13. Gili Trawangan

10K 1K 43
                                    

Bersyukur pada Tuhan Yang Maha Esa, pagi ini begitu aku baru saja membuka mata, pemandangan yang tersaji dihadapan mataku luar biasa minta dipuji. Pantai dipagi hari lengkap dengan sunrise-nya sukses membuatku ingin memotret.

Kulangkahkan kaki ke depan teras. Memotret mentari yang sangat cantik itu. Pemandangan matahari terbit itu sangat indah, bahkan lebih indah dari mentari yang masih tidur di dalam kamar. Aku tak ingin membual dengan mengatakan seseorang di dalam kamar itu lebih indah dari sunrise.

"Moto apa?" ucap sebuah suara tepat disebelah telingaku.

Astaga, aku kaget dibuatnya.

"Sunrise-nya bagus."

Kulihat ia ikut berjongkok disampingku. Ia pasti baru saja bangun sebab bisa kulihat ia menahan kantuknya.

Pemandangan Mbak Ayu saat baru bangun tidur itu luar biasa. Entah kesambet apa, pagi ini ia mengenakan kemeja putih saja sebagai atasan. Tapi kemeja itu jelas bukan milikku. Sedangkan bawahannya, aku tak ingin menjelaskan. Terlalu kurang ajar kalau kujelaskan. Jangan berpikir yang tidak-tidak, kemarin kami hanya tidur setelah berkeliling mencari makanan. Meski tidur seranjang,  kami sama sekali tak melakukan apa pun.

"Enggak, liat photo-nya dong."

Kuserahkan kamera di genggamanku. Ia pun melihat-lihat hasil jepretan ki disana.

"Foto ku banyak banget,"

Geez.

"Kamu niatnya ngefoto Trawangan atau ngefoto Aku sih?"

Kan kan, suka sekali Ia meledek.

"Aku merasa berlibur sama fotografer pribadi."

Benar juga.

Ia menoleh kearahku lalu, "Foto ku yang dipesawat kemarin mana?"

Cukup.

Kuambil kamera itu lalu kutinggal Ia masuk kembali ke kamar. Sebelum kudengar protes, sudah kutawari dia, "Ayo ganti mbak. Ndak pengen coba bersepeda mengelilingi Trawangan?"

"Oh, oke. Ide bagus."

"Yaudah, mbak Ayu ganti baju dulu."

Lalu aku pun berjalan——ingin keluar.

"Loh, mau kemana ken?"

Aku menoleh. Menatap mbak Ayu yang belum juga beranjak dari tempatnya tadi, "Mau nutup pintu nya mbak. Biar nggak ada yang ngintip."

Dan, yes! Mbak Ayu cuma mengerjabkan matanya lucu.

"Ayo ganti baju."

Iya. Itu suaraku.

Begitu tepat didepannya, tiba-tiba saja Mbak Ayu meletakkan kedua tangannya dikedua bahuku. Ia sedikit mendongak menatapku—karena ternyata aku lebih tinggi beberapa cm darinya.

"Apa? Pengen ganti bareng hm?"

Aduh. Gawat. Ekspresi nya begitu. Suaranya pun dibuat begitu. Akhirnya kulepaskan tangannya dan berjalan keluar.

"Eng--enggak jadi."

...

Pagi ini, aku bersepeda bersama Mbak Ayu mengelilingi pulau. Sepeda ini kusewa dari penduduk yang menyediakan jasa sewa sepeda. Kami hanya meminjam satu buah sepeda, tetapi sepeda itu sudah bisa kami gunakan berdua sebab bentuknya yang unik. Aku di depan dan Mbak Ayu di belakang. Kami berkeliling sambil mencari sarapan.

"Mbak Ayu kepengen makan apa? ucapku kala kurasa tubuh ini lelah mengayuh. Maksudku, ingin cepat-cepat berhenti.

"Enggak tau. Nggak ada yang menarik"

My Gorgeous CEO [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang