03. Tawaran Kerja

13.2K 1.2K 9
                                    

Sudah empat hari setelah pertemuan ku dengan Mbak Ayunda. Dan sampai sekarang, aku masih memikirkan wanita itu. Setiap saat aku selalu teringat senyumnya. Astaga, pasti aku sudah tidak normal karena memikirkan wanita sampai begininya.

Tapi serius, segala aktivitasku terasa hambar setelah empat hari tak bertemu dengannya. Padahal, biasanya aku tak pernah begini.

Untuk mengisi hari-hariku, ku putuskan untuk menemani Mira berlatih. Beberapa hari ini, aku selalu rajin mengantar-jemput Mira les di tempat itu. Bahkan aku pun ikut menunggui adikku berlatih. Semua itu tentu saja kulakukan agar bisa bertemu Mbak Ayunda. Seperti sekarang contohnya.

"Nanti sampean nungguin Mira latihan lagi kan Mbak?"

Saat ini, kami masih berada di jalan menuju tempat Mira les. Sepanjang jalan, ia banyak berceloteh. Dari persiapan yang telah ia lakukan hingga kehidupan sekolahnya.

Bicara tentang sekolah, Mira baru akan naik kelas 6. Seharusnya, ia sibuk memikirkan ujian kenaikan kelas sekarang. Tapi Mira tetaplah Mira yang lebih menyukai dunia modelling daripada pelajaran sekolah. Aneh, iya kan?

"Iya deh. Nanti mbak tungguin bentar"

"Loh kok bentar? Gara-gara ndak ada Ms. Karin ya?"

Aku tertawa. Sepertinya ia menyadari kalau aku sering mencuri lihat ke ruang Mbak Karin. Siapa tau ada temannya disana, iya kan.

"Kok mikir gitu?"

"Ya habisnya mbak sering liat ruang kerjanya Ms. Karin"

"Masa sih? Enggak deh. Kamu ngarang"

"Ih tapi seriusan. Ini nih ya, Mbak Fika aja sampe tanya ada perlu apa Mbak sama Ms. Karin"

"Oh ya? Kalo gitu Mbak Fika bilangin, mbak nungguin Mira, bukan mau nungguin Mbak Karin"

Tapi nungguin temennya. Lanjutku dalam hati.

"Iya deh. Nanti Mira bilang gitu kalo ditanya lagi"

Adikku yang satu ini memang penurut. Hanya kepadaku saja sebenarnya. Ntahlah, mungkin karena aku sering memanjakan Mira.

"Good girl. Sebelum latihan, Mira mau beli apa?" Ucapku sambil  mengacak rambutnya pelan.

"Ih mbak! Rambut Mira jadi berantakan!"

Aku meringis. Menjauhkan tanganku. Tak menjawab apapun.

"Mira mau ditungguin Mbak Ken kayak kemarin titik"

"Loh, loh. Gabisa gitu dong sayang. Mbak habis ini ada reuni sama temen-temen mbak"

Mira tak menjawab. Sepertinya ngambek. Ini nih, repotnya punya adik perempuan kelas lima sd.

"Nanti pas pulang, mbak bawain chatime deh. Gimana? Atau mau ayam juga?"

Masih tak ada jawaban. Kulirik Mira disampingku. Tampaklah wajah menahan yang tak ingin luluh dengan tawaran tadi.

"Yaudah, ditambah lusa pas Mira tampil, Mbak bakal ikut lihat deh. Gimana?"

Ia menoleh. Matanya berbinar.

"Bener ya mbak? Janji?"

"Iya deh. Janji" kataku sambil menyambut janji kelingkingnya itu.

"Yeay"

Mira menghujani ku dengan banyak ciuman. Ini memang kebiasaan keluarga kami.

When you hold me in the street

And you kiss me on the dance floor

"Eh, hp mbak bunyi deh. Bentar Mira ambilin"

Aku mengangguk. Biarlah dia yang mengangkatnya.

My Gorgeous CEO [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang