PART 69🍑

988 106 61
                                    

Hawa menghela napas dalam-dalam, ia sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Dilihatnya surat dari Galang yang tergeletak dikasur, ia mengambil surat tersebut dan membacanya kembali.

Air matanya menetes, separuh hatinya kehilangan Galang. Jujur selain sedih karena kehilangan bayinya Hawa juga sedih karena ia kehilangan sosok Galang dalam hidupnya. Cowok tengil yang selalu membuatnya kesal tapi dibalik sikapnya itu ada rasa sayang yang besar yang ia tujukan kepadanya.

Apa yang lebih menyakitkan daripada kehilangan?

Hawa menghapus air matanya pelan, ia melipat surat tersebut dan meletakkannya di laci kamarnya.

Saat ia ingin memejamkan matanya, pintu kamarnya tiba-tiba terbuka menampilkan mamanya yang kini berjalan mendekat ke arahnya.

Helena mengusap pipi anaknya lembut, "Adam mau ketemu kamu sayang, mama gak izinin dia masuk karena kamu pasti lagi gak pengin ketemu dia 'kan?"

Hawa menggeleng, "Biarin Adam masuk ma, Hawa nggak papa."

"Kamu yakin?"

Hawa mengangguk singkat, dia harus menguatkan hatinya. Dia tidak ingin terus berlama-lama dengan perasaan yang sangat menyiksa hatinya ini. Lagi, dia harus mengambil keputusan.

Helena menatap putri kesayangannya itu, ia menghela napas beratnya. "Yaudah, kamu tunggu disini ya. Mama panggilin Adam dulu."

Helena melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar putrinya tersebut dan mengizinkan Adam untuk masuk sesuai dengan kemauan putrinya itu.

Selang beberapa menit, yang ditunggu akhirnya datang. Hawa menolehkan kepalanya ke arah pintu yang terbuka. Adam ada disana, dengan penampilan yang bisa dibilang berantakan.

Rambutnya acak-acakan, mukanya terlihat berbeda. Matanya memerah dan ada kantung hitam dibawah matanya.

Lelaki tersebut berjalan mendekat ke arahnya, duduk ditepi ranjang miliknya. Mereka berdua terdiam cukup lama, baik Adam maupun Hawa keduanya tidak ingin memulai pembicaraan.

Jengah, karena suasana yang terbilang canggung. Adam akhirnya membuka suara, "Kamu apa kabar? Baik-baik aja?"

Sebenarnya banyak hal yang ingin Adam tanyakan pada perempuan itu namun entah kenapa bibirnya terasa sangat kelu.

Hawa tersenyum pahit, menatap Adam lamat-lamat. Sungguh rasanya sakit jika ia mengingat semua perbuatan Adam kepadanya.

Lagi-lagi ia menghembuskan napasnya, "Aku baik. Adam, ada banyak hal yang ingin aku omongin sama kamu. Termasuk tentang hubungan kita."

Adam mendongkak, menatap istrinya tersebut dengan tatapan sendu. "Aku minta maaf."

Hawa tertawa pelan, "Berapa kata maaf yang kamu ucapin Adam? Kamu pikir kata maaf kamu bisa ngerubah semuanya?"

"Pada kenyataannya, manusia hanya bisa meminta maaf dan mengulanginya lagi. Kamu tahu? Kata maaf buatku cuma hal yang sepele, aku muak denger kata-kata itu."

Adam mencoba mengenggam tangan perempuan itu, namun dengan cepat Hawa menghindar.

"Kamu tahu betapa sakitnya aku ketika kamu bilang kalo ini bukan anak kamu? Adam, disaat aku udah kehilangan bayi aku. Kamu langsung datang, minta maaf ke aku seolah-olah itu cuma hal sepele. Apa menurutmu membuat kesalahan itu suatu kesenangan tersendiri? Apa menurut kamu melukai hati seseorang masuk dalam daftar hobi mu?"

Hawa tidak menangis, tidak juga menunjukkan raut wajahnya yang terluka. Ia memilih bersikap tenang, wajahnya menunjukkan ekspresi dingin. Tapi Adam bisa melihat kesedihan dimata perempuan itu.

Adam dan Hawa  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang