Hari ini, alarm ku berbunyi begitu waktu menunjukkan pukul 04.00. Tak seperti biasanya, aku sangat bersemangat pagi ini. Bagaimana tidak, nanti pukul 6.00 aku sudah harus menjemput Mbak Ayunda di apartemennya.
Senyum tercetak di bibirku kala mengingat obrolan kami semalam.
"Su-sudah sampai Mbak. Perlu saya antar ke dalam?" ucapku sesaat mobil yang kukendarai ini telah berada di depan gedung apartemen tempat mbak Ayunda tinggal. Aku memang telah diberi fasilitas mobil, tetapi baru ku gunakan sekarang. Tentunya untuk mengantar kan pulang Mbak Ayunda.
"Emm, ga perlu deh. Makasi," ucapnya sambil tersenyum dan menatapku--seperti biasa. Aku pun mengangguk.
Melihat itu, ia tak merespon. Lalu, membuka pintu mobil dan segera keluar. Namun sebelum menutup pintu, sempat ia berkata, "Udah malam soalnya. Ntar kamu sampe rumah kemalaman"
Tentu saja senyumku lantas terukir tipis. Sebab ucapannya barusan itu seperti sebuah kekhawatirannya padaku. Tak ingin berlama-lama, langsung aku pamit padanya. Ku buka kaca mobil ini.
"Ya sudah mbak. Saya pulang dulu. Besok saya jemput pukul 07.00. Se-selamat malam"
Ia mengangguk, "oke, selamat malam"
Hanya ucapan begitu saja, sudah mampu membuat perasaanku porak poranda semalaman. Ini gila. Bahaya. Sepertinya memang aku sudah mulai tidak waras.
Untuk menghilangkan pikiranku tentang Mbak Ayunda, kusempatkan jogging 30 menit di sekitar area perumahan Om Fredie--karena aku masih tinggal disana. Budaya lari pagi itu masih kupertahankan untuk menjaga bentuk tubuhku. Bukan apa-apa, tubuh yang proporsional kadang mencari cerminan kesehatan seseorang kan?
Setelah itu, hal yang kulakukan adalah mandi. Kulakukan cepat-cepat agar aku bisa segera bertemu Mbak Ayunda. Tepat pukul 06.00, aku pamit pada Om Fredie untuk segera berangkat kerja.
Kebetulan di dekat komplek perumahan Om Fredie terdapat bakery yang buka 24 jam. Jadilah kusempatkan diri membeli dua porsi roti kesukaan ku serta dua gelas kopi.
Selesai dengan urusan makanan, segera ku tancapkan gas menuju gedung megah tempat apartemen Mbak Ayunda berada. Tak butuh waktu lama hingga aku sampai kesana.
Ku lirik arloji di pergelangan tangan kiriku. Pukul 6.50. Masih ada 10 menit sebelum jam jemput Mbak Ayunda. Tak ada yang bisa kulakukan selama itu. Aku gabut.
"Kenapa tidak bertanya nomor berapa apartemen nya ya kemarin? Haha, dasar bodoh" monologku.
Sudah begitu, aku lupa tak meminta nomor ponselnya. Dasar pelupa.
Bosan menunggu di mobil, ku putuskan masuk menuju gedung itu. Niat hati ingin menunggu Mbak Ayu di lobby hotel saja.
Belum lama rasanya aku duduk disini ketika sebuah suara menyapa, "Hei, selamat pagi"
Sapa seseorang itu. Kudongakkan kepala melihat kearahnya.
"Oh h-hai mbak. Selamat pagi"
Ku amati tampilan Mbak Ayu. Hari ini ia tampak beda. Tapi sama sekali tak mengurangi kesan anggun manis dan cantiknya.
"Mau menunggu siapa lagi disini hmm?" ucapnya lagi.
"O-oh iya mbak. Hehe. Ya sudah, mari berangkat" kataku sambil berdiri. Ia mengikuti langkahku.
"Mbak, sudah sarapan?"
Ia menggeleng, "ga sempat masak. Tadi bangun kesiangan"
"Kebetulan dong"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gorgeous CEO [√]
ChickLit[ Completed ] Pertemuan tak sengaja di taman kota. Pertemuan tak direncanakan di tempat kursus model. Pertemuan tak disangka di tempat festival. Dan lagi, pertemuan ke empat sebagai seorang asisten pribadi dan CEO-nya. ___________________________...