Bertengkar

205 143 158
                                    

Gabino bersidekap menatap perempuan dihadapannya yang nampak acuh.

Kini Gabino dan Sandra telah berada di halaman belakang sekolah yang tampak sepi. Tempat ini jarang di datangi para murid karena menganggap bahwa tempat ini ada penunggunya. Tidak heran, itu di karenakan adanya pohon beringin besar yang berdiri dengan kokoh berada tepat di halaman belakang sekolah. Gosipnya sih, pernah ada salah satu siswa yang di ganggu oleh sosok tak kasat mata saat sedang membolos sekolah. Omong kosong! Sandra tidak percaya hal semacam itu.

Meski begitu Sandra cukup menyukai tempat ini selama menghabiskan waktunya di sekolah yang sangat membosankan. Yahh tentu saja, karena ia bisa menghabiskan waktunya dengan merokok serta membolos pelajaran tanpa perlu takut akan ketahuan.

"Lo tau kan udah berapa hari yang lo lewatkan?"

"Gue tau kok, gue udah bilang tenang aja" Sandra menatap Gabino dengan yakin.

"Tapi yang gue perhatiin selama ini lo cuma buntutin Samara sekolah demi ketemu cowok yang namanya Arsen, bukan begitu?"

"Lo lagi jadi penguntit?" Sandra memincingkan matanya menatap kesal ke arah Gabino yang kini tampak santai.

"Udah gue bilang, tugas gue itu mastiin lo. Kalo sampe dalam waktu seratus hari dan lo gagal, gue rasa lo tau apa akibatnya. Lo bakal—"

Sekarat, sakit dan menghilang.

"Stop!! jangan bilang apapun. Gue gak mau denger. Hal itu gak mungkin terjadi oke"

Sandra menghembuskan napasnya dengan kasar. Kenapa sih hidupnya harus sesial ini. Bahkan mahluk di hadapannya pun sama sekali tidak membantunya.

Sementara Gabino kini menutup rapat mulutnya dan menatap datar ke arah Sandra.

"Tadi nya gue seneng ketemu lo, tapi hari ini lo nyebelin di mata gue"

Hancur sudah mood Sandra pagi ini, lebih baik ia tidak bertemu Gabino jika laki-laki itu hanya mengingatkannya tentang apa yang akan terjadi nantinya jika Sandra gagal. Sandra tidak suka mendegarnya. Gabino mengatakannya seolah-olah Sandra akan gagal saja. Cih! Lihat saja nanti. Bahkan sebelum seratus hari pun Sandra pasti akan mendapatkan dua orang yang tulus menyayanginya melalui Samara.

Sandra hendak pergi meninggalkan Gabino tetapi urung saat mendengar ada suara seperti orang tengah berbisik mendebatkan sesuatu berjalan ke arahnya. Sandra sempat merasa was-was karena tidak pernah ada sama sekali murid yang berani menginjakan kakinya disini.

"Harus banget apa kita kesini?"

"Disini tu paling aman"

"Lo gak pernah denger gosipnya? disini tu banyak penunggunya"

"Alah gue gak percaya sama yang begituan"

"Emang lo mau ngerencanain apa lagi sih? kemaren gue rasa udah cukup kok"

"Tapi rasanya tuh gue belom puas"

Sandra dapat melihat dua orang cowok kini tengah berjalan mendekat ke arahnya. Sandra dapat melihat jelas keduanya, satu cowok berbadan gempal dan satu lagi cowok berkacamata dengan perawakan tinggi yang tampak gemulai. Sandra mengenali salah satunya. Danang. Seketika ia tersenyum sinis. Lihat, seperti dugaannya cowok ini tampak baik-baik saja setelah beberapa waktu lalu ia terjatuh karena ulah dirinya dan sempat membuat tangan cowok itu terkilir. Yah walau berujung ia harus mendegarkan ocehan sang Mama yang tiada ujungnya.

Sandra kembali melanjutkan langkahnya, ia sama sekali tidak minat berlama-lama disini apalagi mendengarkan ocehan dua mahluk aneh ini. Ralat, tiga mahluk aneh jika ditambah dengan Gabino.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang