Belajar Menerima

89 47 116
                                    

Samara melangkahkan kaki nya memasuki rumah mewah yang sudah tampak tidak asing lagi bagi nya.

Keadaan rumah tersebut tampak sepi, Samara bahkan tidak melihat keberadaan Mama dan Papa di dalam rumah ini. Bahkan Theo pun, Samara belum melihat nya.

Tapi setidaknya Samara berharap ia dapat menemukan keberadaan Sandra di rumah ini.

Setelah melepas sepatu dan menaruh nya di rak, Samara segera bergegas melangkah kan kaki nya menuju kamar milik Sandra, guna mencari keberadaan cewek itu. Dan sesuai dugaan nya Sandra memang ada di kamar nya. Sandra bahkan terlihat tampak baik-baik saja membuat Samara menghembuskan napas dengan lega.

Samara segera bergegas mendekati Sandra namun langkah nya terhenti saat sekelebat ingatan kembali muncul di kepala nya.

"Bukan kita aja kan yang bertanggung jawab atas kematian Kinara"

"Tapi lo juga, Sandra"

"Lo jangan lari gitu aja"

Samara kembali merasakan sakit di kepala nya, ia memundurkan langkah nya perlahan.

Lagi-lagi ingatan itu.

"Lo udah pulang?" tanya Sandra begitu menyadari kehadiran Samara.

Menyingkarkan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang nya, Samara memandangi Sandra yang saat ini tengah duduk di tepi kasur. Meski cewek itu tampak pucat, tapi Sandra terlihat baik-baik saja.

"Lo gak kenapa-kenapa kan?" tanya Samara tanpa menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh Sandra.

Sandra hanya mendengus, "Lo berharap gue kenapa emang?"

"Gue—" Samara terdiam, mempertimbangkan apa sebaiknya ia bertanya apa yang di lihat nya atau tidak mengenai Kinara.

"Gue cariin lo kemana-mana tapi gak nemuin lo disekolah. Makannya gue khawatir" Samara memutuskan untuk menunda pertanyaan mengenai Kinara.

"Oh itu, gue balik duluan" Sandra memalingkan wajah nya. Ia tampak sibuk memoleskan beberapa warna kuteks di kuku nya.

"Ah ya. Soal khawatir, lo gak perlu khawatirin gue. Gue sama sekali gak kenapa-kenapa" lanjut Sandra kemudian tanpa memandang Samara.

Samara tau Sandra tengah berbohong.

"San, kalo lo kenapa-kenapa, lo bisa cerita ke gue"

Sandra melempar asal kuteks nya ke sembarang tempat.

"Lo tau apa emang?"

"Gue emang gak tau banyak tentang lo, tapi kita bisa mulai tau satu sama lain kan?"

Sandra tersenyum sinis, "Kenapa? kenapa lo pengen tau? Lo udah merasa jadi Sandra sepenuhnya? iya?"

Samara menggeleng. Bukan, bukan itu maksudnya.

"Semenjak kehadiran lo yang ambil alih tubuh gue, semuanya tuh jadi rumit Sam" Sandra bangkit berdiri dan pergi meninggalkan Samara begitu saja.

Sandra tidak peduli entah Samara sakit hati atau tidak dengan ucapan nya. Dan Sandra pun sama sekali tidak ingin tau.

Samara benar, Sandra tidak baik-baik saja. Ia takut, sangat teramat takut. Perkataan Gabino siang tadi sungguh menghantui nya. Tetapi Sandra tidak ingin menujukan rasa takut nya. Sandra tidak ingin Samara melihat kelemahan nya. Maka dari itu ia bereaksi berlebihan terhadap Samara.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang