13. Fino meresahkan

42 26 3
                                    

Alya menangis tepat di bawah pohon mangga yang berada di samping perpustakaan. Tiba-tiba ada seseorang yang ikut duduk disebelahnya dan memberikannya sebuah jaket.

Alya melirik seseorang yang duduk disebelahnya. "Lo ngapain kesini, Al?"

"Ngasih lo jaket, ini jaket gue. Lo pake biar lo nggak kedinginan," ujar Alfa menatap mata Alya dan memasangkan jaketnya ke bahu Alya.

"Alfa mah ngaco. Dingin apaan? orang magrib aja belom," ujar Alya dan mengembalikan jeket milik Alfa.

Seketika Alfa diam untuk memikirkan dan mencari topik pembicaraan supaya mereka tidak berada di posisi canggung. "Alya?"

Alya pun melirik kearah Alfa dan menatap matanya. "Apa?"

Alfa pun menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal. "Hmmmm."

"Lo nggak cocok jadi Nisa sabyan," ujar Alya yang masih tetap menatap mata Alfa.

"Kan gue cocoknya jadi pacarnya Alya. Ya, nggak?" tanya Alfa dan membuat Alya tersenyum manis.

"Kalo senyum jangan manis-manis," kata Alfa.

"Kenapa?" tanya Alya.

"Entar bibirnya di semutin," jawab Alfa dan tertawa terbahak-bahak berbeda dengan Alya yang menatap Alfa dengan tatapan bingung.

"Garing," ujar Alya lalu meninggalkan Alfa.

"Eh, Al. Mau kemana?" tanya Alfa.

"Kepo lo kaya Arsya sama Rendy," jawab Alya.

oOo

Setelah selesai melaksanakan solat magrib, mengaji dan melaksanakan sholat Isya. Para peserta LDK kembali berkumpul di lapangan.

"Barisannya seperti tadi siang!" perintah Galin salah satu panitia LDK.

Setelah mendengar perintah Galin mereka membuat barisan seperti tadi siang.

"Kenapa sih gue harus berada dibarisan paling depan?" protes Alya pelan. Namun, tanpa sepengetahuan Alya. Fino masih bisa mendengar omongannya dan mengadukan omongan Alya kepada Galin.

"Kak," teriak Fino sambil mengangkat tangan kanannya.

"Ada apa, Fino?" tanya Laras salah satu panitia LDK yang kebetulan lewat dihadapannya.

"Ini kak, bilangin ke kak Galin. Alya protes nggak mau baris di depan," Adu Fino sengaja suaranya di keraskan supaya Alya bisa dengar.

Galin yang mendengar ucapan Fino langsung menghampiri Alya dan mentap Alya tajam.

"Awas aja lo, Fin. Gue jual ginjalnya," kata Alya dalam hati dan melirik ke arah Fino yang sedang menertawai nasibnya.

"Ngapain kamu ngelirik Fino? Suka kamu sama Fino?" tanya Galin dengan suara lantang yang membuat seluruh peserta LDK mendengar suaranya.

"Nggak kak," ujar Alya pelan sambil menggelengkan kepalanya.

"YANG KERAS!!" bentak Galin.

"NGGAK KAK!" teriak Alya sambil menutup kedua matanya. Karena, Alya takut melihat tatapan mata Galin yang tajam.

"Kenapa kamu tutup mata?" tanya Galin. Alya hanya diam tak menjawab pertanyaan dari Galin. "JAWAB!" bentak Galin.

AlfinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang