Chapter 3: Tornado

292 33 1
                                    

Angin malam di Konoha menerpa perlahan rambut hitam Yugata yang sedang berjalan di tengah keramaian jalan. Menghirup udara tanpa topeng berlukis wajah hewan itu memang sebuah kenikmatan bagi Yugata, walaupun dia masih menggunakan masker untuk melindunginya dari alergi bunga lili yang selalu ada di tempat-tempat tidak terduga.

"paman, aku mau ramen ayam tanpa sayur," Yugata memesan semangkuk ramen di tempat ramen paling enak di Konoha, Ichiraku Ramen. "jangan paman, masukan saja banyak sayuran di ramen ayam itu," belum sempat si pemilih kedai menjawab pesanan Yugata, suara yang familiar terdengar dari arah belakang Yugata.

Yugata mengarahkan pandangannya ke sumber suara dan melihat laki-laki berambut kuning cerah dengan mata berwarna biru dan kumis yang menyerupai kucing. "jangan dengarkan paman, jangan ada satu pun sayur di mangkuk ku," sahut Yugata, memandang laki-laki yang melatihnya menggunakan chakra Raka sejak perang berakhir.

"kau ini Yugata, tidak berubah sejak pertama kali ayahmu membawa mu pertama kali ke sini," kata pemilih kedai sambil menyiapkan semangkuk ramen. "kau harus makan sayur Yugata, tubuh mu tidak akan bertambah tinggi jika kau tidak makan sayur," laki-laki tadi duduk di bangku yang baru saja kosong di samping kiri Yugata.

"aku makan sayur, aku cuman tidak suka ada sayur di ramenku" jawab Yugata menidurkan kepalanya di meja yang berada di hadapannya. "lagian kau lebih parah Kak Naruto," kata Yugata, "aku hanya makan ramen seminggu sekali atau saat aku dibebaskan dari misi, kau makan ramen setiap hari," lanjutnya masih menunggu ramen.

"itu bukan saalahku, ramen Ichiraku terlalu enak untuk dilewatkan", seru Naruto mengacak rambut Yugata tiba-tiba, membuat Yugata menaikan sebelah alisnya heran.

...

Yugata memakan suapan terakhir makan malamnya dengan senang. Ia merasa bangga dengan dirinya sendiri, berhasil lulus akademi di usianya yang beru hampir 7 tahun.

"jadi kau sudah yakin, akan menjadi shinobi Konoha?" Yugata menatap ayahnya yg duduk di seberangnya, bersebelahan dengan ibunya yang berambut hitam kecoklatan.

Yugata mengangguk semangat, tidak sabar untuk menjalankan misi-misi sebagai shinobi. "kemarilah yugata," kata ayahnya menepuk pahanya. Yugata turun dari kursi tempat ia duduk lalu berlari dengan semangat ke pangkuan ayahnya.

Yugata duduk menghadap pria berambut hitam legam. Pria itu menatap Yugata tegas namun penuh kehangatan. "Yugata, ayah bangga kau berhasil menyelesaikan akademi di usia mu sekarang," kata ayahnya untuk yang kesekian kalinya.

"mulai hari ini, kau dianggap sebagai orang dewasa, bertanggung jawab atas dirimu sendiri," lanjut ayahnya dengan nada bicara serius. "cepat atau lambat kau akan menerima misi di luar desa, atau bahakan akan masuk ke wilayah teritoral desa lain..." "sayang, kita bisa membicarakan masalah ini..." tidak, dia harus tahu apa yang akan di hadapinya saat matahari terbit besok," ayah dan ibunya menatap satu sam lainsaling memotong ucapan mereka.

Yugata hanya memandang kedua orang tua nya dengan tatapan serius. Ibu Yugata menatapnya dengan senyum hangat, namun di matanya terdapat rasa khawatir.

"dunia shinobi adalah dunia yang keras, ayah dan ibu berkata dari pengalaman kami berdua," ayahnya berhenti sejenak. "kau akan menerima misi dari mencari kucing hilang hingga memburu buronan," lanjut ayahnya, tatapan matanya serius namun penuh kekhawatiran.

"kau harus bisa menjaga dirimu, pertarungan di luar sana tidak sama seperti latihan di training ground, hanya ada 3 pilihan dalam setiap pertrungan, lari, membunuh, atau dibunuh," ayahnya memejamkan matanya sejenak.

"tapi lari adalah pilihan paling tercela, apalagi kau lari saat tim mu sangat membutuhkan mu, jadilah shinobi yang bisa diandalkan dan jangan pernah tinggalkan temanmu," lanjut ayahnya serius.

Hidden Shinobi and The Half Blood PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang