Chapter 1 - Gelas yang Pecah

11.8K 532 22
                                    

Karina's POV

Aku bisa gila tinggal bersama manusia-manusia ini. Rumah ini seperti taman kanak-kanak, lebih buruk dari taman kanak-kanak. Seperti taman iblis.

"Winter! Kembali!"

"Ningning aku akan memukulmu kalau kau menjatuhkan ponselku!"

"Tampaknya sebentar lagi Giselle akan meledak, BOOM!"

Sigh, anggap saja mereka tidak ada, tidak ada, tidak ada. Mungkin aku harus belajar yoga untuk mengendalikan diriku dari kelakuan durjana mereka bertiga. Selama belum ada insiden barang pecah seperti piring atau gelas, aku masih bisa hidup tenang.

Prang!

.

.

.

Kutarik lagi perkataanku tentang barang pecah.

Aku membuka pintu kamarku, berjalan menuju sumber suara dan berhadapan dengan tiga makhluk hidup yang sudah menunjuk satu sama lain. Wajah mereka penuh dengan aegyo terbaik yang belum pernah mereka tunjukkan di publik.

"Ningning yang menyenggolnya!"

"Minjeong unnie yang mendorongku!"

Aku melihat Giselle menahan tawanya di sudut ruangan. Winter dan Ningning berusaha untuk memberi isyarat untuk membuatnya diam, sayangnya telingaku cukup peka mendengar suara cekikikannya.

"Ada alasan lain darimu, Aeri?" Tanyaku sambil melipat kedua tangan di depan dada.

"Uh..." Ia kebingungan.

Sejujurnya aku tidak marah, hanya saja mereka sangat keras kepala. Mustahil membuat mereka diam selain seperti ini.


Giselle's POV

Prang!

Sial, mereka berdua memecahkan benda itu. Gelas milik Karina berubah menjadi serpihan kecil dan tersebar di seluruh penjuru lantai. Kami bertiga membeku di tempat kami masing-masing, saling bertukar pandang dan mengirim sinyal transparan.

"Bagaimana ini?" Bisik Winter.

"Sudah kubilang jangan berlarian di dapur."

"Minjeong unnie yang mendorongku," sambar Ningning.

Krieett...

Hal terburuk pun terjadi. Karina keluar dari kamar, wajahnya tidak senang. Aku melirik ke arah Winter dan Ningning yang sudah saling menunjuk satu sama lain. Pfft, bukankah itu terlihat menggemaskan?

"Ningning yang menyenggolnya," ujar Winter dengan wajah panik.

"M-minjeong unnie mendorongku," bantah bayi mungil Ningning.

Andai Karina tidak marah, aku akan tertawa terbahak-bahak melihat wajah panik kedua manusia itu. Mereka seperti kucing dan tikus yang tidak akan pernah akur, bahkan Karina sudah terlalu lelah mengurus mereka.

"Ada alasan lain darimu, Aeri?"

Shit. Ayolah, aku tidak melakukan kesalahan apa-apa.

"Uh..."

Aku melirik ke arah Winter dan Ningning, meminta bantuan untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan Karina kepadaku. Bukannya membantuku, mereka malah mengejekku dan membuat wajah jelek agar aku kembali tertawa.

"Pffft."

"Baiklah. Kalau begitu, nomor Manager unnie..."

Karina membuka ponselnya, mencari nama Manager unnie dalam daftar nomor telepon dan meletakkan ponselnya di samping telinga.

"A-aku! Aku yang menyeng—" Winter yang malang, ucapannya terpotong tepat setelah Manager unnie mengangkat panggilan Karina.

"Manager unnie! Ah~ Okay okay, sampai jumpa besok pagi!" Karina menutup panggilannya.

"Lanjutkan omonganmu," ujar Karina menatap tajam Winter.

"Aku yang menyenggol Ningning."

"Jadi pelakunya adalah?"

Karina mengangkat kedua alisnya, menunggu pengakuan Winter. Gadis itu juga mempersiapkan dirinya menjawab pertanyaan itu. Ia mengambil napas dalam-dalam, mengumpulkan nyawa dan tenaga.

"Pelakunya adalah Ningning," jawab Winter dengan bangga.

Jawaban itu membuatku terbahak dengan sangat. Kim Winter benar-benar seperti iblis kecil yang tak pernah takut melakukan hal bodoh di depan kawan-kawannya.

"Hei! Unnie yang mendorongku!" Ucap Ningning tak terima.

"Tetap saja kamu yang menyenggol gelasnya~"

"Mana bisa seperti itu!"

Sudah kubilang mereka tidak akan akur. Karina menghela napas dan mengusap kepalanya frustrasi, lelah melihat pertikaian dua anak ini.

"Sigh, cukup cukup. Mari kita bereskan semua pecahan ini."


Ningning's POV

HUH!

Minjeong unnie benar-benar menyebalkan. Kalau saja ia tidak mendorongku, gelas milik Karina unnie tidak akan pecah dan kita semua tidak akan berada di situasi seperti ini. Sekarang malah aku yang terlihat seperti pelakunya. Tunggu saja pembalasanku, Minjeong unnie!

"Sigh, cukup cukup. Mari kita bereskan semua pecahan ini," ujar Karina unnie.

Aku pun dengan sigap berlari melewati pecahan gelas itu dan mengambil sapu di dekat pintu masuk dorm.

"Hati-hati Ningning," ujar Karina unnie khawatir.

"Hap hap hap! Ha-ha! Lihat betapa hebatnya diriku."

"Cih! lihat ini." 

Winter unnie mengambil ancang-ancang untuk melewati pecahan gelas yang berhasil kulewati dengan baik.

.

.

"Hap hap hap, ouch!"




TBC




Be My AeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang