Arthit bangun jam 7 pagi seperti biasa, mandi, memakai baju seragam, memasukkan buku-buku pelajaran ke dalam tas dan turun makan untuk sarapan.
Tapi ada satu hal yang aneh pagi ini, Avin terkesan takut dan menghindarinya. Arthit tak mengerti, biasanya Arthit yang merasa terancam terhadap Avin, hari ini terjadi sebaliknya.
Setiap mata bertemu, ada rasa takut terpancar dan Avin akan menghindarinya secepat mungkin. Arthit mengangkat bahu, biarlah.. semua akan lebih tenang jika tidak diganggu.
Arthit sarapan pagi dengan damai, tanpa ada yang menganggu ataupun mengomelinya. Ini salah satu pagi terbaik.
Melirik jam tangan, Arthit ingat bahwa Ice dan Fri akan menjemputnya hari ini. Tepat jam 7.45 Arthit menunggu di depan rumah.
Amor melihat Arthit belum pergi sekolah padahal Arthit sudah keluar 10 menit yang lalu merasa curiga, "Kenapa belum pergi sekolah?"
"Aku menunggu teman."
"Rumah temanmu sekitar sini ?"
Betapa bodohnya Arthit, ia bahkan tak tahu rumah temannya ada dimana.
"Aku tak tahu, tapi kemarin mereka bilang akan menjemputku."
Amor melirik jam tangannya, ini sudah hampir jam 8 pagi, gerbang sekolah akan segera di tutup. "Kau tak bisa menunggu lagi atau kau akan terlambat. Bahkan Avin sudah berangkat pagi-pagi."
Arthit ingin menunggu tapi apa yang dikatakan oleh Amor benar, ia akan terlambat jika tidak pergi sekarang. Mungkin mereka akan bertemu di sekolah nanti.
Arthit mengucapkan salam perpisahan dan pergi ke sekolah.***
Jam pelajaran pertama, Ice dan Fri masih belum datang.
Mungkin mereka terlambat hari ini. Pikir Arthit.
Sampai jam pelajaran keempat, Fri dan Ice masih belum datang membuat Arthit merasa khawatir.
Apa mereka sakit?
Aku ingin mengunjunginya sepulang sekolah tapi aku tak tahu dimana rumah mereka.
Arthit melalui hari ini dengan cemas, sepualnh sekolah Arthit di hadang oleh Toptap. Pria ini yang memutuskan hubungan mereka 2 minggu yang lalu.
"Ada apa?"
"Bisa kita bicara Arthit?"
Arthit terkejut sebentar lalu kembali normal. Apa yang bisa dibicarakan diantara mereka? Tawa Arthit miris dalam hatinya.
"Kurasa tak ada yang perlu dibicarakan."
"Bagiku ada." Toptap memaksakan kehendaknya.
"Baiklah, dimana kita akan bicara?"
"Cafe XXX."
***
Arthit menatap Toptap, pria ini tak berubah. Sikapnya selalu lembut dan perhatian. Toptap memesan pink milk dan kue tiramisu kesukaan Arthit. Perlakukan Toptap membuat hati Arthit nyeri.
Mungkinkah Toptap menyesal dan ingin kembali padanya?
Arthit segera membuang pikiran itu kebelakang. Toptap telah bertunangan, dengan wanita pilihan orang tuanya.
Jangan mimpi disiang bolong, Arthit bangun!
"Bicara."
"Apa kau mempunyai sesuatu yang mendesak?"
"Aku masih harus mengerjakan PR."
Toptap tertawa, Arthit tak berubah. "Banyak?"
Arthit mengangguk, bahasa inggris, matematika, sains, dan bahasa. Para guru itu tak peduli bahwa anak sekolah SMA perlu waktu 'me time' juga, mereka memberi segunung PR. Sangat menyebalkan.
"Bagaimana kalau aku membantumu?"
"Tidak usah." Arthit menolak tegas.
Toptap menyangkat bahu dan menyeruput es kopi.
"Apa kau membenciku?"
Arthit menghindari tatapan Toptap, apakah dia membencinya? Mungkin iya. Atau lebih tepatnya, ia kecewa berat pada mantan kekasihnya. Dulu, ia percaya dan mengantungkan semua harapannya pada pria ini tapi pria ini mengecewakannya.
"Maaf, aku juga tak berdaya." Toptap terlihat sedih membuat Arthit merasa kasihan. Ini juga bukan kemauan Toptap.
"Tak apa. Kita harus melihat kedepan."
"Kau sangat positif Arthit."
Arthit tersenyum tanpa membalas.
"Apa kita bisa kembali?" Toptap meraih tangan kanan Arthit. Hati Arthit berdebar, pikirannya tak menentu. Apakah ini sebuah kesempatan lagi dari Tuhan?
"Wanita itu?"
Toptap tak berdaya, "Tolong beri aku sedikit waktu, aku tak bisa memutuskan pertunangan sekarang. Maukah kau memberiku kesempatan?"
Sebelum Arthit menjawab, ada suara renyah khas anak kecil meneriakkan namanya.
"Mama Arthit!!!"
Hong dan Blue segera berlari menuju ke tempat Arthit dan memeluknya. Kedua lengan Arthit seakan terikat oleh Blue di sebelah kanan dan Hing di sebelah kiri.
Toptap menatap bingung, siapa kedua bocah ini yang memanggil Arthit dengan sebutan Mama.
"Hong dan...." Arthit belum bertemu dengan anak berambut biru ini. Tapi ia menduga bahwa anak berambut biru ini adalah saudara Hong.
"Namaku Blue, mama.." saat Blue menyebut kata mama ada suatu kebahagiaan dihatinya.
"Hong dan Blue, kenapa kalian disini? Dimana Fri dan Ice?"
"Kenapa mama mencari mereka?" Blue dan Hong menjadi cemberut.
"Kalian masih anak-anak, tak boleh berkeliaran tanpa ada orang dewasa."
"Kami bisa jaga diri, Mama.." Blue menepuk dadanya dengan sikap bangga. Hong mengangguk tanda setuju. Jika ada yang macam-macam, tinggal setrum aja. Beres 👍.
Toptap yang merasa dilupakan mengeluarkan batuk ringan, Arthit menyadari pembicaraan mereka masih belum selesai. Seakan ingin meminta maaf karena terganggu karen suara Hong dan Blue lebih cepat.
"SIAPA PAMAN INI?
Buat yang lupa :
Hong
Blue
12 JAN 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
24. Aku punya 7 anak Vampire
FanfictionArthit siswa kelas 3 SMA, tak pernah menyangka bahwa suatu hari ada yang mengaku sebagai anaknya. Bukan hanya satu tapi TUJUH!! Kapan ia melahiran ? Pertanyaan Bodoh! Arthit pria, tak mungkin melahirkan... Bagaimana Arthit menghadapi ke tujuh anakn...