PART 44🍑

577 75 4
                                    

Part ini khusus untuk Sagara(SagaLaura).

Laura membuka pintu rumahnya, dia baru saja pulang sekolah. Namun sepertinya keputusannya untuk pulang ke rumah adalah hal yang salah.

Laura membeku ditempatnya, tepat di depannya ayahnya tengah bercumbu dengan seorang perempuan. Yang ia yakini, itu bukanlah ibunya.

Ia menutup mulutnya tak percaya, sosok yang selalu menuduh istrinya sendiri selingkuh dengan laki-laki lain kini dia sendiri malah melakukan hal zina dirumahnya sendiri.

"Ahhh, mas pelan-pelan," desah wanita tersebut yang membuat Laura berdecih.

"Bibir kamu manis, sayang,"

Laura menatap mereka berdua dengan sorot mata tajam. "Jadi ini kelakuan papa kalo gak ada aku sama mama dirumah?"

Bisa ia lihat, tatapan terkejut dari ayahnya tersebut. Juga tatapan bingung dari wanita dengan pakaian minim yang berada disamping ayahnya.

"Kenapa? Kaget? Lanjutin gih pa, nikmat banget keliatannya tadi,"

"Laura! Jangan ikut campur urusan papa!!"

Laura memutar bola matanya jengah, dia berjalan mendekati wanita yang kini berdiri disamping ayahnya. Ia menatap wanita tersebut dari atas sampai bawah, lalu ia tersenyum sinis.

"Tante dibayar berapa sampe mau ngelakuin hal kayak gini?"

"Laura! Jaga sikap kamu!!"

Laura tertawa pelan mendengar itu, "Papa nyuruh aku buat jaga sikap? Bedanya sama papa apa? Kalo ayahnya aja sikapnya kayak gitu? Gimana anaknya coba?"

Hendra diam, dia kehabisan kata-kata. Laura yang melihat itu tersenyum senang.

"Tante, lain kali kalo mau main-main jangan sama suami orang ya. Tante pasti tau dong sebutan apa yang cocok buat tante? Apa ya namanya laura lupa,"

Laura tampak berpikir, lalu senyumnya mengembang perlahan. "Oya laura inget, sebutan buat tante itu namanya jalang!"

"J-a-l-a-n-g!!, ucap Laura dengan menekankan kata jalang terhadap wanita tersebut.

Hendra menampar pipi anaknya itu dengan keras, wanita tersebut yang melihat itu tersenyum dengan bangga. Seolah dirinya sudah menang, dan Laura kalah telak.

Namun, dugaannya salah Laura justru tersenyum tipis saat mendapat tamparan keras dari ayahnya.

Tidak ada raut kesakitan diwajah gadis tersebut justru hanya ada sorot akan kebencian.

"Hebat banget loh pa, papa tampar aku didepan wanita jalang ini. Cocok sih, kan penghianat kayak papa harus disandingkan sama penggoda kayak dia. Iya 'kan tan?"

Laura tersenyum senang saat wanita dihadapannya itu hanya diam tidak berkutik sembari menahan amarahnya agar tidak meledak.

"Laura! Pergi kamu dari sini!!"

Laura mengangguk, dengan gaya angkuhnya dia berkata. "Dengan senang hati, pak herman."

Lalu ia melangkahkan kakinya pergi keluar rumah, meninggalkan ayahnya dan wanita tersebut yang kini tengah menahan amarah mereka masing-masing.

Saat ia membuka pintu, ia melihat ibunya yang tampak terkejut atas kehadirannya.

"Tumben inget pulang, biasanya keluyuran terus,"

Laura menatap ibunya yang tampak berpakaian mewah, "Mama, habis darimana?"

Nadira tersenyum, "Habis ketemu sama pacar mama dong, kenapa?"

Adam dan Hawa  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang