Nggak juga sih, tapi akhir-akhir ini gue sering lihat lo adu mulut terus sama dia, eh tadi lo diem aja di taman seolah nggak terima kalo Dicky nggak cerita dia punya kembaran”

“Gue juga heran Cha, akhir-akhir ini dia sering banget bikin gue sebel sama dia, seolah membuka jalan buat gue berdebat sama dia”

“Yaudah”

Wujud Impian (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang