PART 60🍑

891 120 47
                                    

Ready?

"Dia tidak bisa diselamatkan."

Satu kalimat itu terus terngiang-ngiang dipikiran Adam. Janjinya pada gadis itu tidak bisa ia tepati, kini gadis itu telah berpulang pada yang maha kuasa.

Separuh hatinya terasa tercubit, pikirannya berkecamuk. Tangannya mengacak rambutnya kasar, dia benar-benar merasa kehilangan Alina. Gadis polos yang ia temui tak sengaja dirumah sakit waktu lalu.

"Adam,"

Adam menoleh, seulas senyum ia paksaan. Menatap seseorang yang kini tengah berada disampingnya.

Hawa, istrinya itu merentangkan kedua tangannya seakan memberi ruang untuk dirinya. Seakan memberi semangat dalam pelukannya. Adam berhambur memeluk perempuan itu, menumpahkan segala penyesalannya yang selama sering menganggu hati dan pikirannya.

Perempuan itu mengusap punggungnya memberi semangat, "Maaf, maaf Adam. Maaf karena gue gak bisa nyelametin Alina buat lo."

Adam melepaskan pelukannya, ia menatap perempuan itu bingung. "Maksud kamu?"

Hawa menghela napas, menatap iris mata cowok itu. "Gu-gue berniat donorin jantung gue buat Alina. Tapi gue gagal, maaf karena gue gak bisa nyelametin dia buat lo. Maaf, maaf Adam."

Adam menatap istrinya dengan sorot mata terkejut, jantungnya nyaris berhenti berdetak setelah tahu perempuan itu akan melakukan hal yang akan merenggut nyawanya.

Untuk beberapa saat, ia mengucap syukur karena hal itu tidak terjadi.

Adam menangkup pipi istrinya, perasaan bersalah yang ada dalam dirinya kini bertambah semakin besar. Jika sampai rencana perempuan itu berhasil, mungkin dia akan lebih kehilangan daripada ini.

Karena pada dasarnya, rasa sayangnya pada perempuan itu jauh lebih besar daripada rasa sayangnya pada Alina. Hanya saja, waktu itu ia sama sekali tidak mengerti. Sekarang Adam sadar, yang selalu ada dalam masa sulitnya hanya perempuan itu. Ya, istrinya yang selalu memberi semangat dan memaafkannya berulang kali.

Entah berapa besar luka yang ia torehkan pada perempuan itu, entah berapa banyak air mata yang keluar dari mata istrinya tersebut karena dirinya.

Ia akui bahwa dirinya memang benar-benar lelaki brengsek, lelaki yang tidak tahu akan tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Kini ia tidak akan pernah mengulangi kesalahan itu lagi, tidak akan pernah.

"Maaf, maafin aku. Aku laki-laki brengsek Wa, aku udah nyakitin kamu banget. Aku udah buat kamu kecewa, pukul aku Wa. Pukul aku kalo itu bisa bikin kamu puas, pukul laki-laki ini yang udah bikin sakit hati kamu."

Adam benar-benar kalut, air matanya jatuh membasahi pipinya. Perasaan bersalah terus saja menusuk-nusuk hatinya membuat dadanya terasa sesak.

Hawa menatap suaminya yang benar-benar terasa sangat kacau. Menghembuskan napas pelan, bayangan perbuatan Adam yang menyakiti hatinya terus berputar dibenaknya.

Ia tersenyum tipis, mungkin dia harus memberi satu kesempatan pada cowok itu. Terserah, jika orang akan bilang apa padanya. Dia tidak peduli, karena pada kenyataannya cowok itu masih berada pada hatinya yang paling dalam.

Karena cowok itu masih terus mengisi setiap hari-harinya, maka ia memutuskan untuk memberi satu kesempatan lagi untuknya.

"Aku udah maafin kamu, jauh sebelum kamu minta maaf. Bukannya kalo seorang suami memilih jalan yang salah, istrinya yang harus menuntunnya kembali ke jalan yang benar? Aku ingin menuntutmu ke arah yang benar, berjalan bersama dan menikmati hidup hingga masa tua kita. Jadi, aku putusin aku bakal kasih kamu kesempatan itu."

Adam dan Hawa  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang