Chapter 10 - Kau Milikku [21+]

10.5K 397 27
                                    

[Warning! Tolong baca chapter ini di tempat sepi, Author tidak bertanggungjawab jika orang lain memergoki kalian.]

"Minjeong-ah."

Gadis muda tidak membalas, ia tahu pikirannya sudah tak jernih lagi. Winter menatap gadis di depannya dengan tatapan dingin–gadis itu marah. Langkah demi langkah membuat hati Karina berdetak lebih kencang. Ia tidak menyangka gadis di depannya akan bertindak sejauh ini.

Punggung Karina menyentuh dinding di belakangnya, gadis itu sudah tidak bisa menghindar lagi.

"Kau menghindar dariku," ujar gadis muda.

Gadis lebih tua menunduk, ia tidak mau menatap Winter lebih lama. Gadis muda berdiri tepat di depannya, memberikan kesan dingin dan mencekam.

Winter meraih tengkuk gadis itu, ia mengusapnya lembut. Ia menarik napasnya seakan itu napas terakhirnya sambil menyentuh ujung bibir Karina.

"Aku selalu membayangkan bibirmu, kau tahu itu?"

Sekali lagi ia mengusap tengkuk gadis itu. Jemarinya berjalan mengikuti garis tengkuk Karina. Gadis lebih tua menahan hasratnya mati-matian, menahannya atau sifat aslinya akan terbongkar. Ia tahu ini tidak akan bertahan lama, setiap gerakan Winter membuat napasnya semakin berat.

Jemari Winter meraba bentuk bibir Karina, itu terlihat begitu lembut dan menggiurkan. Ia ingin sekali melihat reaksi Karina tatkala ia menciumnya. Gadis muda sedikit berjinjit, mendekatkan bibirnya dengan milik Karina, ia tak bisa membohongi hatinya yang berdebar kencang. Gadis itu segera melumat bibir Karina. Hal yang ingin ia lakukan akhirnya tercapai. Bibir ini membuatnya kecanduan, ia memastikan ciuman itu lembut, tidak ada paksaan darinya maupun dari sang pemilik bibir.

Manis.

Smirk menghias sudut bibir Winter. Ia tahu Karina menggunakan lipgloss pemberiannya. Entah sejak kapan Winter sudah mengalungkan kedua tangannya di leher Karina, membuat ciuman mereka lebih dalam dan dalam lagi. Ciuman itu mematikan, tidak ada satupun dari mereka yang mengalah. Keduanya hanyut dalam dunia mereka masing-masing menikmati suasana ini. Andai mereka tidak tergantung oleh oksigen, mungkin saja ciuman itu takkan berakhir secepat ini. Gadis muda melepas kaitan bibir mereka, dengan napas tersengal ia memandang mata gadis di depannya,

"Kau bisa membaca isi pikiranku bukan?"

Karina terkekeh kecil. Ciuman itu berhasil membuat dirinya lepas kendali, hasratnya membeludak ingin menghabisi gadis di depannya.

"Kau selalu membayangkan bibirku."

Karina mendorong keras tubuh gadis muda, memojokkan tubuhnya dan mengangkatnya hingga ia terduduk di wastafel. Ia memandang tubuh gadis di depannya, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Membayangkan semua sisi elok tubuh gadis muda itu, menelanjanginya dengan tatapan menggoda.

"Sedangkan aku selalu membayangkan tubuhmu."

Karina mengulang apa yang dilakukan gadis muda sebelumnya. Ia meraba tengkuk Winter dan menyentuh ujung bibirnya. Karina bergerak lebih dekat, membuat bibir mereka hampir bersentuhan, namun ia sengaja menarik dirinya lagi, ia tahu Winter haus akan ciuman itu. Gadis itu menyingkirkan rambut panjang Winter, mengekspos leher gadis muda di depannya. Beruntungnya ia mendapat mangsa yang belum pulih total, gadis itu tidak mampu melakukan banyak perlawanan.

Karina menghembuskan napas beratnya di sekitar leher itu. Karina tidak ingin menyentuh tubuh gadis itu. Hanya hembusan napas kecil yang ia lakukan, mengingat dirinya tidak boleh meninggalkan bekas cinta sedikitpun atau ini akan menjadi skandal umum bagi mereka berdua. Kulit itu halus sekali, belum lagi gadis muda menampakkan tonjolan urat di sekitar lehernya berhasil membuat Karina semakin terpancing untuk segera menghabisinya.

Be My AeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang