PART 14🍑

597 76 2
                                    

Sejak insiden penembakan Latihan pada Hawa yang berakhir diterima. Satu sekolahan kini menjadikan mereka berdua sebagai kandidat pasangan yang serasi seantero sekolah.

Kabar tersebut tentunya berdampak pada Adam, terbukti sekarang cowok tersebut tengah uring-uringan. Para sahabatnya hanya saling pandang satu sama lain.

"Kasian si adam jadi sadboy," celetuk Ridho.

Saga mengangguk, "Mana masih muda lagi."

Rey berdehem, membuat kedua cowok tersebut berhenti membicarakan Adam.

"Seharusnya gue nembak hawa lebih dulu aargh!"

Adam mengacak rambutnya frustasi, seharusnya dia menyingkirkan gengsinya sejak dulu dan mendengarkan perkataan Rey tempo hari.

"Kebanyakan gengsi sih, gimana liat hawa sama cowo lain? Ga enak 'kan?"

Lagi, Adam tertohok mendengar ucapan yang keluar dari bibir sahabatnya itu.

"Daripada lo nyesek liat hawa sama lathan, gue saranin lo cari cewek lain deh."

Adam menatap tajam ke arah Saga, "Gak semudah itu."

"Terserah lo deh."

Adam menghela nafasnya, "Menurut lo gue harus gimana dho?"

"Ya gue ikutin apa kata saga lah, lagian lo kan ganteng. Cewek mana sih ya gak bisa lo taklukin?"

Rey hanya menggelengkan kepalanya, "Jangan ikutin mereka, sesat."

"Dikira kita setan kali yah."

"Lo mah bukan setan dho," sahut Saga.

"Terus?"

"Tuyul bhahaha!"

"Enak aja! Tuyul mah pak tono tuh!"

"Berisik."

Baik Saga maupun Ridho serempak mengunci mulutnya rapat-rapat, takut jika Adam marah kepadanya.

Rey sendiri memilih menyimak, dia akan bicara jika memang waktunya untuk berbicara. Cowok tersebut tidak suka berbicara hal yang menurutnya sama sekali tidak penting.

Berbeda dengan ketiga sahabatnya, Adam tampak berpikir. Bingung harus melakukan apa, karena dia telah gagal mendapatkan hati sahabat kecilnya.

Dulu, Hawa hanya membutuhkannya ketika dia merasa sendiri.

Dulu, Hawa sering meminta dirinya untuk bermain bersamanya.

Dulu, Hawa juga yang pertama kali memintanya untuk menjadi pacarnya.

Namun, posisi tersebut kini telah diambil oleh orang lain yang belum lama mengenal Hawa dan dia benci mengakui hal itu.

*****

"Gila, gue gak nyangka lo beneran jadian sama kak lathan wa!"

Hawa tersenyum, "Gue juga gak nyangka cha."

"Gue ikut seneng deh, semoga langgeng terus."

"Aaamin."

"Wa! Ada kak lathan tuh didepan!"

"Ciee yang disamperin doi!," ledek Fanya.

Hawa bersemu merah, "Apasih!"

"Udah gak usah malu-malu, gih samperin."

Hawa mengangguk, lalu dia melangkahkan kakinya menuju Lathan.

"Kenapa kak?," tanya Hawa saat dirinya telah sampai didekat Lathan.

"Jemput kamu."

Hati Hawa terasa menghangat saat mendengar Lathan mengucapkan kata 'kamu' kepadanya.

"Jemput? Emang kita mau kemana?"

Lathan tersenyum, "Kantin."

Hawa tertawa, "Yaampun kak, cuma ke kantin doang harus banget gitu dijemput? Aku bisa sendiri kak."

"Masa jemput pacar sendiri gak boleh?"

Hawa mencubit lengan Lathan, "Gombal."

"Duh, kok dicubit sih?"

"Lagian kak lathan belajar gombal dari mana sih?"

"Temen-temen aku."

Hawa mencibir, "Pantesan."

"Kenapa?"

"Receh tauu!"

Lathan tertawa, "Ayo."

Hawa mengangguk lalu mereka berdua pergi menuju kantin dengan kedua tangan yang bertaut.

Dari arah kejauhan Adam memperhatikan interaksi keduanya dengan tangan yang mengepal dan rahangnya yang mengeras.

Dia berbalik, hendak pergi dari sana namun tak sengaja dia menabrak seseorang. Membuat seseorang tersebut jatuh tersungkur dengan setumpuk buku yang ikut jatuh bersamanya.

Adam berjongkok, "Sorry, gue gak sengaja."

Seseorang cewek yang ditabrak Adam tadi tersenyum, "Gak papa."

"Biar gue bantu."

Gadis itu mempersilahkan Adam membantunya membereskan buku-bukunya yang berserakan.

"Makasih ya. Gue pergi dulu."

"Eh tunggu!"

Gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Adam, "Kenapa?"

"Lo indah 'kan?"

Gadis bernama Indah tersebut mengerinyit bingung, "Kok lo tau?"

Adam tersenyum jahil, "Karena wajah lo indah, ya jadi gue asal nebak aja. Jadi bener?"

Indah tertawa, "Receh juga ya lo."

Adam ikut tertawa, "Lo tau nama gue?"

Indah menggangguk, "Siapa sih yang gak kenal lo? Adam wijaya, yang sering bikin pak tono naik darah? Sesekolahan juga tau kali."

"Sayangnya gue dikenal bukan karna tampang gue."

"Hahaha, lo tau gak? Lo tuh sering banget jadi perbincangan cewek-cewek dikelas gue. Katanya adam ganteng lah, keren lah, atau apa lah gitu."

"Lo juga termasuk?"

"En-nggak lah!"

"Masa?"

"Udah ah gue mau balik ke kelas, udah telat. Eh mampus ini mah udah telat banget, mana pelajaran pak gunawan lagi."

Adam tertawa, "Gih sana ke kelas."

Dengan buru-buru Indah berlari ke kelasnya.

"Hati-hati dimarahin pak gun!"

Indah berdecak, "Sialan!"

Adam sendiri hanya tertawa melihat
Indah yang buru-buru menuju kelasnya. Seketika moodnya yang tadinya buruk menjadi lebih baik.

Dan itu karena seseorang bernama Indah.

Menyadari hal jam istirahat telah berakhir, Adam memutuskan untuk menuju kelasnya. Tepat diambang pintu, dia melihat Hawa yang diantar Lathan menuju kelasnya.

Adam hanya melirik Hawa sekilas, lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas, tak mempedulikan Hawa yang menatapnya bingung.

*****

Halo, aku up lagi nih! Siapa nih yang nungguin?

Gimana part ini menurut kalian?

Kalian lebih suka,

Adam sama Hawa?

Or

Lathan sama Hawa?

Atau malah oleng ke,

AdamIndah?

Hayoo:v

Segitu dulu yaa, see you!❤

Adam dan Hawa  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang