Hari Pertama Sekolah

485 397 334
                                    

Samara melihat pantulan dirinya di depan cermin, sejak beberapa menit yang lalu ia terus saja berusaha menurunkan rok nya yang menurutnya terlalu pendek.

"San, apa ini gak kependekan?"

Sandra yang tengah sibuk memilih anting menatap Samara dengan heran.

"Enggak lah" lalu Sandra segera mendekat ke arah Samara dan menunjukan berbagai koleksi anting nya.

"Liat, cakepan yang mana menurut lo? yang bintang atau strawberry?"

Samara memperhatikan kedua nya. Selama ini Samara tidak pernah menggunakan apa-apa. Telinga nya selalu di biarkan polos tanpa hiasan anting berbentuk apapun.

"Gue rasa dua-dua nya bagus" Samara melirik ke arah jam yang tergantung di dinding kamar Sandra.

"San kayanya kalo kita gak buru-buru nanti bakalan telat"

Sandra mengibaskan tangan nya, seolah telat bukanlah masalah besar.

"Kalo telat ya tinggal di hukum" akhirnya pilihan Sandra jatuh pada anting dengan bentuk bintang berwarna biru terang.

"Nah sekarang lo pake antingnya, terus duduk disitu. Gue bakal moles lo sedikit"

Samara menatap Sandra dengan horror  saat Sandra datang membawa peralatan yang sebelumnya tidak pernah Samara menyentuhnya sama sekali.

"San, gue itu mau kesekolah bukan jalan-jalan"

"Iya jalan-jalan kesekolah"

Samara menghembuskan nafas dengan pasrah, ia menatap pantulan dirinya di cermin. Bukan seorang Samara yang ia lihat melainkan Sandra. Lagi pula ini bukan tubuhnya dan Samara hanya bisa mengikuti kemauan Sandra saat ini.

Sepuluh menit berlalu dan Sandra menatap puas hasil karyanya. Memang hanya natural, tapi Sandra tetap menyukai nya. Ternyata dirinya memang secantik itu.

"Okee, saat nya berangkat" Sandra segera memberi intruksi agar Samara segera bergegas.

Samara segera menuruni tangga diikuti Sandra di belakangnya.

"Lama banget sih" Theo, yang kini sudah lengkap dengan seragam miliknya menatap Sandra dengan kesal.

"Hari ini kamu berangkat bareng Papa sama Theo ya" Papa menatap Samara dan segera mengambil tas kerja yang diberikan oleh Mama.

"Gak. Ogah banget gue berangkat bareng dia. Bilang sama mereka kalo lo bisa berangkat sendiri"

Samara melirik ke arah Sandra, bingung harus menjawab seperti apa. Selama ini Samara tidak pernah membantah.

"Emm, Sandra bisa berangkat sendiri kok Pa"

"Lo mau jalan kaki kesekolah?"

"Jangan mimpi! gue ini udah tujuh belas tahun. Bahkan gue bisa ngendarain mobil sendiri. Gak kaya lo" ujar Sandra ke arah Theo seolah suaranya ini bisa di dengar.

Nampaknya kakak beradik ini sangat tidak akur. Pikir Samara.

"Buat sementara kamu berangkat bareng dulu ya sama Papa sama Theo. Lagi pula mobil kamu juga belum balik, masih di bengkel" Mama berbicara. Sebenarnya ini hanya alasan Mama saja, kalau mau ia bisa memberikan mobil baru untuk Sandra, hanya saja ia terlalu khawatir membiarkan Sandra kembali mengendarai mobilnya sendiri.

Sandra memutar bola matanya malas lalu melirik ke arah Theo si bocah ingusan ini. Awas saja kalau sampai ia berani membuat mood Sandra hancur. Akan Sandra pastikan bocah ingusan ini mendapatkan bogeman mentah darinya melalui Samara.

"Papa tunggu di mobil kalo gitu"

Setelah semuanya berada di mobil, Papa mulai mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Seperti biasa, tidak ada yang menarik bagi Sandra satu mobil dengan Papa dan juga Theo.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang