Samara

1.1K 487 1K
                                    

Samara berdiri menatap Mas Sidiq, pedagang mie ayam yang berjualan di kantin sekolah nya dengan tatapan bimbang. Antara ingin memesan atau tidak. Sementara Mas Sidiq sendiri kini menatap Samara dengan tatapan
jengah, pasalnya gadis ini hanya berdiri membentuk antrian panjang tanpa menyebutkan pesanan nya dari tadi.

"Neng, ini jadi mau pesen apa enggak? ini yang dibelakang udah pada antri tuh" tegur Mas Sidiq menunjuk antrian yang ada dibelakangnya. Tampak beberapa murid sudah tidak sabar ingin segera memesan.

"Buru dong, gue udah laper nih" sahut seorang siswi dibelakang Samara yang ikut mengantri.

"Kalo gak mesen mending minggir aja" sahut yang lain dengan kesal.

Samara menggigit bibir bawahnya dan menengok ke arah meja yang berada tepat di bagian pojok kantin. Terdapat empat orang siswi melambaikan tangan ke arah Samara dengan ceria, tanda mereka menunggu kehadiran Samara disana.

Samara semakin resah, pasalnya membeli empat mangkuk mie ayam itu sama dengan uang jajan Samara selama lima hari. Belum lagi Samara harus membayar uang ujian sekolahnya. Tentu saja saat ini Samara harus pandai menghemat pengeluaran nya.

"Neng, kalo gamau mes—"

"Saya pesen empat mangkuk Mas, yang satu gak pake sawi ya" ucap Samara akhirnya.

Tak apa, setidaknya Samara masih bisa mendapatkan uang dari hasil bekerja paruh waktunya nanti yang ia jalani saat selesai bersekolah.

Setelah selesai memesan, Samara segera melangkahkan kaki nya menuju meja kantin bagian paling pojok yang sudah di isi oleh empat orang siswi yang sudah duduk menunggu kehadiran Samara.

"Aww lo sosweet banget sih Sam mau traktir kita-kita. yahh walaupun cuma mie ayam gue seneng kok" ujar seorang perempuan berambut lurus sebahu dengan warna kecoklatan. Perempuan itu bernama Naya.

"Kapan lagi kan lo traktir kita kita" kali ini giliran Bianca yang berbicara. Perempuan dengan rambut panjang bergelombangnya ikut tersenyum ke arah Samara.

Sementara Oliv dan Alisa, perempuan yang duduk di sebrang meja milik Naya dan Bianca kini hanya tertawa cekikikan.

Samara sediri kini berusaha memaksakan senyuman nya, tidak tahu harus menanggapi seperti apa.

Tidak lama kemudian Mas Sidiq datang membawakan pesanan yang telah dipesan Samara dan meletakan nya di meja lalu segera pergi kembali.

"Maaf ya gue cuma bisa traktir kalian in—"

"Lo gak lupa kan Sam kalo gue alergi bawang goreng" Bianca menatap semangkuk mie ayam yang ada di meja nya dengan tatapan tidak suka.

"Mie ayam gue juga terlalu mateng. Gue gak suka mie yang dimasak terlalu mateng" kali ini Alisa yang bersuara.

"Punya gue juga terlalu banyak sawi nya" Oliv mendorong mangkuk mie ayamnya sedikit menjauh.

Naya menatap ketiga teman nya dengan tatapan yang dipasan sedih, seolah berkata 'Gue juga gak suka, kalo kalian gak suka'.

"Sayang banget ya temen-temen gue gak bisa makan traktiran lo" Naya menatap ke arah Samara dengan tatapan prihatin.

Tentu Samara tau arti tatapan itu.

"Dan sebagai teman yang solid, gue juga harus nemenin temen gue gak makan juga" tambah Naya kembali.

"Tapi gue udah pesen sesuai sama yang kalian pinta" bela Samara.

"Terus lo nyalahin kita-kita?" tanya Bianca Sangsi.

"Bu.. bukan gitu" Samara membasahi bibir nya yang terasa kering. Bingung harus berkata apa.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang