Secuil Perhatian

242 188 183
                                    

Nuga melangkahkan kakinya dengan pelan melewati koridor sekolah kelas yang tampak sepi. Dari kejauhan Nuga dapat melihat teman-teman sekelasnya yang sudah berkumpul di lapangan.

Saat Nuga berbelok, seseorang dengan tidak sengaja menabraknya. Membuat si penabrak terhuyung mundur beberapa langkah karena menabrak Nuga.

"Maaf-maaf gak sengaja"

Nuga memperhatikan seseorang di hadapannya, seketika alisnya pun bertautan bingung karena memperhatikan sosok di hadapannya.

"Ngapain lo?"

Samara mendongak menatap seseorang yang baru saja dengan tidak sengaja di tabraknya. Rupanya Nuga.

Sementara Nuga sendiri kini memperhatikan baju olahraga yang di kenakan Sandra. Nuga dapat melihat jelas baju yang di kenakan cewek itu basah, hal itu karena baju olahraga mereka yang berwarna putih dan sekarang Nuga dapat melihat dengan jelas warna apa yang ada di balik baju Sandra.

Nuga lantas membuang muka kearah lain. Kemana pun asal bukan ke arah Sandra.

"Baju gue basah"

Tanpa di beritahu, ia juga sudah tau kalau baju Sandra basah! Seharusnya Nuga tidak mempedulikan cewek di hadapannya ini. Lagipula ini sama sekali bukan urusannya.

"Ganti baju lo sama kemeja" balas Nuga masih tidak menatap Samara.

"Masalahnya kemeja gue juga ikutan basah"

Nuga berdecak, sekali lagi. Harusnya ia segera meninggalkan Sandra disini dan segera menyusul teman-temannya di lapangan. Tapi apa yang di lakukannya saat ini di luar kendali Nuga.

"Pakai kemeja gue, ambil di kolong meja" Perintah Nuga.

"Gue gak mau. Lagian itu kan seragam lo, pasti bakal gede banget kalo di pake gue, terus tar lo pake apa kalo kemeja lo di pake sama gu—"

"Lo mau semua orang liat apa yang ada di balik baju lo? Warna merah? Hm?" Nuga menatap tapat di manik mata Samara, senyum mengejek jelas terpasang di wajahnya.

Samara mengerjap-ngerjapkan matanya, ia tidak mengerti awalnya sampai akhirnya ia menyadari sesuatu dan mendorong Nuga menjauh. Samara merasakan pipinya memanas. Bagaimana bisa cowok ini berbicara begitu santai perihal warna apa yang ada di balik baju miliknya.

"Kalau lo pengen orang lain liat juga selain gue gapapa, atau mungkin lo mau unjukin ke Arsen?"

Samara menatap sebal ke arah Nuga. Cowok ini kalau bicara memang suka sembarangan.

Tanpa mengatakan apapun Samara segera berlalu meninggalkan Nuga kembali menuju kelasnya yang terletak di ujung koridor. Rasanya ia tidak bisa berlama-lama disana bersama Nuga.

Sementara Nuga sendiri kini melanjutkan langkahnya nya menuju lapangan, tapi baru beberapa langkah ia di kejutkan oleh kehadiran Radit yang kini tengah berdiri menghentikan langkah milik Nuga.

Nuga berdecak malas saat tau siapa yang kini ada dihadapannya.

"Divya gak masuk"

"Ah makasih atas informasinya, tapi bukan itu yang mau gue bahas"

"Terus?"

"Gue sempet liat lo sama Sandra barusan"

"Terus?"

"Gue sempet denger tentang warna merah merah gitu. Kalian bahas apasih?"

Pletak.

Satu buah jitakan mendarat mulus di kepala milik Radit.

"Aw. Sakit anjir!" Teriak radit tidak terima dan yang lebih menyakitkan kini Nuga sama sekali tidak menggubrisnya dan lebih memilih melanjutkan langkahnya kembali.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang