Chapter 16 - Tanda Maaf

1.6K 233 14
                                    

Author's POV

Satu minggu sejak pertama kali Winter merajuk dengan leadernya. Hubungan yang tak kunjung membaik entah karena egois atau pengaruh bisikan orang ketiga yang membuat hubungan mereka semakin merenggang.

"Minjeong-ah," panggil Karina. Ia menusuk-nusuk pipi gadis muda dengan telunjuknya. Winter menepis kasar tangan gadis itu. Ia tidak tertarik melihat wajah Karina yang begitu dekat dengan miliknya, gadis itu mengistirahatkan kepalanya di ceruk leher gadis muda sehingga napasnya berlalu-lalang di sekitar lehernya.

"Tidakkah kau lelah bertingkah seperti ini? Aku sudah lelah sekali," ujar Karina.

Hening.

Winter tidak memberikan tanggapan apapun. Ia sibuk dengan ponselnya, membaca semua deretan berita membosankan. Politik, hiburan, gosip. Semuanya ia baca, hanya untuk mengalihkan pikirannya dari gadis si pencari perhatian di sebelahnya. Tidak ada cara lain untuk melupakan gadis di sebelahnya selain seperti ini.

"Aku akan traktir makanan apapun," tawar Karina.

Tidak menarik, pikir Winter. Ia bisa membeli makanannya sendiri. Ia bukan gadis murahan macam teman-teman Karina yang mudah disogok dengan makanan.

"Jelly?"

Basi. Gadis muda tidak akan terjerumus dalam dunia jellynya lagi. Ia sudah bisa menguasai dirinya, mengontrol kapan dirinya harus terlihat gembira atau tidak.

"Es krim?"

Nope. Hanya karena nama gadis itu Winter bukan berarti ia bisa disogok dengan satu cone es krim.

"Ayolaah! Tanggapi aku, chagiya," tutur Karina. Ia sudah pasrah, gadis muda benar-benar tidak menganggap dirinya ada. Ini bahaya. Bisa-bisa mereka tidak berbicara lagi untuk selama-lamanya!

"Minjeong-ah, kau tidak boleh mendiami orang yang lebih tua."

Karina beranjak dari sofa besar ruang tamu. Ia menatap gadis muda kesal. Sementara Winter tidak ambil pusing tentang pergerakan itu. Ia tetap sibuk dengan ponselnya.

"AKU. MINTA. MAAF. KIM. MINJEONG."

Hening. Winter masih teguh dengan pendiriannya. Pintu hati gadis muda rusak. Kunci pintu hatinya hilang, tidak bisa dibuka dengan kata maaf yang tak tulus seperti itu.

"Eung~ Aku menyerah!" Karina menghempaskan tubuhnya di samping gadis muda. Karina pasrah, gadis itu tidak akan pernah memaafkannya. Kalaupun mereka tidak akan berbicara lagi, itu tak apa. Karina rela.

Sementara gadis muda melirik leadernya, sedikit terkekeh melihat Karina sudah lelah mencuri perhatiannya.

"Kim Minjeong, oh Kim Minjeong~ Aku suka Kim Minjeong~" Karina bernyanyi kecil dengan tatapan kosongnya melihat lantai dorm.

"Aku tidak menyukaimu," gumam gadis muda.

"Tidak apa-apa. Aku tid-"

Belum sempat ia menyelesaikan omongannya, Winter sudah mengubah posisi duduknya diatas pangkuan Karina, ia duduk menghadap gadis itu.

"Mwoya?" Tanya gadis lebih tua.

"Aku bosan, hibur aku."

"Mwo?"

Karina tidak mengerti kehendak yang sebenarnya gadis muda inginkan. Sedetik yang lalu gadis itu tidak menganggap dirinya ada, sekarang ia bertindak seperti anak kecil. Apa ini bisa kita anggap sebagai tanda bahwa gadis muda sudah memaafkan kesalahannya?

"Kau sudah memaafkanku?" Tanya Karina.

"Satu permintaanku untuk mewujudkan itu," ujar Winter.

"Apa itu."

Gadis muda memanyunkan bibirnya. Gelagatnya seperti memalak ciuman singkat dari bibir gadis lebih tua. Ingat kejadian di kamar mandi sewaktu di backstage? Ciuman itu menjadi sebuah kenikmatan pribadi bagi gadis muda. Benar adanya ia sudah kecanduan.

"Kiss kiss," ujarnya.

"Mwo? Sekarang? Di dorm?" Tanya Karina.

"Aku hanya minta satu ciuman bukan satu ronde," balas gadis muda ketus.

"Aku tidak menolak kalau pun kau meminta satu ronde," gumam Karina nakal.

"Sayangnya tempat ini tidak mendukung," balas gadis muda.

Tanda apalagi yang gadis muda lontarkan untuk Karina?

Sayangnya tempat ini tidak mendukung? Jadi ia juga bersedia melakukannya di tempat lain? Fikiran Karina sudah berpetualang kemana-mana. 

"Jadi kau tidak mau kumaafkan?" Tanya Winter membuyarkan pikiran kotornya.

"H-huh? Tentu saja mau."

Karina meraih tengkuk gadis di pangkuannya, merapatkan dirinya dengan gadis muda.

"Ciuman singkat, huh?" Tanya Karina memastikan. Aslinya ia hanya ingin mengulur waktu agar gadis muda yang melakukan gerakan itu terlebih dahulu.

"Singkat atau lama?" Karina kembali mengumpan hasrat gadis muda.

"Kau mengulur waktu, Karina," ujar Winter. Entah sudah berapa kali gadis muda menjilat bibirnya menahan niat dan nafsunya melihat bibir pujangganya.

"Aku hanya ingin memastikan agar kita tidak terbawa arus," balas Karina dengan seringainya.

"Singkat. Ciuman singkat," tutur gadis muda tidak sabar.

Karina mendekatkan bibirnya. Matanya masih terbuka, mengecek jarak bibir mereka sekarang. Hampir bersentuhan, Karina menarik dirinya lagi.

"Ciuman saja? Tidak mau tambahan lain?"




TBC

Be My AeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang