Chapter 4 - Roller Coaster

2.9K 346 27
                                    

Winter's POV

Hari ini terasa begitu indah. Manager unnie mengumumkan jadwal kami kosong hingga dua hari kedepan. Setidaknya itu cukup untuk beristirahat sejenak setelah menjalani promosi debut kami selama dua minggu penuh. Aku melangkahkan kakiku keluar kamar untuk membasuh wajah dan menyikat gigi. Betapa kagetnya aku melihat persona yang begitu menyeramkan tepat ketika aku sampai di depan pintu.

"Eissh! Kenapa kau keluar seperti itu! Tutup pakai ini!" Aku menyodorkan handuk milikku.

"Kau yang seharusnya menutup matamu!" Ningning keluar dalam keadaan setengah telanjang. Biar kuberi tahu, semua member melakukan hal yang sama ketika mereka selesai mandi.

"Kalian berdua cocok menjadi alarm pagi dorm ini," gumam Karina setengah sadar. Sepertinya teriakan ganas kami membangunkannya.

"Maaf unnie~ Minjeong yang memulainya," ujar Ningning berlari ke belakang Karina sambil menunjukku seakan diriku seorang penjahat.

"Yah! Kau yang keluar dalam keadaan telanjang!"

"Baiklah~ Hentikan~" Karina menutup mulut kami, "Ini masih pagi. Tolong tenang sebentar saja," ujarnya. Ia berjalan sempoyongan ke sofa ruang tamu dan kembali melanjutkan tidurnya.

"Kau salah."

"Kau yang salah," balas Ningning.

"Kalian benar-benar cocok menjadi alarm pagi," ujar Giselle keluar dari kamar dengan rambut berantakan.

Sebesar itukah suara kami sampai bisa membangunkan mereka?

"Aku pakai kamar mandi ini dulu sementara kau bisa menyelesaikan urusanmu dengan Ningning," lanjut Giselle sebelum menutup pintu kamar mandi.

Ningning menjulurkan lidahnya dan berjalan menuju kamar. Aku masih berdiri di tempatku, bingung ingin melakukan apa. Aku sudah diserobot Giselle sehingga upayaku untuk produktif gagal total.

"Karina," gumamku melihat gadis terlelap di sofa ruang tamu.

Aku mendekati gadis itu, berjongkok di depan wajahnya. Kupandang matanya, hidungnya, bibirnya. Sempurna. Aku tersenyum tipis, saat tidurpun ia terlihat cantik. Semuanya terlihat indah, lebih indah dari apapun.

"Minjeong-ah," panggilnya dengan mata yang masih terpejam.

"Eoh?"

"Kemarilah."

Jarak wajah kami menipis. Karina masih memejamkan matanya, "Jangan pergi," lanjutnya. Aku terkekeh, "Aku tidak akan pergi kemana-mana, unnie. Apa yang kau—"

Chu~

Aku membeku. Bibir kami bersentuhan. Ia menciumku. Tak lama ia menarik tubuhnya dan bergumam kecil tentang hal lain. Ia sedang mengigau?

"Be my ae.. hello we are... Aespa," gumamnya.

Apa ia bermimpi tentangku? God, bahkan ia mengambil first kiss-ku dalam tidurnya. Apa aku harus membangunkannya?

"Karina," panggilku halus. Gadis itu tidak bergerak. Aku memberanikan diri membelai rambutnya, menyingkirkan helaian yang menutupi wajahnya. Niatku untuk membangunkannya mendadak hilang ketika aku kembali menatap wajahnya, begitu polos dan bening.

"Teruslah bermimpi tentangku," bisikku sebelum pergi meninggalkannya.

***

"Aku tidak bisa melakukan ini."

"Kenapa? Kau tidak pernah memberikan alasan yang jelas kepadaku."

"A-aku... aku terlalu takut menjalaninya."

"Wae? Kita bisa memulai ini semua pelan-pelan."

Gadis itu menggelengkan kepalanya, ia menyeka air matanya yang tak bisa ia tampung. Semua terjadi begitu cepat, ia terlalu takut dengan perubahan yang akan ia hadapi kedepannya. Namun sosok itu tidak bisa membohongi dirinya sendiri, ia sangat mencintai gadis di depannya.

"Minjeong-ah," panggil gadis itu, "Kemarilah."

Sosok itu mendekatinya, matanya menunjukkan kerapuhan. Mereka saling menatap satu sama lain, mencoba mengerti perasaan masing-masing.

"Jangan pergi." Gadis itu memegang erat kedua tangan sosok di depannya.

Ia mengusap pipi sosok di depannya, mengecup bibir gadis rapuh itu. Ciuman itu dalam, terasa menyakitkan bagi mereka berdua.

Hubungan yang tidak akan pernah terjadi. Apa yang lebih sakit dari hal itu?

"Karina," panggil seseorang.

Gadis itu terbangun dari mimpinya, sayangnya ia tak punya cukup energi untuk membuka matanya.

"Aku akan bangun saat panggilan kedua," pikir gadis itu. Sayangnya, panggilan kedua itu tidak ada.

"Teruslah bermimpi tentangku."

***

Author's POV

"Roller Coaster?"

"Eoh, kita harus memanfaatkan waktu kosong kita sebaik mungkin bukan? Ayolah, sekali saja. Kau tidak akan menyesal," ujar Winter.

"Aku setuju! Roller Coaster sangat menyenangkan!" Balas Ningning penuh semangat.

"Sepertinya aku tidak bisa," ujar Karina dengan nada sendunya, "A-aku terlalu takut."

"Aku juga tidak bisa naik wahana itu. Terlalu mengerikan," Giselle meringkuk.

"Huftt, sepertinya ini akan menjadi date bagi kita," ujar Winter kepada Ningning.




TBC

Be My AeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang