Kesepakatan

463 409 213
                                    

Sandra memperhatikan seseorang yang baru saja memasuki mobil Suv hitam dari kejauhan. Hari ini adalah hari kepulangan Sandra. Dan Sandra dapat melihat jelas dirinya sendiri yang tengah memasuki mobil tersebut.

Sandra berdiri dengan resah di depan pintu rumah sakit. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Sandra sama sekali tidak siap bertemu dengan seseorang yang tengah mengambil alih tubuhnya saat ini. Sejauh ini Sandra hanya memperhatikannya dari kejauhan saja.

Sementara itu kini Samara tengah duduk diam sendiri di dalam mobil. Saat ini Mama sedang mengurus administrasi kepulangannya. Sudah satu minggu lebih lamanya Samara berada di rumah sakit. Dan hari ini tepat kepulangan Samara, setelah Samara menyelesaikan serangkaian tes barulah Dokter memperbolehkan nya pulang.

Samara menatap ke arah luar jendela mobil, walau tidak mengerti dengan semua ini Samara berusaha menerimanya. Minggu lalu ia sudah mencoba meyakinkan semua orang bahwa ia bukanlah Sandra dan Samara sama sekali tidak mengenal mereka semua. Tapi yang terjadi justru mereka menertawakan Samara dan mengatakan bahwa lelucon nya sama sekali tidaklah lucu.

Saat sedang asyik termenung, Samara di kagetkan dengan seseorang yang tiba-tiba saja masuk kedalam mobil dan duduk tepat di sebelahnya, membuat Samara sediki terkejut.

Mereka saling berpandangan cukup lama.

"Lo bisa liat gue?"

Samara tidak yakin dengan pertanyaan tersebut. Tapi akhirnya Samara mengangguk.

"Lo siapa?" tanya Samara berusaha terdengar sopan. Samara memang benar-benar tidak tau selain perempuan yang tiba-tiba masuk mengagetkan Samara, Samara juga tidak pernah melihatnya.

Sandra tersenyum sinis. Harusnya pertanyaan itu bukan di lontarkan untuknya, melainkan kepada seseorang yang dengan kurang ajarnya mengambil alih tubuhnya.

"Biar gue kasih tau" bisik Sandra melipat kedua tangannya di dada.

"Harusnya gue yang nanya itu ke lo. Lo itu siapa? kenapa ada di tubuh gue?"

Samara melotot ke arah Sandra dengan horror. Belum sempat ia membalas ucapan Sandra, Mama segera membuka pintu depan bagian mobil dan masuk ke dalamnya.

"Loh kamu duduk dibelakang San?"

Samara mengalihkan tatapannya ke arah Mama lalu mengangguk.

"Kamu kenapa? Sakit?"

Apakah orang yang menyuruh Samara memanggil dengan sebutan Mama ini tidak melihat orang di samping Samara?

"Mama gak bakal liat gue, bersikap seolah lo Sandra. Bilang kalo lo gapapa"

"Iya gapapa, Sandra baik-baik aja" ujar Samara terdengar kikuk, lalu melirik ke arah Sandra.

Mama pun hanya tersenyum ke arah Samara dan segera mengemudikan mobilnya agar segera tiba dirumah.

Perjalanan cukup terasa lama, selain Samara yang kebingungan tidak tau harus berkata apa dan Mama yang tampak sibuk menelfon seseorang, perempuan yang memejamkan matanya ini pun tidak kembali mengajaknya bicara.

"Sandra, Mama harus pergi ke rumah Oma. Kamu masuk duluan aja ya di dalam ada Theo. Dia pasti udah pulang sekolah" ujar Mama saat mobil yang di kendarainya tiba di depan rumah.

Samara hanya mengangguk dan segera turun dari mobil dan setelahnya Mama segera pergi kembali.

Samara memperhatikan rumah mewah di hadapannya ini. Rumah bergaya mediterania ini sungguh membuat Samara takjub.

"Ikutin gue" Sandra segera memasuki rumahnya terlebih dahulu dan membuyarkan lamunan Samara.

Saat Samara memasuki rumah tersebut, Samara tetap tidak berhenti dibuat takjub. Samara memperhatikan sekelilingnya, rumah ini bahkan sangat luas melebihi rumahnya. Ahh bahkan rumah milik Samara tidak ada apa-apanya. Selain itu disini terdapat banyak barang-barang mahal dan berharga di dalamnya.

"Udah pulang lo?" tanya Theo dari arah dapur dengan segelas susu di tangan kanan nya.

Sandra menatap malas ke arah Theo. Lihat, adiknya ini tetap terlihat menggemaskan sampai sampai Sandra ingin segera menjitaknya.

"Ah ya, udah" jawab Samara kikuk. Tidak ada yang bisa dilakukan nya selain berpura-pura menjadi Sandra bukan?

Sandra melirik ke arah Samara dengan kesal. Mengapa Sandra yang sekarang ini sangat jauh berbeda dengan dirinya?

Sementara Theo mengerutkan keningnya aneh mendengar jawaban Sandra. Tapi setelahnya ia tidak terlalu memedulikan nya. Theo memaklumi, Kakaknya ini baru saja mengalami kecelakaan hebat minggu lalu. Dan Theo sama sekali tidak berniat untuk berdebat dengan Sandra.

Sandra menaiki tangga rumahnya, diikuti Samara di belakangnya.

Setelah memasuki kamar yang sangat Sandra rindukan, ia segera memerintahkan Samara agar menutup pintunya dengan rapat.

Samara menatap kamar Sandra dengan kagum, ia tidak pernah memiliki kamar seluas ini sebelum nya.

"Jadi, apa lo yang nama nya Sandra?" tanya Samara terdengar gugup.

Sandra hanya mengangguk. Ternyata perempuan ini tau lebih dulu tentang dirinya.

"Oke, gue gak bisa terus basa-basi lagi. Jadi lo siapa?"

"Nama gue Samara"

"Denger, gue gak ngerti takdir apa yang  lagi kita jalanin saat ini. Tapi gimana pun caranya gue tetep harus balik ke tubuh gue"

"Gue tau, cuma gue bener-bener gak tau harus apa. Bahkan saat bangun pun gue gak tau kalo bakal kaya gini" jawab Samara jujur.

Sandra teringat perkataan Gabino minggu lalu. Dua orang yang tulus meyayangi perempuan di depan nya ini.

"Gue rasa itu gampang, tapi pertama-tama ayo kita buat kesepakatan"

"kesepakatan?"

"Selama lo jadi gue, gaada satu orang pun yang boleh tau kalo lo bukan gue. Lo gak boleh bikin orang lain curiga"

Samara mengangguk dengan mantap. Memang apa lagi yang bisa ia lakukan saat ini selain mempercayai Sandra.

"Dan selama itu tolong jangan lakuin hal yang aneh selama lo jadi Sandra. Lo ngerti kan?"

"Gue ngerti"

Sandra memperhatikan Samara. Ia seperti melihat bayangan nya sendiri tapi Sandra tau, Sandra yang saat ini ada di depannya sama sekali bukanlah Sandra.

Sandra yang saat ini ada depannya sungguh terasa berbeda dengan dirinya.

Bagaimana pun ia tetap harus membut orang di depannya ini terlihat seperti Sandra yang sesungguhnya.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang