PART 28🍑

609 78 1
                                    

Hari ini pernikahan Hawa dilangsungkan, sesuai perkataan mamanya kemarin, pernikahan dilangsungkan secara diam-diam dan hanya dihadiri kerabat terdekat. Itupun dilakukan dirumah neneknya, karena takut jika teman-temannya mengetahui hal itu.

Hawa sesungguhnya tidak ingin merahasiakan ini dari teman-temannya, namun ia berjanji akan memberitahu mereka diwaktu yang tepat.

Gadis itu menatap dirinya sendiri dicermin besar didepannya, seulas senyum terbit dibibir cantiknya. Tapi tergantikan dengan raut cemas bercampur takut.

Tau apa yang dipikirkan orang-orang jika malam pertama pernikahan? Ayolah, Hawa tidak sepolos yang selama ini kalian pikirkan. Tapi ia terlalu takut untuk melakukan 'itu' nanti.

Bagaimana jika Adam? Tidak, Hawa menggelengkan kepalanya cepat. Otaknya sudah terlalu terpengaruh karena kebiasaannya menonton drakor.

"Gue mikirin apa sih," gerutunya sendiri.

Hawa memukul kepalanya pelan, mencoba menghilangkan pikiran-pikiran anehnya yang terus saja menganggu pikirannya.

Tok tok tok.

Hawa menoleh ke arah pintu kamar, "Masuk."

Helena masuk ke dalam kamar putri semata wayangnya itu. Dia tersenyum melihat putrinya yang terlihat sangat cantik dengan gaun pengantin yang melekat ditubuhnya.

"Putri kesayangan mama cantik banget ya," Helena mengusap pucuk kepala Hawa penuh sayang.

Hawa tersenyum, "Mamanya aja cantik, gimana anaknya kalo gitu?"

Tertawa pelan, Helena menatap putrinya lekat. "Bisa aja anak mama, jadi kamu udah siap belum?"

Perkataan mamanya membuat senyum diwajahnya memudar perlahan. Entah kenapa dia begitu takut dan merasa gelisah.

Helena yang melihat raut gelisah putrinya itu mengusap punggung anaknya pelan. "Kamu gak perlu takut sayang, semuanya akan baik-baik aja."

Hawa memandangi wajahnya mamanya lewat cermin, dia menarik nafasnya pelan-pelan lalu menghembuskannya.

"Aku percaya sama mama, aku siap ma."

Helena tersenyum, "Yaudah ayo turun, semua orang udah nungguin kamu."

Hawa mengangguk, dia bangkit dari duduknya. "Hawa siap."

"Ayo sayang."

Mereka berdua lalu turun dari kamar, Helena menuntun putri semata wayangnya itu yang beberapa menit lagi akan segera menikah.

"Calon mantu bunda cantik banget," Tania mengusap pucuk kepala Hawa lembut.

Hawa hanya tersenyum manis, pandangannya beralih ke arah Adam yang kini tengah menatapnya. Tak bisa ia pungkiri, Adam terlihat sangat tampan dengan pakaian pengantinnya.

Dengan dituntun mamanya dan bunda Adam, Hawa menduduki tempat pernikahan yang sudah ada Adam disebelahnya.

"Sudah siap?," tanya penghulu yang akan menikahkannya.

Adam menganggukkan kepalanya siap.

"Saya nikahkan dan kawinkan ananda adam wijaya bin gio pratama dengan anandi hawa hengkari binti satria prasetyo dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai."

Kini tinggal Adam yang berbicara, "Saya terima nikah dan kawinnya hawa hengkari binti satria prasetyo dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai."

"Gimana para saksi, sah?"

"Sah!"

"Alhamdulillah."

Hawa mencium tangan Adam yang kini sudah berstatus sebagai suaminya. Adam mencium kening istrinya itu dengan lembut.

Adam dan Hawa  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang