Kania's POV.
Hubunganku dengan Mbak Ayu penuh kecanggungan sejak kejadian dua hari lalu. Jadilah kami hanya sedikit berbicara satu sama lain.
Seperti biasa, aku pergi jogging dengan beberapa teman kantor pagi ini. Pun, ku tinggal Mbak Ayu seorang diri dikamar. Wanita itu masih tidur saat aku keluar.
"Hai, Kania"
"Eh, Pak Diandra, Selamat Pagi" Sapaku sambil tersenyum begitu seorang datang menyejajarkan langkah larinya denganku.
Ia hanya tersenyum sebagai jawaban. Dan ikut berlari disebelahku. Sebenarnya bagiku ini tak masalah, yang jadi masalah itu, bagaimana kalau nanti ada yang melihat? Bisa dibuat gosip macam-macam aku.
"Sudah dapat berapa putar, Kania?" ucapnya seperti sedang membuka topik pembicaraan.
"Baru mau dapat 2 putaran, Pak" jawabku sambil sedikit ngos-ngosan.
"Hei," Hentinya tiba-tiba. Aku pun terpaksa mengikuti nya.
"--kan sudah saya bilang, tak usah terlalu formal begitu"
Haish. Kukira ada apa.
"E-eh iya, Pak. Maaf-maaf, kelupaan hehe" jawabku sambil terkekeh.
"Pak?" sahutnya.
Aku bingung dibuatnya.
"Panggil seperti biasanya kamu memanggil di daerah kamu."
Kami pun melanjutkan acara lari-pagi lagi.
"Ehm, Pak—mas sendiri, sudah dapat berapa?"
Sebagai bawahannya, aku tentu harus sadar diri dengan tidak membiarkannya bertanya tanpa ku tanya balik, kan?
"Saya baru saja mulai. Tapi tadi sempat ngegym sebentar."
"Uh, letaknya di lantai teratas?" tanyaku menanyakan lokasi gym yang berada di hotel ini. Sebab, aku tak tahu sebelumnya kalau di tempat ini terdapat fasilitas gym.
Ia mengangguk, mungkin lelah karena kami berbicara sambil berlari sejak tadi.
"Kok enggak dilanjut?" tanya ku berbasa-basi. Tak tahan dengan situasi yang sangat awkward. Belum lagi pandangan orang-orang ke arah kami.
"-eh maaf mas, bukan urusan saya. Maaf maaf," ralatku setelah itu.
"Saya lihat kamu tadi" ucapnya setelah beberapa saat.
"Eh? Dari atas sana? Masa keliatan si?" tanyaku sambil mendongak kan kepala ke atas.
"--eh, enggak jadi nanya deh."
"Maaf ya mas, saya agak kepo" ucapku beruntun.
Ia pun tertawa sebentar, "Tak masalah."
Lalu tak ada percakapan lagi diantara kami. Sampai saat aku akan pamit padanya untuk kembali ke kamar hotel.
"Mau mencari minum setelah ini? Saya dengar Ada penjual Es Burung Wallet yang enak diminum di siang hari" tawar lelaki itu begitu kami sudah berada di depan lobby hotel.
Aku memandang lelaki ini. Sebenarnya aku ragu. Kalau ditolak kan tidak enak. Bagaimana pun dia kan juga bosku.
"Saya yang bayar. Tempatnya dekat dari sini, jangan khawatir"
Astaga. Aku sama sekali tak masalah dengan uangnya.
"Eh? I-iya deh mas. Boleh. Tapi saya mau ijin Miss Diajeng dulu"
Ia mengangguk dan masih menunggu jawabanku.
Ku rogoh saku celana yang kini ku pakai. Tapi tak dapat ku temui apapun. Ku cari benda persegi itu di semua saku pakaian yang kini ku kenakan. Namun nihil.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gorgeous CEO [√]
ChickLit[ Completed ] Pertemuan tak sengaja di taman kota. Pertemuan tak direncanakan di tempat kursus model. Pertemuan tak disangka di tempat festival. Dan lagi, pertemuan ke empat sebagai seorang asisten pribadi dan CEO-nya. ___________________________...