9. Menagih Janji

69 41 15
                                    

"kita nggak goblok. Cuma kurang pinter aja."
-Rendy Saputra Dirgantara-

Janji adalah hutang. Jadi, kalo hutang harus dibayar. Ya, menurut Rendy. Ini adalah perjanjian bodoh. Dan menurut Fino, ini adalah perjanjian goblok. Meskipun begitu. Namanya juga Janji. Jadi, harus ditepati.

Setelah acara pemilihan Ketua dan wakil OSIS selesai. Alya dan anak-anak yang ikut taruhan pergi ke ruang OSIS. Untuk mendaftar menjadi calon pengurus OSIS.

Kedatangan mereka membuat Pak Harto, Gavin, Iky, Ziva dan Kinan kaget.

"Ada apa kalian kesini, hah?" tanya Pak Harto berkacak pinggang.

"Kita pengen ikut jadi pengurus OSIS," jawab Alya dan membuat Pak Harto, Gavin, Iky, Ziva dan Kinan kembali kaget.

"Serius?" tanya Gavin, Iky, Ziva dan Kinan kaget.

"Woi, Al. Bukannya perjanjian kita kesini cuman mau ikut LDK. Bukan pengen jadi pengurus OSIS," protes Fino.

"Kalo ikut LDK. Otomatis jadi pengurus OSIS," ujar Alya.

"Tapi perjanjian-"

"Perjanjian apa?" tanya pak Harto memotong pembicaraan Moza.

Kalau pak Harto tau kalo tadi mereka melakukan taruhan. Pasti mereka akan masuk BK dan ditanya-tanya dari awal mereka memulai taruhan sampai berakhir di ruangan OSIS tanpa disingkat.

"Bukan apa-apa pak," jawab Fino. Sebelum pak Harto curiga dan menyeret mereka ke BK.

"Baiklah. Bapak ke kantor dulu," ujar pak Harto lalu pergi keluar dari ruangan OSIS.

Setelah pak Harto keluar dari ruangan OSIS, Fino menatap Alya tajam.

"Ngapa lo liat-liat? Suka lo sama gue?" tanya Alya pede.

"Ogah!" jawab Fino masih menatap Alya tajam.

"Yang namanya janji itu harus ditepati!" ujar Alya menyindir.

"Tapi nggak kaya gini perjanjiannya," protes Fino kesal.

"Kalian goblok, apa gimana sih?" tanya Alya.

Moza yang di bilang goblok tak terima. Walaupun sebenarnya memang goblok. "Maksud lo bilang kita goblok apaan?"

"Lagian kita nggak goblok. Cuma kurang pinter aja," ujar Rendy mewakili teman-temannya yang memang kurang pinter.

"Ya sama aja, bodoh!" sahut Iky.

"Lo ngumpat. Apa sengaja, ngomong bahwa kita-kita ini bodoh?" tanya Fino.

"Dah. Jangan diperpanjang!" sela Alya sebelum terjadi keributan.

"Alay meresahkan," ujar Luna pelan.

Alya yang mendengar suara Luna yang mengatai dirinya meresahkan. Ia pun melirik Luna. "Bacot lu kulit lumpia!"

"Siapa yang lo bilang kulit lumpia?" tanya Gavin yang tepat berada di depan Alya.

Alya menunjukkan jarinya ke Luna. "Tuh, Temen lo."

Luna yang ditunjuk Alya kaget. Padahal ia berbicara pelan kenapa ia bisa dengar.

"Dah nggak usah diperpanjang!" sela Alya kembali.

"Bukannya situ yang memperpanjang," sindir Abel.

Alya yang disindir Abel mengangkat kedua jari tengahnya dan melirik Abel sekilas. "Gembell!"

"Jangan ribut!! Ini ruang OSIS. Kalo mau berantem. Di lapangan aja, sana!" bentak Gavin. Jiwa pemimpinnya keluar nih Bun.

Mereka semuanya Diam. Ziva mengambil kertas dan mencatat nama mereka satu persatu.

"Bentar-bentar," ujar Dylan memecah keheningan di ruangan OSIS.

"Kenapa? Mau makan? Mau minum? Apa kebelet boker?" tanya Fino yang ada dibelakang Rendy.

"Gak jadi ngomong. Pino es kapnya terlalu bacot," jawab Fino.

"Dah selesai. Sekarang kalian keluar!" Iky mengusir mereka. Karena,kalo mereka berkumpul disini, akan menyebabkan keributan.

"Kok, ngusir," protes Arion.

"Sapa lu? Seleb?" tanya Alfa.

"Dah, keluar sana!" usir Gavin kembali.

Mereka yang baru saja membuka pintu dihentikan oleh teriakan Ziva. "Bentar!"

"Apalagi, sih?" tanya Fadly. Yang baru saja membuka pintu.

"Tau kakak ketos udah ngusir," ujar Rendy sengaja mengeraskan suaranya, supaya Gavin bisa mendengar ucapannya.

Ziva pun mendekati mereka dan memberikan dua lembar kertas. Satunya diberikan kepada Rendy. Satunya lagi diberikan kepada Fino.

"Kertas apaan?" tanya Fino sambil membolak-balikkan kertas yang berada di tangannya.

"Tagihan utang mungkin," jawab Rendy ngawur.

"Gue anaknya mama Vina, orang kaya. Anti utang-utang club," ujar Fino sombong.

"Tapi. Kemarin lo ngutang cireng di warung mbak Aul," ujar Arion lempeng.

Fino pun menjitak kepala Arion. "Husstt,"

"Giwi iniknyi mimi Vini, iring kiyi. Inti ngiting-ngiting clib," ujar Dylan meledek.

"Mamahnya Fino itu Vina. Bukan Vini!" tegur Arion kembali lempeng.

"Dah, lah. Males gue ngadepin orang lola," ujar Arsya.

"Ya, udah. Yuk keluar. Cape ngadepin para sayton saytonah," ajak Alya dan menyingkirkan tangan Fadly yang berada di gagang pintu.

Setelah Alya dan kawan-kawannya keluar. Fadly menatap tangannya dan teman-temannya satu bersatu lalu berteriak senang dan lompat-lompat seperti orang gila.

"Astaghfirullah. Fadly kenapa?" tanya Ziva mendekati Fadly.

"Kaya orgil lu!" ujar Abel.

"Lo nggak tau bel. Akhhh," balas Fadly yang masih teriak-teriak kesenangan.

"Kesurupan nih kayaknya," ujar Fino mendekati Fadly. Fino hendak memegang kepala Fadly namun lebih dulu Arion yang memegang kepala Fadly.

"SETAN MANA YANG MASUK?! KELUAR!! POCONG, KUNTILANAK, GONDORUWO, SUNDEL BOLONG ATAUPUN SUSTER NGESOD. KELUAR!! KALO NGGAK KELUAR AYON MARAH!!" teriak Arion tepat di telinga sebelah kiri Fadly.

"Goblok!!" umpat Fadly.

"Hebat," ujar Fino sambil bertepuk tangan.

"Suster ngesod kok di sekolahan," sindir Iky.

"Jangan banyak bacot! Mungkin suster ngesod mau ganti profesi jadi guru ngesod," balas Fino.

"Dah lah. Keluar yuk, Ziv. Panas," Iky pun menarik tangan Ziva. Tapi gandengan tangannya dilepaskan oleh Kinan dan Gavin.

Iky melirik Gavin dan Kinan secara bergantian. "Kenapa?"

"Nggak," jawab Kinan dan Gavin kompak.



-a l f i n o-

AlfinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang