Prolog

292 116 101
                                    

Seorang cewek menggeliat di atas tempat tidurnya karena bunyi nyaring berdering di samping telinganya. Ia pun mengambil handphonenya yang berbunyi, ia terkejut saat melihat  notifikasi 14 panggilan tak terjawab dan 10 pesan dari sahabatnya, Zivanna Amanda.

Alya Adriana Dirgantara. Atau biasa dipanggil Alya.  Lahir di keluarga kaya raya namun jarang mendapatkan kasih sayang. Mempunyai kakak bernama Rendy Adriano Dirgantara yang kini menjabat sebagai ketua basket di sekolahnya.

Baru saja Alya turun dari tempat tidurnya, Ada panggilan masuk dari Ziva. Alya segera menggeser tombol berwarna hijau keatas.

"Hallo, Al. Lo masih hidup kan?" tanya suara dari seberang sana.

"Alhamdulillah masih bernafas. Ada apa Lo pagi-pagi nelpon?" tanya Alya balik.

"Berangkat ke sekolah bareng. Gue otw rumah Lo. Lo cepet siap-siap. Gue mattiin. Byee!" ujar Ziva dan menutup panggilannya sepihak.

"Untung temen," kata Alya sambil mengelus dadanya dan mengambil handuknya lalu pergi menuju ke kamar mandi.

Seusai berbenah, Alya berjalan menuju ruang tamu lalu membuka pintu utama dan sudah ada Ziva yang menunggunya sambil duduk diatas sepeda.

"Lama amat sih, Ayo cepetan berangkat ntar keburu telat!" ujar Ziva kesal karena menunggu lama.

"Santuy kali,  Ziv. Masih pagi gini," balas Alya santai sambil menutup pintu rumahnya lalu berjalan mendekati Ziva.

"Masih pagi matamu! ini udah jam 6 lewat 35 menit. Dah, cepetan naik ntar telat!"

Alya menuruti perintah Ziva lalu duduk di jok belakang sepeda Ziva dan berpegangan pada cardigan milik Ziva.

Ziva pun mengayuh sepedanya dan meninggalkan pekarangan rumah Alya.

oOo

Tepat didepan gerbang sekolah SMP Cempaka sebuah angkot berhenti. Dua cowok turun dari dalam Angkot. Alfino Diandra Alfaro dan Zidan Arion.

Fino mengeluarkan dua lembar uang dua ribuan dari dalam sakunya dan memberikannya kepada kenek angkot tersebut lalu mereka berdua pun berjalan memasuki gerbang sekolah.

"Makasih, Pin. Ntar besok gua yang bayarin deh. Tenang aja, gue juga sebenarnya gengsi karena ongkos angkot dibayarin sama Lo Mulu. Secara kan gue anaknya Dady anton. Horang kaya keempat di komplek kita," kata Arion sombong. Hampir setiap hari Arion mengucapkan kata seperti itu. Namun, tetap saja besok yang membayar ongkos angkot Fino.

"Tiap hari Lo ngomong kaya gitu. Tapi tetep aja besoknya gue yang bayar. Lagian masa anak horang kaya naik angkot," sindir Fino.

"Nih, Dengerin seorang Zidan Arion ngomong! Gue ini emang anak orang kaya. Tapi kan gue ini anak orang kaya yang baik dan tidak sombong. Jadi, gue tiap hari naik angkot karena gue pengen ngerasain kayak orang biasa kaya elo. Bosen gue jadi orang kaya."


"Lo ngomong gitu pas pulang sekolah langsung jadi miskin gimana?" tanya Fino menakut-nakuti Arion.

"Astaghfirullah, Fino. Ane kan cuma bercanda," balas Arion sampe ngucap.

"Karena sesungguhnya omongan itu Do'a," lanjut Fino. Dengan gaya ngomongnya yang seperti ini membuat Arion menoyor kepalanya.

AlfinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang