***
"As long as u are willing to take care of me, this pain is not a big deal."
***
Author's POV.
Kania duduk di pinggir kasur. Kakinya menjuntai ke bawah. Kepalanya menunduk. Ia sudah bangun sejak beberapa saat lalu. Dan kini, matanya beralih mengamati seisi kamar yang tampak berantakan.Baju tergeletak dimana-mana. Letak celana dan baju saling berjauhan. Pakaian dalam bahkan ada yang terlempar di sofa.
Matanya melirik pada keadaan kasur. Terlihat sprei tampak kotor dan ada bercak darah disana. Lalu matanya beralih pada objek di atas sana yang masih tertidur pulas. Ayunda tidur menghadap ke arahnya. Jadi ia bisa mengamati wajah wanita itu dengan leluasa.
Kania seketika merasa sedikit menyesal. Ia melampaui batas. Ketika matanya menemukan ada banyak tanda kemerahan di leher Ayunda dan daerah sekitarnya, ia merasa malu. Belum lagi ketika lengan dan kaki bagian atas wanita disana terekspos sebab tak tertutup selimut. Semakin bertambahlah malunya.
Kania masih memandangi wajah ayu pacarnya. Ia terpesona ketika melihat wajah itu tertidur damai, tampak seperti perempuan polos. Kania lantas tersenyum, wajah Mbak Ayu-nya sangat polos ketika sedang tidur begini, tidak seperti kemarin saat wanita itu menggodanya.
Kania gemas. Ia tidak tahan. Jadilah ia memajukan sedikit tubuh nya dan mencium semua objek yang ada di wajah itu. Mulai dari dahi, pelipis, alis, kedua mata yang tertutup, pipi, sudut bibir, dan hidung. Kania bahkan dengan sengaja menggesekkan hidung mancungnya dengan pucuk hidung Ayunda.
Hal itu sepertinya sukses membuat perempuan yang tadinya tertidur, menjadi sedikit terusik. Ia geli, jadinya ia berusaha membuka mata. Sinar matahari yang masuk membuatnya mengedip-ngedipkan mata.
"Eungg, geli," ucap Ayunda sambil berusaha menghentikan pergerakan Kania yang masih membuat hidung mereka saling bergesekan.
"Bangun mbak, bangunn."
Kania menghentikan pergerakan barusan. Lalu dengan sengaja mempoutkan bibir, dengan masih posisi yang sama seperti tadi. Jarak bibir mereka hanya sebatas lebar jari.
Ayunda mengusap lembut pipi wanita yang ada di atasnya. Ia lalu tersenyum, "Iya iya. Morning sayang"
Mendengar suara pacarnya yang baru bangun tidur, membuat Kania merasa sesuatu. Ia akhirnya kembali tidur, memosisikan diri memeluk pacarnya, dan meletakkan kepala di ceruk leher wanita itu.
"Morning," jawab Kania. Ia gugup dan bercampur malu ketika merasakan tubuhnya menempel dengan tubuh pacarnya tanpa ada penghalang. Astaga.
Ayunda berniat membalas pelukan Kania. Ia memiringkan badan dan akan menggerakkan tubuhnya. Tetapi, sebelum itu, ia merasakan sakit yang luar biasa di bawah sana. Jadilah ia mengeluarkan erangan, menandakan rasa sakit yang ia alami.
Kania mengernyitkan dahi, lalu menatap mata Ayunda, "Ehh, mbak Ayu kenapa? Ada yang sakit?"
Ayunda masih mengernyitkan dahi, dan memejamkan mata. Ia lalu mengangguk, lalu berucap, "Ah, iya, tapi gapapa kok, dua atau tiga hari juga ilang."
"Sampai tiga hari? Kok lama?"
Ayunda tersenyum sedikit, pacarnya masih polos, "Ya emang gitu sayang."
"Loh, bentar, Mbak Ayu kok tiba-tiba jadi sakit?—"
Kania berhenti sebentar sebelum melanjutkan kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gorgeous CEO [√]
ChickLit[ Completed ] Pertemuan tak sengaja di taman kota. Pertemuan tak direncanakan di tempat kursus model. Pertemuan tak disangka di tempat festival. Dan lagi, pertemuan ke empat sebagai seorang asisten pribadi dan CEO-nya. ___________________________...