32. Fact of Winata

7.7K 900 116
                                    

***

"Cinta pertama seorang anak perempuan adalah ayahnya."

***

Kania's POV

Aku telah berada di Jogja. Taksi yang akan mengantarku kembali ke rumah, kini sedang melaju di jalanan. Mataku melihat keadaan kota yang sedang ramai, tetapi tak seramai Jakarta. Itu sungguh membuatku rindu.

Ku sempatkan mengirim pesan pada Mbak Ayu. Sekadar mengabari bahwa aku telah sampai dengan selamat. Selesai dengan pesan, ku simpan ponselku kembali ke dalam saku.

Tak butuh waktu lama sampai taksi berhenti di depan rumah ibu. Barang bawaanku yang agak banyak membuat supir taksi jadi membantuku untuk membawa barang-barang itu.

Setelah membayar ongkos, ku langkahkan kaki untuk masuk ke dalam rumah. Sengaja ku ketuk pintu karena ingin memberi kejutan pada adik-adikku.

Pintu terbuka, dan ada mama di baliknya.

"Mama, aku pulang," ucapku antusias.

Mama sontak memelukku. Tingginya yang hanya sebatas dagu, membuat mama tampak mungil. Aku jadi teringat Mbak Ayu.

"Akhirnya yah, setelah mama tanya berkali-kali, baru bisa pulang kamu."

Mama mengomel. Itu sudah seperti ritual bagi beliau.

"Ya, gimana, kerja maa, sulit dapet cuti. Lagian sekarang kan udah pulang, nih."

"Ya, ya, ya, untung deh. Tuh, masuk, adik kamu di dalem. Mira ada di kamar."

Aku tersenyum, lalu membawa sebagian barang bawaan ku ke dalam. Sebagian yang lain dibawa oleh mama.

"Habis ini cuci kaki, cuci tangan, mandi, terus istirahat. Kalo mau makan dulu, langsung aja ke dapur, mama mau lanjut masak."

Aku tersenyum dan mengangguk.

...

Aku sedang berbalas pesan dengan Mbak Ayu ketika pintu kamarku terbuka. Ada adik pertamaku, Mira, disana. Ku alihkan atensi menuju dirinya yang mendekat.

"Mbak, disuru turun ke bawah sama Mama. Waktunya makan malam."

Ku angkat jempol tangan kiri ku, "Oke. Bentar."

Ku pusatkan atensi kembali pada ponsel. Aku tersenyum tatkala pesan dari Mbak Ayu masuk, ia bilang ia sudah merindukanku dan rasanya ingin menyusul. Ada-ada saja. Padahal belum genap sehari.

"Mbak, ayo, buruan, malah senyum-senyum. Chat sama siapa sih?"

Eh. Ternyata anak itu masih di sini, belum kembali. Dan, baru saja meledekku. Jadinya, ku letakkan ponsel di sebelah bantal.

"Iya, iya, ini loh, jalan," ucapku sembari melangkahkan kaki mendekat pada Mira. Lalu ku buat tangan kami bertautan.

...

Sudah ada enam bulan aku tak merasakan kehangatan makan malam bersama keluarga. Bersyukur, hari ini aku merasakannya kembali. Di meja makan ini, berkumpul lah aku, mama, mira, dan seorang laki-laki yang tak ku ketahui siapa dia. Sedangkan adikku yang terkecil--Fani--ada di kamar mama, masih tidur.

Sedari makan tadi, aku terus saja melirik pada sosok lelaki dewasa yang duduk di kursi kepala keluarga--kursi yang biasa ditempati oleh mendiang papa. Pikiranku sibuk menerka siapa gerangan lelaki itu. Eh, jangan-jangan mamanya akan menikah lagi? Makanya ia diminta segera pulang. Ah, astaga. Bisa jadi.

My Gorgeous CEO [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang