10. Lombok

12.9K 1.2K 79
                                    

Malam nanti, akan ada peresmian jabatan CEO kantor pusat Jakarta—Mbak Ayunda— dengan CEO kantor cabang di NTB.

Seperti yang telah direncanakan, peresmian ini akan dilakukan di kantor cabang NTB. Kantor dimana adik Mbak Ayunda akan menjadi pemimpin perusahaan cabang bagian sana.

Sebab itulah, pagi ini, aku dan mbak Ayunda bersiap terbang ke NTB. Kami hanya berdua. Karyawan lain sudah kemarin melakukan penerbangannya. Jadi, bisa dibilang kami tak bergabung karena terlambat. Sebab, Mbak Ayu ada pemotretan dengan iklan kosmetik kemarin malam.

Sepanjang perjalanan, Mbak Ayu terus tidur disebelahku. Ia seperti kelelahan akibat padatnya jadwal. Tentu saja sangat padat. Selain menjadi CEO perusahaan besar, ia terkadang juga masih mengikuti kegiatan modelling. Rasa kagumku semakin bertambah saja.

Kuletakkan kepala Mbak Ayu agar bersandar di bahuku. Wangi rambutnya seperti wangi bayi. Meski ia seorang model, tetapi shampoo yang ia gunakan tetap shampoo bayi. Kecuali, kalau ada acara khusus yang mengharuskan dirinya tampil sebagai wanita dewasa.

Kuamati wajah tidur Mbak Ayu. Dia sangat cantik. Aku tak berbohong. Mau bagaimanapun dirinya, tetap saja terlihat cantik. Bagaimana bisa ya?

Iseng, kukeluarkan kamera pollaroid ku yang ukurannya sangat mini. Sebab ingin mengabadikan momen ini. Norak sekali kan aku? Memotret Mbak Ayu saat ia sedang tidur.

Cekrek.

Sialan! Aku tak tau kalau kamera ini akan berbunyi. Cepat-cepat kusembunyikan benda ini ke dalam saku saat kulihat Mbak Ayu mulai mengerjapkan matanya lucu. Ia mungkin terganggu dengan suara kameraku tadi yang tak bisa dibilang pelan.

"Emh, udah sampai?" suaranya terdengar parau-juga seksi.

Aduh, mikir apa aku.

"Be-belum, Mbak. Masih ada sejam-an. Mbak Ayu tidur aja dulu."

"Aa masih lama. Ya udah deh."

Setelah itu, ia menyandarkan kepalanya lagi di bahuku. Mungkin Mbak Ayu kembali tidur.

Setelah yakin Mbak Ayu terlelap kembali, ku keluarkan kamera yang sempat kugunakan untuk memotret tadi. Sekedar melihat foto Mbak Ayu disana.

"Uh, bagus banget fotonya. Kirim ke aku, dong."

Loh.

Kulirik Mbak Ayu. Ternyata ia tak benar-benar tidur. Haduh.

"E-eh i-iya Mbak. Nanti sa-saya bagi," ucapku sambil buru-buru mematikan kamera ini.

Ia menatapku tersenyum. Senyum yang aneh ku kira.

"Kamu punya bakat memotret orang tidur ya? Sampai hasilnya bagus begitu," ucapnya sambil terus tersenyum mengejek.

Aku gugup, bercampur kikuk. Tak tau harus menjawab apa. Ku alihkan pandanganku keluar jendela akhirnya.

"Kok diam aja? Padahal barusan dipuji loh. Bilang 'oiya Mbak, te-terimakasih' gitu dong harusnya," ucapnya menirukan gelagat gugupku sambil menoel-noel wajahku.

"Mana dong, coba lihat hasilnya lagi"

"Ken, lihat sekali lagi dong"

"Dapet berapa foto tadi"

"Ken"

"Ish. Kalau diajak bicara jangan diam aja"

Kutolehkan kepalaku padanya. Disampingku kini, ada Mbak Ayu yang masih setia menampilkan ekspresi senyum anehnya itu. Kubalas menatap matanya berani. Mati-matian aku bersikap tenang.

My Gorgeous CEO [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang