***
Forced love is not true love.
***
Author's POVCukup. Satu minggu yang berat sudah dilalui oleh Ayunda. Benar-benar berat karena ia harus merasakan bagaimana rasanya diberi sekat secara terang-terangan oleh papanya sendiri. Sekat yang jelas menunjukkan bahwa ia sedang dijauhkan secara paksa dari pacarnya.
Sekat itu mulai dari keberadaan bodyguard yang 24 jam selalu berada di sekitarnya. Dua orang lelaki itu bahkan tinggal tepat di sebelah unit apartmentnya. Belum lagi saat ia harus pergi kemanapun, harus diantar oleh supir, dan bukan lagi Kania. Ditambah, Kania sudah dipindah di unit apartemen lain yang tidak bisa ia kunjungi karena pengawasan bodyguardnya. Dan yang terakhir, ia kini tinggal bersama seorang ART suruhan papanya plus apartemennya diberi CCTV. Gila.
Sudah, kesabarannya habis. Ia ingin memastikan sesuatu. Sebelum itu, Ayunda meraih ponsel dan mengirimkan pesan pada seseorang. Ia ingin menanyakan apakah orang itu sedang ada di Jakarta atau tidak.
Diajeng Ayunda B.
Karena kebetulan kamu sedang di Jakarta, bisa bertemu di resto xxx sekarang? Masuk saja nanti di private room. Segera datang dan jangan terlambat. (11.40)Selesai dengan ponsel, Ayunda lalu berdiri dan berjalan menuju keluar.
"Tolong antar saya ke resto xxx. Ada yang ingin saya temui."
Belum sampai mendengar balasan, Ayunda pergi keluar dari ruangannya. Dan langsung ada potret Kania yang sedang serius menatap layar komputer.
"Ken, aku keluar dulu ya bentar, mastiin sesuatu."
Kania mengangguk. Ia ingin menanyakan sesuatu, tetapi dua lelaki penjaga bosnya sudah siap berdiri di samping wanita itu. Jadi ia menahan dan memilih untuk bertanya lewat ponsel saja.
"Silakan istirahat. Sudah waktunya makan siang. Saya pergi dulu. Kalau ada tamu yang datang, katakan bahwa saya sibuk dan undur pertemuan itu hingga besok."
Kania tau mereka sedang berlagak selayaknya CEO dan asistennya dengan normal, maka ia mengangguk, "Baik, Miss. Saya mengerti."
Ayunda lalu tersenyum menatap Kania sebelum berjalan menuju tempat parkir. Kania pun membalas senyuman itu teduh hingga Ayunda keluar dari ruangan itu.
Ayunda berjalan dengan cepat. Ia sedang buru-buru.
"Mohon maaf Nona Brata. Ingin bertemu dengan siapa kah setelah ini?"
Ayunda menghentikan jalannya. Ia menghela napas, menatap lelaki yang berjalan di belakangnya, lalu berucap, "Makan siang dengan calon suami saya di resto xxx. Puas?"
Oke, tentu saja Ayunda berani berucap begitu setelah mereka ada di luar gedung perusahaan. Setidaknya kalimat barusan tidak didengar oleh Kania. Ia tidak mau membuat perempuan itu kecewa.
...
Kania mulai merasa tidak tenang ketika Ayunda tidak kunjung kembali setelah ada dua jam lebih keluar. Ia tidak memiliki pandangan mengenai kemana tujuan bosnya keluar. Sudah bertanya, tapi belum dijawab. Pikiran tentang pacarnya yang berubah mulai memenuhi kepalanya. Benar-benar Kania merasa bahwa ada sesuatu yang disembunyikan.
Telepon kantor di sebelahnya tiba-tiba berdering. Kania lalu buru-buru mengangkatnya.
"Selamat siang Ms. Winata. Ada yang ingin Mr. Brata bicarakan. Bisa ke ruangan beliau sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gorgeous CEO [√]
ChickLit[ Completed ] Pertemuan tak sengaja di taman kota. Pertemuan tak direncanakan di tempat kursus model. Pertemuan tak disangka di tempat festival. Dan lagi, pertemuan ke empat sebagai seorang asisten pribadi dan CEO-nya. ___________________________...