Chapter 9 : Ketua Osis

18.8K 2.4K 82
                                    

Arthit melemparkan tubuh yang lelah diatas kasur, ia hanya bisa bernafas ringan, bahkan merasa sangat lelah untuk mengangkat satu jari. Ia tak tahu bagaimana kedua anak itu mengisi energy mereka, mereka seperti membawa power bank energy di dalam saku. Sungguh mengagumkan!

Arthit dibawa Hong dan Ice ke tempat yang berbeda, saling tarik menarik memperebutkan Arthit. Hong ingin ke toko elektronik dan Blue ingin ke toko hewan. Toko berbeda, komoditi berbeda, yang pasti kedua toko itu tidak berdekatan satu sama lain.

Keduanya tak mau mengalah hingga Arthit memarahi mereka. Arthit merasa bersalah memarahi anak orang lain tapi dia bukan amoeba. Ia tak mampu membelah diri untuk menemani masing-masing mereka.

Dalam setengah jam, Arthit jatuh tertidur tanpa makan malam dan mandi.

Hari ini, Arthit langsung pergi ke sekolah tanpa menunggu Fri dan Ice, ia akan bertanya alamat rumah Fri dan Ice pada guru kelas dan memutuskan akan mengunjungi mereka sepulang sekolah.

Pagi ini sedikit berbeda dari yang biasanya, ada petugas displin yang berdiri tegak di belakang gerbang sekolah. Menghukum siswa-siswi yang terlambat atau berpakaian tidak rapi. Bahkan ada siswi yang menangis saat petugas displin meminta untuk menghapus make upnya.

Melihat betapa tegasnya petugas displin hari ini, Arthit merasa deg-degan. Ia merapikan pakaian dan rambutnya terlebih dahulu. Setelah yakin, Arthit melangkah masuk ke dalam sekolah.

"Kamu! Berhenti!" Arthit menjadi kaku saat diteriaki oleh salah satu petugas displin. Arthit tahu dia, dia adalah Tay, sang ketua OSIS.

Arthit menoleh dengan kaku, bahkan lebih kaku dari gerakan sebuah robot, "Ya..."

Ketua Osis mempunyai penampilan menarik, berwajah tampan maskulin, tubuh tinggi tegap dan yang lebih penting ia tak terlihat seperti kutu buku ketua Osis yang ada di komik-komik. Gambarannya seperti pengusaha yang mengelola perusahaanya.

Tay melangkah dengan tepat tak lambat maupin cepat, Arthit yang menunggu merasa gelisah. Langkah kaki yang besar dan cara berjalan yang elegan, membuat siswi-siswi di sekelilingnya terpaku.

"Kau...."

"Aku memakai dasi dan sepatu hitam, baju tak keluar, rambut sudah disisir." Arthit memberikan laporan terlebih dahulu agar sang ketua Osis tak menghukumnya.

Tay tertawa kecil, siswa di depannya sangat lucu. Wajah yang imut, pipi yang bundar, mata yang cerah, sangat mengemaskan.
"Aku tahu kau memakai dasi dan sepatu hitam, rambutmu lumayan rapi, baju juga dimasukan ke dalam tapi..."

Arthit kaget ternyata penampilannya masih ada yang kurang di mata ketua Osis ini. Apa kekurangannya? Katakan! Tapi jangan dihukum (memelas).

"Apa kau bangun terlambat hari ini?"

"Tidak, aku bangun pagi."

"Lalu kau sudah sarapan?"

"Sudah. Aku makan 2 potong roti."

"Bertemu siapa sebelum ke sekolah?"

"Tak bertemu siapa-siapa."

Kenapa dia menanyakan hal itu padaku??

"Jika kau bangun pagi dan sudah sarapan, kenapa kau pakai kaos kaki berlainan?"

Arthit menunduk melihat kaos kakinya, sebelah kana berwarna putih dan sebelah kiri berwarna hitam, seketika merasa sangat malu. Ada apa dengannya hari ini?

"I-Itu... aku..."

"Hahaha... jangan takut Nong, aku tak akan menghukummu. Sebelum guru melihat, bagaimana kalau kau ganti kaos kaki dulu, aku punya cadangan di loker." Arthit merasa lega, ternyata ketua Osis tak menghukumnya. Meski enggan, tapi Arthit tak mau ditegur berulang-ulang hanya karena kaos kaki. Untuk itu ia setuju dengan usul Tay.

"Mari ikut aku..."

"Maaf merepotkan."

Mereka berjalan menuju ruang loker, Tay berada di depan dan Arthit berada di belakang. Arthit tak berani jalan di samping Tay. Selain sungkan, Arthit bisa diinterogasi oleh fans-fans ketua Osis nanti.

Tay hanya menjawab senyum saat beberapa siswa menyapanya. Hanya butuh 20 langkah mencapai ruang loker.

"Ini..." Mata Arthit bergetar saat ia menerima sepasang kaus kaki hitam, kaos kaki ini bermerek brand terkenal.

"Aku... aku... apa tak ada yang biasa saja?"

"Ini sudah yang paling murah dari yang aku punya."

"Tak usah sungkan." Tay berkata saat Arthit ingin menolak lagi, dengan malu-malu akhirnya Arthit menerimanya.

"Kudengar kau punya teman baru."

Berita Arthit berteman dengan Fri dan Ice, ternyata sudah sampai ke telinga ketua Osis.

"Ya. Mereka murid pindahan 2 hari yang lalu."

"Oo.. begitu. Apakah mereka baik?"

"Ya. Mereka sangat baik padaku."

Arthit mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal kepada Tay. Setelah Arthit pergi dan tak terlihat, seseorang menepuk pundak Tay.

"Ada apa dengan dia?"

Tanpa menoleh, Tay tahu siapa yang bicara. Sepupunya, Forth.
"Aku mencium samar-samar bau vampire di tubuhnya."

"Apakah ada vampire didekatnya?"

Tay sepemikiran dengan Forth, jika seorang manusia memiliki bau vampire, maka manusia itu sedang didekati atau diincar oleh vampire.

"Kurasa begitu. Aku belum tahu siapa yang ada di dekatnya tapi kita harus menyelidiknya. Jangan sampai terjadi masalah."

Forth mengangguk berjanji akan membantu Tay.

05 Maret 2021

24. Aku punya 7 anak VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang