Chapter 10 : Guru Baru

18.5K 2.3K 121
                                    

Arthit memasuki kelas dan duduk di bangkunya dengan tenang. Tak ada Fri dan Ice yang bisa diajak mengobrol.

Suara langkah sepatu hak tinggi diiringi dengan tawa yang sok manis mendekati langkah mereka. Pintu terbuka dan menampilkan guru Wan dan pria tampan.

Ada sedikit warna merah di pipi dan telinga guru Wan. 100% para murid yakin bahwa guru Wan tertarik dengan pria itu. Pria itu sangat tampan, garis wajah yang tegas, hidung yang mancung, senyum yang menawan, terlebih lagi sorotan mata itu sangat memabukkan.

Guru Wan dan pria tampan itu memasuki ruang kelas. Guru Wan beberapa kali memukul meja mengunakan penggaris agar para murid tenang dan tidak berisik.

Guru Wan memperkenalkan bahwa pria tampan ini yang akan menjadi guru sejarah baru dan menggantikan wali kelas sementara. Sorak sorai kembali mengudara.

Guru tampan itu menggantikan pak tua wali kelas. Ini anugerah dari surga!

"Nama saya Kongpop, yang akan mengajar pelajaran sejarah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nama saya Kongpop, yang akan mengajar pelajaran sejarah. Sementara menggantikan guru Luo yang sedang sakit."

Suara itu... suara yang sedikit ngebass tapi merdu, sangat enak di dengar di telinga.

Aahhh... aah.. guru itu tampan sekali.

Suaranya seperti sihir, membuatku larut di dalamnya.

Ingin berenang di air liurnya.

Guru Wan jengkel, mengetuk beberapa kali tapi para murid masih antusias, susah untuk ditenangkan. Semakin riuh dan riun sampai Kongpop mengangkat tangannya dan perlahan-lahan para murid kembali tenang.

Setelah perkenalan yang cukup kacau, pelajaran kembali dilanjutkan tapi fokus mereka berbeda. Memanjakan mata melihat pak guru tampan.

Setelah pelajaran selesai, Arthit dengan susah payah mendatangi guru Kongpop melewati tatapan mata menusuk dari para siswi.

"Ada apa Arthit?"

"Guru tahu saya?" Arthit bertanya bodoh.

"Tentu saja. Kau muridku. Aku ingat semua muridku." Arthit memandang takjub, 36 nama murid diingat dengan mudah.

"Ada apa?"

"Guru, bolehkah aku minta alamat Fri dan Ice, murid pindahan baru."

Kongpop menaikkan salah satu alisnya dan bertanya, "Kenapa?"

"Mereka tidak masuk kelas dalam 2 hari ini dah saya khawatir. Aku ingin mengunjunginya setelah pulang sekolah."

Kongpop tersenyum penuh arti, "Temui aku setelah pulang sekolah."

Arthit mengangguk lalu kembali ke kelas diiringi tatapan cemburu dari para siswi.

***

Arthir membawa tas setelah bel berbunyi, ia akan segera ke ruangan guru untuk meminta alamat rumah Fri dan Ice, tapi tak ada yang menyangka ketua Osis menghentikannya.

Arthit menatap bingung, "Ada apa Phi?"

"Bisa ikut aku sebentar?"

"Tapi aku sudah ada janji."

"Janji apa?"

"Aku harus ke ruangan guru setelah bel berbunyi."

"Apakah itu penting?" Arthit mengangguk, menjenguk teman sesuatu yang penting bukan!.

"Baiklah, bisakah kau ke tempatku setelah selesai berbicara dengan guru." Arthit berpikir itu tak masalah, ia segera menyanggupinya.

Meski enggan, Tay membiarkan Arthit pergi. Avin menatap tidak suka, bagaimana Arthit yang culun itu dikelilingi orang-orang tampan, dari murid pindahan, ketua Osis bahkan guru baru. Mereka semua berkomunikasi dengan Arthit.

Avin pergi menjauh dari sana dan memberikan informasi sesuai janjinya.

"Jadi, ketua Osis mencari Arthit?" Toptap bertanya bingung seperti Avin, Arthit menjadi terkenal mendadak.

"Benar. Aku tak tahu apa yang mereka lihat dari pria culun itu."

"Bagaimana keseharian dia dirumah?"

"Biasa saja. Tak ada yang berbeda."

"Baik. Laporkan padaku semua detail tentang Arthit, apa yang dia lakukan sehari-hari, dengan siapa dia bertemu, dan hal aneh diluar kebiasaanya. " Toptap mengeluarkan beberapa lembar 100 Baht sebagai upah untuk Avin sang informan. Avin mengambil uang itu dengan riang, akhirnya game yang diincar dapat dibelinya.

"Walau aku tak mengerti kenapa kau meminta hal itu, tapi aku tak peduli selama kau membayarku. Senang bekerjasama denganmu." Toptap memandang jijik, pecundang yang terlalu mudah untuk disuap.

Di ruang guru...

Arthit duduk dengan tegang dan kaku, walau guru baru ini tidak terkesan angkuh tapi ia juga tidak ramah. Agak canggung rasanya.

Kongpop menyeduh teh dan menyajikan secangkir kecil untuk Arthit, "Minum agar tubuhmu rileks."

Arthit berhati-hati mengangkat cangkir panas itu dan meniupkannya beberapa kali sebelum mencicipinya. Teh itu berbau harum pohon pinus, ada rasa pahit tapi sedikit manis di dalamnya.

"Kau suka?"

"Hah??"

"Kau suka teh-nya?"

"Suka. Ini enak."

"Jika kau suka, harus minum lebih sering." Kongpop mengambil beberapa bungkusan kecil dan memberikannya pada Arthit. "Teh ini bagus untuk kesehatan tubuhmu, minum sehari sekali."

Meski tak tahu apa tujuan guru memberikan teh padanya, Arthit mengangguk. Lalu berbicara tujuannya datang ke sini.

"Fri dan Ice mengambil ijin sementara waktu dan kurasa rumah mereka cukup jauh, jika kau pergi sekarang, kau tak bisa kembali untuk makan malam nanti."

"Apakah ada masalah dengan mereka?"

Kongpop menjawab mantap, "Ada masalah keluarga. Mereka bandel dan nakal, tak menuruti perintah orangtuanya."

Arthit menatap curiga, "Guru, bagaimana kau tahu mereka nakal? setahuku mereka anak baik, lagipula guru baru datang hari ini dan tak pernah bertemu mereka."

Kongpop batuk sesaat, "Ini hanya firasatku. Hanya firasatku."

Arthit mengeleng tak setuju, "Bagaimana seorang guru melecehkan muridnya seperti ini tanpa menyelidiki terlebih dahulu. Ini sangat buruk guru."

Kongpop melambaikan tangannya dengan enggan, "Tak perlu dibahas lagi, begini saja kita akan menjenguk mereka bersama dan mencari tahu. Aku akan mengantarmu."

Kata mama tidak boleh sembarangan ikut orang asing, tapi ini adalah guru sekolah, jadi tak akan bermasalah. Arthit mengangguk setuju dan berkata "Aku harus menemui ketua Osis dulu lalu bertemu guru di pintu gerbang."

Arthit pamit pergi, setelah beberapa saat seorang pria berkulit pucat muncul mendadak di depan Kongpop.

"Tuanku." Pria itu berkata dengan penuh hormat.

"Selediki dia, terutama ketua Osis itu. Hati-hati dengan hidung anjingnya."

Pria itu mengambil perintah dan pergi. Kongpop mengambil sebatang rokok, menyalakan dan menyesapnya ringan.

Manusia memang menyusahkan. Terlalu banyak teori!

13 Maret 2021

24. Aku punya 7 anak VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang