Chapter 12 - Hama

2.2K 250 46
                                    

Author's POV

Langit malam dan sekaleng bir. Seorang gadis dengan kepala pening bersama partner in crime kepercayaannya. Duduk di teras minimarket sambil bercakap-cakap tentang keluh kesah pribadinya. Salah seorang telah kehilangan setengah kesadaran akibat cairan alkohol yang masuk ke dalam tubuhnya, tetapi logika tetap berfungsi baik untuk mencerna omongan kawannya.

"Aku tidak bisa melanjutkan ini," gumamnya.

"Ayolah, kau bahkan baru mulai."

"Kau pikir diriku tergila-gila dengannya," ujar gadis itu lagi, ia terlihat murung.

"Tsk, semua orang tahu kau menyimpan perasaan padanya."

"Semua terjadi karena aku mengikuti omongan bodohmu."

Gadis lain meneguk habis minumannya, meremas kaleng besi hingga tak berbentuk dan membuangnya ke sembarang tempat.

"Salahkan hasratmu, Aeri. Aku tidak pernah menyuruhmu melakukannya. Itu hanya saran dariku."

Giselle menghela napas panjang, ia menatap kaleng birnya yang masih penuh. Ia sungguh menyesal atas tindakan tidak masuk akal yang sudah ia lakukan. Tak bisa memutar waktu atau bahkan menghapus memori, semua sudah hancur dan ia pasrah tentang hubungannya dengan Karina.

"Eottokhe."

"Dia sudah bersamamu bukan? Apalagi yang kau pikirkan?"

"Aku ingin dia bersamaku tanpa terpaut paksaan. Tapi ia menganggapku seperti seorang penjahat, Ryujin-ah."

Ryujin terkekeh, ia menatap gadis di sebelahnya, "Sebuah bunga akan hidup bahagia jika hama tidak datang mengganggunya."

Gadis itu mengambil dan membuka kaleng bir baru, "Sekarang hubunganmu sedang diganggu oleh hama."

Giselle menggeleng lemah, "Kau berharap aku menyingkirkan Minjeong? Itu tidak akan terjadi," ujarnya terang-terangan.

Gadis lain tersenyum licik, "Bagaimana dengan maknae?"

"Apa yang kau harapkan darinya? Ia masih kecil dan polos."

"Sepolos itukah? Kau yakin? Sejak kejadian di wahana itu?" Ryujin berhasil membuat Giselle terbungkam, "Kau bahkan tidak tahu apakah ia berbohong padamu atau tidak."

Giselle mengerutkan dahinya bingung, "Maksudmu?"

"Sudah jelas dari omongannya, sesuatu terjadi disana."

"Aku tidak mengerti."

"Pikirmu mereka hanya bersenang-senang dengan wahana itu? Tentu saja tidak. Ada hal yang mereka sembunyikan darimu dan Karina."

"Ningning tidak pernah berbohong," bantah Giselle.

"Lain halnya jika mereka sudah membuat janji."

"Kau tahu darimana?"

"Hanya mengira-ngira. Kau tahu, itu sudah menjadi hal biasa dalam sebuah pertemanan," jelas Ryujin.

Kali ini Giselle meneguk habis bir miliknya. Kepalanya penuh dengan masalah rumit. Ia pusing memikirkan bagaimana cara membersihkan kesan buruk itu dari sudut pandang Karina.

"Berikan saranmu," ujarnya.

Ryujin membalasnya dengan tawa mengejek, "Kau benar-benar gila," balasnya sebelum beranjak dari kursinya. Ia berjalan terhuyung-huyung di depan Giselle, kian kemari sembari berpikir tentang saran yang baik bagi sahabatnya.

"Ia gadis polos," gumam Ryujin memastikan. Giselle menaikkan alisnya mengiyakan pertanyaan itu.

Ryujin mendekati Giselle dan meletakkan kedua tangannya di sandaran kursi milik gadis itu, "Adu domba," lanjutnya.

Be My AeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang